Setelah 1RL257 Krasukha-4, yang disebut sebagai ‘high value target’ di lini kesenjataan electronic warfare (peperangan elektronik), Rusia dikabarkan kembali ‘kehilagan’ perangkat jamming yang terbilang canggih di laga Peran Ukraina. Bila 1RL257 Krasukha-4 didapatkan dalam kondisi relatif utuh karena tinggalkan oleh personelnya, maka kali ini sebuah 1L262E Multifunctional ground jamming station didapatkan dalam kondisi hancur. (more…)
Ikon sakral bagi Indonesia, ternyata menjadi nama skadron tempur di Angkatan Laut Amerika Serikat, yang dimaksud adalah Electronic Attack Squadron 134 (VAQ-134) “Garudas.” Meski tak menyebutkan asal maksud dari penamaan Garudas (Garuda), namun menjadi menarik perhatian, lantaran skadron tempur yang berisikan Boeing EA-18G Growler itu belum lama ini mendapatkan penempatan barunya di Pangkalan Udara Spangdahlem, Jerman. (more…)
Sebagai jet tempur yang terlahir di dekade 70-an, antara F-16 Fighting Falcon dan F/A-18 Hornet punya kisah dan reputasi tersendiri, meski sama-sama digunakan militer Amerika Serikat, F-16 melesat sebagai representatif dari angkatan udara, sedangkan F-18 sebagai representatif dari kekuatan udara AL AS. Namun dalam menyikapi dinamika peperangan elektronika, rupanya strategi F-16 dan F/A-18 sedikit beda. (more…)
Seperti diwartakan sebelumnya, bahwa Thales kembali memasang dua perangkat elektronik di PKR (Perusak Kawal Rudal) Martadinata Class. Yang dipasang adalah Scorpion 2 dan Vigile 100 radar electronic countermeasure. Keduanya digadang untuk mempersiapkan Martadinata Class untuk tangguh dalam menghadapi peperangan elektronika di lautan. Namun yang menarik, ternyata Scorpion 2 bukan ‘barang’ baru lagi untuk TNI AL, setidaknya sudah ada dua jenis korvet yang sudah mengadopsi Scorpion 2. (more…)
Selain mengerahkan kemampuan drone, Satgas Tinombala TNI dalam memburu sisa teroris DPO Muhajidin Indonesia Timur Ali Kalora (pengganti Santoso yang tewas pada Juli 2016) yang masih berkeliaran di Pegunungan Poso juga mendapat perkuatan dari Detasemen Peperangan Elektronika (Denpernika) TNI AD yang mendukung pencarian keberadaan DPO lewat teknologi pendeteksi (direction finder) transmisi dan gelombang elektromagnetik yang dipancarkan lawan. (more…)
Setelah menjalani pelatihan selama tujuh hari, 29 orang prajurit Korps Marinir perwakilan dari Batalyon Komunikasi dan Peperangan Elektronika (Yonkomelk) Jakarta dan Surabaya serta perwakilan dari Dinas Komunikasi dan Peperangan Elektronika (Diskomlek) Korps Marinir TNI AL siap mengoperasikan alat komunikasi generasi terbaru Digital Direction Finder (DDF) 550 buatan Rohde&Schwarz, Jerman. (more…)
Selain Batalyon Perhubungan (YonHub) TNI AD, Dinas Komunikasi dan Peperangan Elektronika (Diskomlek) Korps Marinir TNI AL rupanya juga memiliki perangkat anyar yang disebut radio Monobs Digital Direction Finder (DDF) 550 produksi Rohde&Schwarz . Perangkat mobile yang digelar untuk mendeteksi keberadaan posisi lawan (musuh) lewat pelacakan sumber pancaran gelombang elektromagnetik, termasuk kemampuan untuk mengendus posisi sasaran lewat jaringan seluler yang digunakan. (more…)
Meski sudah punya enam unit Boeing E-7A Wedgetail, stasiun radar terbang yang punya kemampuan peperangan elektronik (electronic warfare) tingkat tinggi dengan jamming, faktanya AU Australia/Royal Australian Air Force (RAAF) masih belum puas untuk memperkuat elemen electronic warfare-nya. Guna mengantisipasi ancaman dari ‘utara’ yang sewaktu-waktu dapat timbul, AU Australia kini telah didapuk sebagai pemilik kekuatan udara nomer satu di belahan Asia Pasifik, terkhusus untuk meladeni pernika (perang elektronika). (more…)
Bicara tentang perang elektronika (electronic warfare) itu ibarat ilmu setan, tidak ada wujudnya namun bisa langsung dirasakan dampaknya. Dengan basis teknologi elektromagnet, implementasi peperangan elektonik dapat diwujudkan dalam banyak hal, bahkan ke sesuatu yang belum dibayangkan sebelumnya. Ketika sebuah rudal jelajah berhasil menerjang ke jantung pertahanan lawan, bukan berarti prosesnya instant, unit electronic warfare di laut dan udara harus berjibaku untuk ‘membutakan’ kemampuan deteksi radar musuh, dan masih banyak aktivitas lain yang terkait kerja intelijen. (more…)
Dengan moncong hidung mancung khas ‘Pinokio,’ CN-235 220 MPA (Maritime Patrol Aircraft) TNI AU yang dilengkapi radar Thales, hingga kini masih dipercaya sebagai produk unggulan PT Dirgantara Indonesia dalam menelurkan serial pesawat intai bermaritim, meski Puspenerbal TNI AL punya varian yang lebih baru, yakni CN-235 220 NG MPA, tetap saja CN-235 220 MPA milik Skadron Udara 5 TNI AU masih yang paling lekat di mata publik, tentu saja lewat ciri khas moncong radarnya yang ekstra mancung. (more…)