Latihan penembakan meriam dan kanon pada kapal perang tentu sudah menjadi aktivitas yang lazim dilakukan. Seperti pada Sabtu, 7 November 2020, korvet KRI Fatahillah 361 dari jajaran Satuan Kapal Eskorta (Satkor) Koarmada II, yang tergabung dalam satgas Operasi Perisai Sakti-20 dibawah kendali operasi Guspurla Koarmada II melaksanakan Latihan Penembakan Meriam atau Gunnery Exercise dengan sasaran killer tomato yang berlangsung di Laut Jawa. (more…)
Di awal kedatangannya dari Belanda, yaitu pada awal dekade 80-an, korvet Fatahillah Class tergolong kapal perang modern. Namun, seiring waktu berjalan, sistem elektronik, navigasi dan persenjataannya sudah terbilang usang. Dari aspek sistem elektonik dan navigasi, memang telah mengalami program upgrade. Tapi sebaliknya sistem senjata di korvet ini tidak mengalami upgrade sama sekali, bahkan perannya sebagai korvet pengusung rudal anti kapal (MM38 Exocet) telah dihapus sejak lama. (more…)
Komitmen pemerintah untuk mengoptimalkan kemampuan korvet Fatahillah Class telah dibuktikan, seperti upgrade sistem sensor dan radar Terma di KRI Fatahillah 361 dan program mid-life modernization (MLM) di korvet KRI Malahayati 362. Namun sayang, sistem senjata di korvet Fatahillah Class belum mendapat jatah modernisasi. Selain rudal anti kapal yang tidak dipasangkan (lagi) di korvet buatan Belanda tersebut, netizen bertanya bagaimana dengan sistem hanud modern di korvet berbobot 1.450 ton tersebut. (more…)
Kesatuan Penjagaan Laut dan Pantai (KPLP), lembaga dibawah Direktorat Jenderal Perhubungan Laut, Kementerian Perhubungan (Kemenhub) Republik Indonesia belakangan terus melakukan modernisasi pada armada kapal patrolinya. Bahkan untuk urusan radar di kapal patroli, KPLP kini mengikuti jejak TNI AL, yakni mengadopsi radar intai dan navigasi besutan Terma, manufakur sistem elektronik pertahanan dari Denmark. Sebelumnya Terma telah memasok sistem radar intai SCANTER 4100 untuk frigat KRI Fatahillah 361. (more…)
Secara tak langsung, momen evakuasi korban dan pencarian badan pesawat Air Asia QZ8501 menjadi ajang unjuk kemampuan alutsista bawah air, khususnya pada kinerja perangkat hull mounted sonar (sound navigation and ranging) yang ada di beberapa kapal perang TNI AL. Tak tanggung-tanggung, misi pencarian yang terkendala gelombang tinggi ini melibatkan beberapa kapal perang TNI AL, sebut saja KRI Bung Tomo 357 dan KRI Sultan Hasanuddin 366 SIGMA Class. (more…)
Flagship kapal kombatan TNI AL dari era 80-an, KRI Fatahillah 361, belum lama ini masuk dock untuk melaksanakan program MLM (Mid Life Modernization) di PT. Dok dan Perkapalan Surabaya Tanjung Perak, Surabaya. Seperti dikutip dari Dispen Koarmatim (23/10), 2014Panglima Komando Armada RI Kawasan Timur (Pangarmatim) Laksamana Muda TNI Sri Mohamad Darojatim, S.E meninjau KRI Fatahilah-361 yang tengah menjalani MLM. KRI Fatahilah 361 telah melaksanakan MLM selama 7 bulan, dari waktu dua tahun yang direncanakan. (more…)
Hingga kini, korvet SIGMA (Ship Integrated Geometrical Modularity Approach) masih menjadi flagship bagi armada kapal perang TNI AL. Selain datang dengan kondisi beli baru, 4 korvet SIGMA yang terdiri dari KRI Diponegoro 365, KRI Sultan Hasanuddin 366, KRI Sultan Iskandar Muda 367 dan KRI Frans Kaisiepo 368, memang punya bekas sistem senjata dan seabreg perangkat elektronik yang paling maju diantara kapal perang TNI AL lainnya. (more…)
Meski tergolong alutsista tua, tapi keberadaan frigat Fatahillah Class punya arti tersendiri bagi TNI AL. Selain dibekali persenjataan yang cukup padat dengan kaliber besar, seperti meriam Bofors 120 mm dan rudal anti kapal MM-38 Exocet, Fatahillah Class yang terdiri dari KRI Fatahillah 361, KRI Malahayati 362 dan KRI Nala 363, adalah produk gress yang dibeli baru. Setelah sekian lama sebelumnya lebih banyak membeli alutsista bekas. (more…)
“Peran Tempur… Peran Tempur.. Bahaya Kapal Selam…,” demikian pekik speaker membahana di seluruh lorong KRI Karel Satsuit Tubun 356, tatkala pusat informasi tempur mengidentifikasikan ancaman dari kapal selam musuh. Dalam waktu singkat, personel telah bersiap di anjungan tempur masing-masing. Secara yang bakal dihadapi adalah kapal selam, maka yang jadi andalan untuk melibas kapal selam adalah torpedo, selain ada senjata bom laut dan roket anti kapal selam. Tapi kebetulan, sista anti kapal selam yang tersedia di frigat kelas Van Speijk ini hanyalah torpedo. (more…)
Selain RBU-6000 yang merupakan sista (sistem senjata) peluncur roket anti kapal selam buatan Rusia, TNI AL dalam gelar operasinya juga mengdalkan sista Bofors 375mm, peluncur roket anti kapal selam buatan Bofors (kini Saab Underwater Systems) dari Swedia. Adopsi Bofors 375mm oleh TNI AL bahkan sudah lebih dulu ketimbangRBU-6000. Pasalnya Bofors 375mm menjadi alutsista yang melekat pada frigat kelas Fatahillah, yang terdiri dari KRI Faatahillah (361), KRI Malahayati (362) dan KRI Nala (363). (more…)