Dalam konsep peperangan modern, Battlefield Management System (BMS) kini jadi suatu kebutuhan, terlebih bila yang dihadapi operasi tempur berskala besar. Menyambung tulisan di Indomiliter.com sebelumnya, “Cegah Friendly Fire, Kavaleri TNI AD Adopsi Battlefield Management System Produksi Dalam Negeri,” maka yang tak bisa dilupakan dari hadirnya BMS adalah jaringan komunikasi wireless dengan tolok ukur dalam standar militer pada ketersediaan jaringan komunikasi yang aman dan mandiri.
(more…)
Tag: Infanteri
Cegah Friendly Fire, Kavaleri TNI AD Adopsi Battlefield Management System Produksi Dalam Negeri
Friendly fire hingga kini masih jadi momok menakutkan dalam tiap pertempuran, terkena peluru dari tembakan kawan sendiri adalah bukti bahwa unsur komando dan pengendalian masih harus terus dibenahi. Seperti pada Perang Teluk I di tahun 1991, sekalipun dibekali perangkat perang super canggih, nyatanya MBT (Main Battle Tank) M1A1 Abrams AD AS masih jadi korban salah tembak. Begitu pun, prajurit infanteri TNI pernah pula merasakan pahitnya friendly fire dalam Operasi Seroja di Timor Timur.
(more…)
PF-98 Queen Bee 120mm: Generasi Roket Anti Tank Terbaru TNI AD
Segmen senjata anti tank punya tempat tersendiri dalam kelompok senjata bantu infanteri. Dibuktikan dengan keragaman jenis senjata anti tank yang dimiliki infanteri TNI AD, mulai dari jenis roket C90-CR, Armburst, dan LRAC 89. Kemudian ada jenis rudal NLAW dan FGM-148 Javelin. Sementara dari segi fungsionalitas, senjata anti tank dapat dipiliah berdasarkan tipe peluncur, ada yang disposable, alias sekali pakai buang, dan peluncur reusable, artinya tabung peluncur dapat digunakan berulang-ulang.
M43 120mm: Mortir Kaliber Besar Era Operasi Trikora
Keberadaan mortir memang tak bisa dilepaskan dari pergerakan tempur pasukan infanteri. Karena dinamika yang terjadi dalam pertempuran, mortir yang bertindak sebagai ‘artileri mandiri’ pada unit infanteri juga membutuhkan kaliber mortir yang memadai. Selain standar digunakan kaliber 40 mm, 60 mm, dan 81 mm, TNI juga pernah menggunakan mortir heavy barrel (kaliber besar) 120 mm yang ukuran kalibernya melampaui kaliber Howitzer TNI kebanyakan. (more…)
Pindad Komodo Intai 4×4: Reptil Lapis Baja Yonif Mekanis 203/AK Kodam Jaya
Kombinasi deployment infanteri dan ‘kehadiran’ kavaleri memunculkan pembentukan Batalyon Infanteri (Yonif) Mekanis. Sebagai satuan modern untuk tugas-tugas spesifik di masa depan, Yonif Mekanis TNI AD digenjot dengan kelengkapan alutsista papan atas, selain bekal panser Anoa 6×6, Yonif Mekanis juga diproyeksi dengan kehadiran ranpur roda rantai, sebut saja lewat tipe APC M113 A1 dan IFV Marder 1A3. (more…)
TR2400: Tactical Radio Infanteri TNI AD dengan Kemampuan Hybrid Analog Digital
Selain bekal strategi perang yang mumpuni, senjata yang handal, dan mental personel yang kuat, harus diakui faktor penting yang jadi penentu keberhasilan dalam pertempuran infanteri adalah sistem komunikasi. Dan bicara sistem komunikasi pada lingkup infanteri, khususnya pada level pleton dan regu maka tak bisa dipisahkan dari keberadaan tactical radio (radio taktis) yang biasa dibawa dengan ransel (manpack) oleh prajurit operator radio. (more…)
M-203 40mm: Pelontar Granat Terpopuler, Andalan Berjuta Infanteri
Senjata yang satu ini terbilang awet, pasalnya sudah malang melintang sejak lama di banyak medan peperangan, dan hingga kini pun sosok pelontar granat buatan Colt Defense ini masih laris manis dipasang pada berbagai senapan serbu keluaran terbaru. Inilah M-203, pelontar granat single shot yang tak hanya jamak dipakai di area konflik, tapi M-203 juga kondang sebagai atribut dalam film-film action dan perang.
RPG-7: Simple & Deadly – Andalan Senjata Bantu Infanteri Korps Marinir TNI AL
Selain senapan serbu AK-47, granat berpeluncur roket RPG -7 layak dinobatkan sebagai senjata perorangan besutan Uni Soviet yang legendaris melintasi batas jaman dan telah digunakan banyak negara. Sejak dioperasikan AD Soviet pada tahun 1961, kini 73 negara telah mengoperasikan RPG-7, dan seperti halnya AK-47, RPG-7 juga banyak diproduksi oleh negara lain. Meski agak belakangan, Indonesia akhirnya ikut bergabung sebagai pengguna resmi RPG-7. (more…)
FGM-148 Javelin Block I: Fire and Forget Dengan Pemandu Infra Red
Dalam gelar operasinya, TNI AL butuh peran kapal selam sebagai alutsista strategis yang punya daya getar. Tapi disisi lain, TNI AL juga mutlak punya elemen senjata AKS (Anti Kapal Selam). Begitu pun dengan matra darat, keberadaan tank tempur, baik tank ringan dan MBT (Main Battle Tank) dipandang punya peran sangat strategis. Dan fakta yang tak terbantahkan, TNI AD pun butuh kelengkapan senjata anti tank, maklum perkembangan MBT di kawasan Asia Tenggara menuntut TNI AD untuk meng-update sista jenis ini. Ditambah Indonesia tergolong tertinggal dalam update MBT. (more…)
LRAC 89 TNI AD: Roket Anti Tank Penghancur Perkubuan Lawan
Masih ada yang tersisa dari pembahasan seputar senjata anti tank perorangan (man portable) yang dimiliki TNI AD. Setelah di artikel terdahulu kami ulas Armbrust dan C90-CR yang berbasis roket, kemudian dilanjutkan NLAW (Next Generation Light Anti Tank Weapon) yang berbasis rudal, kini giliran sosok senjata anti tank buatan Perancis yang sudah lumayan lama dipakai satuan infanteri TNI AD, yaitu LRAC 89. (more…)