Netizen di Indonesia tentu kenal dengan AV8 Gempita 8×8, inilah keluarga ranpur (panser) berpenggerak delapan roda yang menjadi kebanggaan Angkatan Bersenjata Malaysia. Dan ada kabar terbaru terkait debut AV8 Gempita, dimana pada ajang Defence Services Asia (DSA) 2022 pada akhir Maret lalu, telah diperlihatkan varia terbaru dari Gempita, yakni armoured mortar carrier (AMC) – alias varian pembawa mortir. (more…)
Senjata yang satu ini masuk sebagai kelompok senjata bantu infanteri, atau dalam implementasi lain, keberadaan mortir kini telah diadaptasi sebagai arsenal senjata di satuan infanteri mekanis. Dan terkait mortir bagi infanteri mekanis, Angkatan Darat Cina belum lama ini memperlihatkan jenis mortir mekatronik (mekanis elektronik) terbarunya. (more…)
Bila Angkatan Lautnya tengah berlatih melepaskan rudal di Perairan Guam, maka Angkatan Darat Singapura diwartakan juga mendapatkan aktivitas baru, namun yang ini bukan dalam wujud latihan, melainkan adanya pengadaan senjata baru yang memperkuat militer Negeri Pulau tersebut. (more…)
Mortir selama ini dikenal sebagai bagian dari senjata bantu infanteri yang legendaris. Saking populernya, adopsi mortir telah banyak dikembangkan, seperti Batalyon Infanteri Mekanis TNI AD yang menempatkan peluncur mortir di ranpur Anoa, sampai pembuatan peluncur mortir mekatronik yang dibuat oleh Dislitbangad dan PT Pindad. Namun, pengembangan yang dilakukan belum menyentuh pada elemen amunisi, yaitu proyektil mortir itu sendiri. (more…)
Sebagai senjata bantu infanteri (senbanif) tembak lengkung, keberadaan mortir menjadi sesuatu yang melekat pada elemen kompi dan batalyon infanteri. Sebagai senjata yang tergolong standar, maka dapat dipastikan stok mortir dalam kaliber 60 mm dan 81 mm terbilang besar di tiga matra TNI. (more…)
Mungkin maksud hati ingin mencontoh Super Rapid Advanced Mortar System (SRAMS) keluaran ST Kinetics, Singapura. Meski masih berupa prototipe yang belum tuntas, Dinas Penelitian dan Pengembangan Angkatan Darat (Dislitbangad) pernah membuat terobosan mortir otomatis yang mirip-mirip dengan SRAMS. Bila SRAMS mengusung mortir kaliber 120 mm, maka mortir jenis mekatronik inovasi Litbang TNI AD mengusung mortir kaliber 81 mm, kaliber mortir yang juga masif digunakan sebagai senjata bantu infanteri (senbanif). (more…)
Keberadaan mortir memang tak bisa dilepaskan dari pergerakan tempur pasukan infanteri. Karena dinamika yang terjadi dalam pertempuran, mortir yang bertindak sebagai ‘artileri mandiri’ pada unit infanteri juga membutuhkan kaliber mortir yang memadai. Selain standar digunakan kaliber 40 mm, 60 mm, dan 81 mm, TNI juga pernah menggunakan mortir heavy barrel (kaliber besar) 120 mm yang ukuran kalibernya melampaui kaliber Howitzer TNI kebanyakan. (more…)
Selain senapan serbu AK-47, granat berpeluncur roket RPG -7 layak dinobatkan sebagai senjata perorangan besutan Uni Soviet yang legendaris melintasi batas jaman dan telah digunakan banyak negara. Sejak dioperasikan AD Soviet pada tahun 1961, kini 73 negara telah mengoperasikan RPG-7, dan seperti halnya AK-47, RPG-7 juga banyak diproduksi oleh negara lain. Meski agak belakangan, Indonesia akhirnya ikut bergabung sebagai pengguna resmi RPG-7. (more…)
Dalam suatu pertempuran, sudah lumrah bila laju elemen infanteri mendapat bantuan tembakan (fire support) dari unit artileri medan. Dengan sekali gebuk, semburan proyektil dari howitzer mampu merobek posisi perkubuan lawan. Tugas infanteri pun jadi lebih mudah untuk merangsek masuk ke jantung pertahanan musuh. Tapi faktanya, infanteri tak bisa melulu mengharap bantuan tembakan dari howitzer, juga pastinya butuh waktu untuk meminta bantuan tembakan dari udara (close air support). (more…)