“Kalau bukan kita, siapa lagi”, di tengah tantangan untuk memasarkan dan mengikat kontrak, ada kabar baik, PT Dirgantara Indonesia (PT DI), akhirnya berhasil mendapatkan kontrak pertamanya untuk pesawat angkut ringan turboprop N-219. Bukan kontrak dari perusahaan swasta, atau pemerintah daerah, PT DI di ajang Singapore Airshow 2024 dikabarkan mendapatkan kontrak untuk pelanggan militer dari dalam negeri. (more…)
Kemunculan pesawat angkut ringan turboprop yang satu ini bakal ‘head to head’ dengan pasar N-219 Nurtanio produksi PT Dirgantara Indonesia. Yang dimaksud adalah Cessna C408 SkyCourier produksi Textron Aviation, Amerika Serikat. Keduanya akan besaing langsung, lantaran berada di segmen yang sama, bermesin dua propeller dan punya kapasitas/payload yang relatif serupa. (more…)
Rancangan N-219 yang mirip DHC-6 Twin Otter dengan sayap tinggi (high wing) tanpa ramp door, menjadikan desain N-219 punya peluang besar difungsikan sebagai maritime patrol aircraft (MPA), meneruskan tugas yang dahulu pernah diemban N22/N24 Nomad Puspenerbal TNI AL. (more…)
Sejak desain perdananya diperlihatkan ke publik, sudah muncul dugaan bahwa pesawat angkut ringan N-219 akan ideal bila dijadikan sebagai pesawat intai maritim. Rancangan N-219 yang mirip DHC-6 Twin Otter dengan desain sayap tinggi (high wing) tanpa ramp door, menjadikan desain N-219 punya peluang besar difungsikan sebagai maritime patrol aircraft (MPA), meneruskan tugas yang dahulu pernah diemban N22/N24 Nomad Puspenerbal TNI AL. (more…)
Pesawat mendarat dengan satu mesin, atau bahkan tanpa mesin ‘on’ sudah lazim didengar, terutama saat kondisi darurat. Namun bila situasnya dibalik, yaitu lepas landas alias take-off dengan satu mesin untuk pesawat twin turboprop rasanya cukup menantang. Maklum, saat proses take-off umumnya tenaga mesin dipacu semaksimal mungkin untuk menghasilkan daya dorong optimal. Nah, belum lama ini prototipe pesawat turboprop N-219 “Nurtanio” berhasil melakukan itu semua. (more…)
Bertepatan dengan momen Hari Pahlawan, pada 10 November 2017 bertempat di Base Ops, Lanud Halim Perdanakusuma, prototipe pesawat pertama N219 karya anak bangsa hasil kerjasama PT Dirgantara Indonesia (PT DI) dan LAPAN diberikan nama oleh Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo. Pemberian nama “Nurtanio” diambil dari nama Laksamana Muda Udara (Anumerta) Nurtanio Pringgoadisuryo yang telah merintis pembuatan pesawat terbang di Tanah Air sejak tahun 1946. (more…)
Bicara tentang sejarah pesawat intai maritim di Indonesia, maka tak bisa dilepaskan dari sosok turbo propeller N22/N24 Nomad buatan GAF (Government Aircraft Factories), Australia. Meski kiprahnya menuai kontoversi, akibat sering jatuh dan sebagian telah di grounded, bahkan ada yang telah dijadikan monumen, namun Nomad punya jasa besar sebagai tulang punggung armada intai maritim Skadron 800 Puspenerbal TNI AL, khususnya di dekade 80 dan 90-an. (more…)