Guna memenuhi elemen fire power dalam MEF (minimum essential force), satuan Artileri Medan TNI AD pada tahun 2014 mendapat sejumlah perkuatan alutsista, selain ASTROS II MK6 Self Propelled MLRS, lalu di lini meriam ada TRF-1 CAESAR Self Propelled Howitzer 155 mm yang berkaliber besar. di periode tersebut TNI AD juga mendapatkan 54 pucuk meriam KH-178 kaliber 105 mm dari Korea Selatan untuk melengkapi 3 batalyon (more…)
Ibarat ungkapan “nggak ada matinya,” meriam penangkis serangan udara (PSU) S-60 yang telah digunakan Artileri Pertahanan Udara (Arhanud) TNI AD sejak awal dekade 60-an, rupanya masih jauh dari kata pensiun. Dioperasikan dalam jumlah yang lumayan besar, meriam kaliber 57 mm buatan Soviet ini, nampaknya masih akan terus digunakan TNI AD di masa depan. (more…)
Lumayan lama tak mendengar kabar alutsista yang satu ini, di tengah-tengah ulasan seputar alutsista baru, senjata legendaris dari arsenal artileri medan (armed) TNI AD ini seolah terlupakan. Namun, dari postingan kostrad.mil.id (22/10/2021), membuktikan bahwa alutsista yang tergolong tua ini masih siap dioperasikan dan dapat melakukan penembakan dengan baik. (more…)
Selama 72 tahun pengabdian TNI AL, sudah ratusan kapal perang dari berbagai jenis yang ‘datang dan pergi’ untuk mengawal kedaulatan Laut NKRI. Melalui proses waktu, kebanyakan kapal dipensiunkan karena usia tua, lainnya ada yang terpaksa pensiun akibat kecelakaan di lautan. Namun adakah kapal perang TNI AL yang karam atau tenggelam akibat serangan lawan? Jawabannya ada, insiden yang menimpa KCT (Kapal Cepat Torpedo) KRI Matjan Tutun 650 (Jaguar Class) di Laut Arafuru pada 15 Januari 1962 adalah buah dari serangan kombinasi meriam kapal perang AL Kerajaan Belanda. Lain dari itu? (more…)
Umumnya setiap satuan tembak (satbak) pada alutsista Arhanud (Artileri Pertahanan Udara) sudah memiliki unit command and control. Sebut saja pada kanon CIWS (Close In Weapon System) Rheinmetall Oerlikon Skyshield, Kobra Air Defence System pada rudal Grom, rudal QW-3, rudal Mistral, sampai kanon PSU (Penangkis Serangan Udara) twin gun Giant Bow 23 mm. Namun bagaimana dengan meriam PSU legendaris S-60 kaliber 57 mm? Meski usianya sudah lanjut, sampai saat ini alutsista dari era Uni Soviet ini masih jadi andalan pada elemen hanud titik. Bahkan S-60 sudah mengalami retrofit.
Arsenal Arhanud (Artileri Pertahanan Udara) milik TNI banyak ragamnya, tapi tak semua mendapat mandat untuk melindungi area ring satu, yakni wilayah Istana Negara. Seperti pada HUT RI ke-71 bulan Agustus lalu, Detasemen Pertahanan Udara (Denhanud) Paskhas TNI AU mendapat kepercayaan untuk menempatkan baterai kanon CIWS (Close In Weapon System) Oerlikon Skyshield 35 mm di Lapangan Tugu Monas. Baterai Skyshield disiapkan dalam posisi siaga penuh, berikut sistem Skyshield Fire Control Unit yang di dalamnya terdapat unit sensor dan radar. (more…)
Selain kondang karena reputasi tempurnya, Korps Marinir TNI AL juga menjadi elemen komando utama (kotama)TNI yang unik bila dicermati dari sisi arsenal alutista yang dimilikinya. Keberadaan alutsista tua, seperti tank PT-76 dan pansam BTR-50, memang menjadi trade mark yang melekat kuat di mata masyarakat Indonesia. Tapi bila mau dibedah, bukan hanya tank/panser amfibi, meriam, dan KAPA (kendaraan amfibi pengangkut artileri) yang asli produk Uni Soviet, dan masih digunakan hingga cukup lama, masih ada satu alutsista lain yang namanya tak begitu nyaring didengar, tapi punya kontribusi besar dalam operasi militer di Tanah Air, yang dimaksud adalah BM (Boyevaya Mashina )-14/17. (more…)
Dipandang paling sesuai untuk gelar tempur di medan Tanah Air, porsi meriam tarik (towed) kaliber 105 mm cukup dominan di TNI. Selain digunakan Armed TNI AD, kaliber ini juga jadi andalan Armed Korps Marinir TNI AL. Untuk maksud modernisasi alutsista, kemudian datanglah meriam-meriam anyar kaliber 105 mm buatan luar negeri, seperti KH-178 dari Korea Selatan dan yang akan datang LG-1 MK III dari Perancis.
Meski TNI AD sudah mendapatkan meriam tarik (towed) Howitzer 105 mm generasi anyar, yakni tipe KH-178 buatan WIA Corporation (dulu Kia Machine Tool Company) dari Korea Selatan. Namun, sejatinya Artileri Medan (Armed) TNI AD lebih mengidamkan howitzer lain buatan Perancis, yang di maksud adalah LG-1 MK III, howitzer kaliber 105 mm besutan Nexter System.
Menyongsong tahun 2015 TNI AL punya beragam agenda terkait alutsista, diantara informasi yang telah di publish adalah rencana modernisasi MLM (Mid Life Modernization) pada beberapa kapal perang. MLM sendiri bukan hal baru di lingkup operasional kapal perang, secara berkala TNI AL melakukan MLM pada kapal perang yang sudah berusia tua, namun dianggap masih potensial dan mampu memberi efek deteren. (more…)