Seiring dengan upaya perkuatan beberapa pangkalan udara (Lanud) yang naik kelas Korps Baret Jingga Paskhas TNI AU kembali akan diperkuat dengan rantis (kendaraan taktis) lapis baja 4×4. Setelah sebelumnya menggunakan rantis jip lapis baja DMV-30 T/A, kini Paskhas dalam proses untuk mendapatkan P2 Commando 4×4, rantis lapis baja produksi PT Sentra Surya Ekajaya (SSE). (more…)
Rudal MANPADS (Man Portable Air Defense System) Saab RBS-70 NG memang tak masuk dalam arsenal Arhanud TNI AD. Namun harus diakui, turunan versi lama RBS-70 hingga kini masih jadi poros kekuatan hanud di Tanah Air, bahkan TNI AD pun telah melakukan upaya upgrade pada stok rudal RBS-70 MK2. Dan dalam kesempatan istimewa, Indomiliter.com berkesempatan menjajal simulator RBS-70 NG saat ajang Singapore Air Show 2016 lalu. Fleksibilitas dan kecepatan deployment menjadi ciri khas rudal buatan Saab Bofors Dynamics, Swedia ini. (more…)
Tak terasa panser kanon FV 601 Saladin Kavaleri TNI AD usianya telah mencapai 50 tahun lebih, kiprah panser berpenggerak 6×6 ini begitu lekat di mata publik saat dilibatkan dalam film G-30S/PKI. Namun, usia pengabdian Saladin tak lama lagi bakal digantikan AFSV (Armoured Fire Support Vehicle) buatan dalam negeri, yakni panser Badak produksi PT Pindad. (more…)
Mungkin dengan alasan meningkatkan kadar ke-pedean, unit elit dari suatu kesatuan mempunyai koleksi rampur dan rantis yang berbeda dari kesatuan TNI lainnya. Sebagai controh yang unik adalah keberadaan ranpur APC (armored personnel carrier) WMZ-551 buatan Norinco (North Industries Corp) dari Cina yang digunakan unit Taipur (Intai Tempur)/Tontaipur (Peleton Intai Tempur) Kostrad TNI AD.
(more…)
Meriam Cockerill umumnya menjadi kelengkapan senjata pada light tank dan medium tank. Tapi di X18 tank boat rancangan PT Lundin, meriam ini dicomot untuk diadaptasi pada jenis kapal serbu ringan berdesain catamaran. Dengan menggandeng beberapa manufaktur ternama di industri pertahanan global, X18 dipercaya bakal tercipta sebagai wahana serbu dan angkut personel amfibi yang efektif beroperasi di perairan Indonesia.
(more…)
Nama Giraffe punya arti penting dalam sejarah kesenjataan Artileri Pertahanan Udara (Arhanud) TNI AD. Pasalnya inilah radar dengan peran pemandu rudal hanud MANPADS (Man Portable Air Defence System) pertama yang dimiliki TNI. Dirunut dari kehadirannya di Indonesia, radar ‘jerapah’ ini hadir bersamaan dengan paket rudal Bofors RBS-70 pada tahun 1985. Pada periode yang sama juga hadir alutsista rudal Rapier buatan British Aerospace, Inggris. (more…)
Perangkat yang satu ini terbilang familiar di kapal penumpang dan angkut logistik sipil bertonase besar. Tapi toh tugas misi angkut penumpang dan logistik tak melulu di dominasi kepentingan sipil. Armada TNI AL, khususnya pada Satuan Kapal Bantu (Satban) juga banyak mengandalkan peran crane untuk memindahkan paket logistik, rantis hingga ranpur untuk ditempatkan di atas deck. Seperti pada KRI Bintuni 520, kapal yang di dapuk sebagai LST (Landing Ship Tank) terbesar ini turut menggunakan cargo hose crane yang dapat memindahkan muatan seberat 15 ton. (more…)
Pasukan khusus seperti Kopassus (Komando Pasukan Khusus) TNI AD pasti punya cara-cara khusus untuk menggasak sasaran berupa rantis, ranpur ringan dan personel lawan yang berlindung dibalik dinding. Tanpa harus membopong rudal/roket anti tank atau bazooka, dengan kemampuan senyap yang terlatih, beberapa unit elit di TNI dapat memanfaatkan keunggulan dari senapan anti material. (more…)
Punya produk handal dan tak pelit berbagi lisensi, menjadikan Fabrique Nationale (FN) Belgia sukses menghantarkan Minimi ke pasaran dunia. Bahkan, saking populernya, muncul istilah “Apapun senapan serbu nergaranya, senapan mesin regunya pasti Minimi.” Begitu juga dengan TNI yang menganut amunisi standar NATO kaliber 5,56 mm untuk lini senapan serbu. Seolah ingin mensinergikan standar amunisi senapan serbu dan senapan mesin regu, adopsi Minimi di lingkungan satuan infanteri TNI begitu luas, di setiap matra dipastikan ada populasi senjata ini. (more…)
Dalam mahzab senapan mesin serba guna atau yang kondang disebut GPMG (General Purpose Machine Gun), di linkup TNI ada dua yang dipakai sejak beberapa dekade belakangan, yakni M-60 buatan Saco Defense, AS, dan satunya lagi adalah FN MAG (Mitrailleuse D’appui General) buatan FN (Fabrique Nationale), Belgia. Baik M-60 dan FN MAG, keduanya adalah GPMG yang menggunakan amunisi kaliber 7,62 mm NATO. Yang dalam urusan battle proven, keduanya pun punya cerita-cerita tersendiri. Seperti debut M-60 pada Perang Vietnam. (more…)