Tag: operasi trikora

Torpedo SAET-50 : Senjata Pamungkas Korps Hiu Kencana Era-60an

Bagi Anda pemerhati bidang kemiliteran, pastinya telah mengenal identitas Whiskey class, ya ini lah jenis kapal selam yang memperkuat arsenal kekuatan Korps Hiu Kencana TNI AL di dasawarsa tahun 60-an. Seperti diketahui, ada 12 kapal selam kelas Whiskey yang sempat dimiliki Indonesia, dan kehadirannya saat itu dimaksudkan sebagai salah satu elemen penggetar dalam operasi Trikora, merebut Irian Jaya dari tangan Belanda.

Seperti banyak ditulis dalam berbagai literatur, keberadaan kapal selam bagi sebuah negara merupakan komponen yang strategis. Beragam fungsi bisa diemban dari adanya kapal selam, mulai dari patroli, intai maritim, penyusupan, hingga perang bawah/atas permukaan laut. Untuk yang terakhir disebut, perang bawah/atas permukaan laut, tentunya bisa berjalan bila kapal selam ditunjang dengan persenjataan yang memadai. Bicara soal senjata kapal selam, jelas yang utama dan tak tergantikan adalah torpedo, setelah itu baru bisa disebut ranjau laut, rudal anti kapal, dan sebagainya.

Sosok torpedo SAET-50 di museum AL Rusia
Tampilan baling-baling pada SAET-50

Nah, guna menapaki sejarah kejayaan militer Indonesia di masa lalu, TNI AL kala itu juga sudah memiliki jenis torpedo yang terbilang canggih pada masanya. Jenis torpedo tersebut adalah SAET (Samonavodiashaiasia Akustisticheskaia Elektricheskaia Torpeda)-50, sebuah torpedo jenis homing akustik yang ditenagai dengan teknologi elektrik. Kecanggihan SAET-50 yakni saat diluncurkan dapat langsung mencari sasaran sendiri (fire and forget) berdasarkan suara baling-baling atau material magnetik yang dipancarkan oleh badan kapal target. Yang cukup menakutkan bagi armada kapal perang Belanda, hulu ledaknya mencapai berat 375 Kg, dan teknologi homing akustik pasif torpedo ini dapat mengendus sasaran mulai dari jarak 600-800 meter.

Selain negara-negara anggota Pakta Warsawa, Indonesia menjadi pengguna pertama, dan yang pasti di Asia baru Indonesia lah yang memiliki torpedo maut ini. Tentu ada udang dibalik batu atas kedatangan torpedo ini, Uni Soviet tentu berharap kinerja SAET-50 dapat dijajal dalam operasi tempur yang sesungguhnya. Operasi Trikora bisa menjadi kampanye keunggulan militer Uni Soviet melawan kubu Blok Barat yang diwakili oleh Belanda.

Jenis torpedo Whiskey Class di Museum Satria Mandala
Sosok torpedo di kompartemen Monkasel KRI Pasopati, Surabaya

Sayangnya, kesaktian SAET-50 tidak pernah dibuktikan untuk menghantam armada kapal Belanda. Karena beragam kepentingan, versi torpedo ini kemudian juga diadaptasi oleh Cina secara lisensi. Dan jadilah torpedo berdiameter 533mm ini dengan versi buatan Cina yang diberi kode Yu-3/Yu-4A dan Yu-4B. Ada beberapa pengembangan yang dilakukan oleh Cina, dimana versi torpedo ini dibuat bukan hanya dalam versi akustik pasif, tapi juga akustik aktif, yakni memancarkan gelombang untuk mencari pantulan dari logam di kapal target. Cina sendiri terus memproduksi torpedo yang berasal dari platform SAET-50 hingga 1987.

SAET-50 versi Cina (Yu-4)
Tabung peluncur torpedo di buritan KRI Pasopati

Tidak ada informasi, berapa unit torpedo SAET-50 yang sempat dimiliki TNI-AL. Secara umum SAET-50 produksi Uni Soviet terbagi dalam dua versi, yakni SAET-50 (digunakan mulai tahun 1950) dan SAET-50M (digunakan mulai tahun 1955). Tidak diketahui jenis mana yang dipunyai oleh TNI AL. Untuk lebih jelasnya, berikut adalah spesifikasi torpedo SAET-50. (Haryo Adjie Nogo Seno)

Spesifikasi Torpedo SAET-50
Diameter : 533 mm
Berat : 1.650 Kg
Panjang : 7,45 m
Berat Hulu Ledak : 375 Kg
Jangkauan : SAET-50 – 4 Km/SAET-50M – 6 Km
Kecepatan : SAET-50 – 23 knots/ SAET-50M – 29 knots
Sumber Tenaga : Lead Acic Battery

KRI Ratulangi – Legenda “Induk Semang” Kapal Selam TNI AL

KRI (RI) Ratulangi

Sebagian besar dari kita mungkin sudah mahfum dengan nama KRI Irian, sosok kapal penjelajah pertama dan terakhir yang pernah dimiliki TNI AL pada era orde lama. Tapi untuk segmen kapal permukaan, sebenarnya ada beberapa nama kapal perang TNI AL lainnya yang juga fenomenal di masa tersebut. Sebut saja salah satunya adalah KRI Ratulangi (RLI), kapal yang disebut kapal tender kapal selam ini punya peran penting pada masa operasi Trikora sampai operasi Seroja di tahun 70-an. (more…)

Fairey Gannet : Pesawat AKS TNI-AL Tempo Doeloe

"Gannet

Dengan luas wilayah laut yang begitu luas, ironis bagi kekuatan angkatan laut Indonesia yang saat ini tak memiliki satuan pesawat AKS (anti kapal selam). Walau ada Boeing 737 surveillance, N22 Nomad dan CN-235 MPA (maritim patrol aircraft), kedua pesawat tadi hanya sebatas mampu melakukan fungsi pengintaian, tanpa bisa melakukan aksi tindakan bila ada ancaman kapal selam. Maklum Boeing 737, Nomad dan CN-235 MPA tidak dibekali senjata ke permukaan. (more…)

Tu-16 (3): Akhir Perjalanan Sang Bomber

Sungguh ironis nasib akhir Tu-16 AURI. Pengadaan dan penghapusannya lebih banyak ditentukan oleh satu perkara: politik! Bayangkan, “AURI harus menghapus seluruh armada Tu-16 sebagai syarat mendapatkan F-86 Sabre dan T-33 T-bird dari Amerika,” ujar Bagio Utomo, mantan anggota Skatek 042 yang mengurusi perbaikan Tu-16. Bagio menuturkan kesedihannya ketika terlibat dalam tim “penjagalan” Tu-16 pada tahun 1970. (more…)

Tu-16 (2): Atraksi Ketangguhan Sang Bomber

Tu-16 di Museum Dirgantara Yogyakarta

Persiapan Operasi Trikora
Saat Trikora dikumandangkan, angkatan perang Indonesia sedang berada pada “puncaknya”. Lusinan persenjataan Blok Timur dimiliki. Mendadak AURI berkembang jadi kekuatan terbesar di belahan bumi selatan. Dalam mendukung kampanye Trikora, AURI menyiapkan satu flight Tu-16 di Morotai yang hanya memerlukan 1,5 jam penerbangan dari Madiun. “Kita siaga 24 jam di sana,” ujar Kolonel (Pur) Sudjijantono, salah satu penerbang Tu-16. “Sesekali terbang untuk memanaskan mesin. Tapi belum pernah membom atau kontak senjata dengan pesawat Belanda,” ceritanya. Saat itu, dikalangan pilot Tu-16 punya semacam target favorit, yaitu kapal induk Belanda Karel Doorman. (more…)

Tu-16 (1): Awal Kehadiran Pembom Termasyur TNI-AU

Sang Pembon Legendaris

Bila predikat Angkatan Udara terkuat di Asia Tenggara kini di pegang oleh Singapura, maka di era tahun 60-an kekuatan angkatan udara negeri kita boleh dibilang menjadi “singa”, tak cuma di Asia Tenggara, bahkan di kawasan Asia TNI-AU kala itu sangat diperhitungkan. Bahkan Cina maupun Australia belum punya armada pembom strategis bermesin jet. Sampai awal tahun 60-an hanya Amerika yang memiliki pembom semacam(B-58 Hustler), Inggris (V bomber-nya, Vulcan, Victor, serta Valiant) dan Rusia. (more…)