Jet tempur ringan FA-50 Fighting Eagle, desain awalnya disiapkan untuk memenuhi kebutuhan Angkatan Udara Korea Selatan. Lantaran untuk pasar domestik, maka FA-50 sedari awal tidak disiapkan untuk memiliki kemampan pengisian bahan bakar di udara (air refueling), maklum ruang udara Korea Selatan tidak luas. Namun, atas permintaan pasar ekspor, Korea Aerospace Industries (KAI) telah membuat adaptasi pada FA-50. (more…)
Mendapat berkah kebanjiran order, Korea Aerospace Industries (KAI) telah memutuskan untuk melipatgandakan kapasitas produksi jet tempur ringan FA-50 Fighting Eagle. Bentuk dari peningkatan kapasitas produksi dengan membuka dua jalur produksi tambahan untuk FA-50 pada tahun 2024. (more…)
Selain mengembangkan dan memasok jenis radar Active Electronically Scanned Array (AESA) untuk jet tempur KF-21 Boramae, LIG Nex1, manufaktur kedirgantaraan dan persejataan asal Korea Selatan, kini juga melucurkan jenis radar AESA untuk jet tempur ringan FA-50 Fighting Eagle. (more…)
Pada 24 Februari 2023, Korea Aerospace Industries (KAI) mengumumkan telah memenangkan kontrak senilai 1,2 triliun won (US$920 juta) untuk pengadaan 18 unit jet tempur serang ringan FA-50 Fighting Eagle ke Malaysia. Namun, saat itu belum ada komentar lebih lanjut dari pihak militer dan pemerintah Malaysia. (more…)
Jagad dirgantara tengah dibuat heboh, lantaran ‘begitu cepat’ Korea Aerospace Industries (KAI) menangani produksi pesanan jet tempur ringan – Light Combat Aircraft (LCA) FA-50 Fighting Eagle dari Polandia. Pasalnya, kontrak pengadaan total 48 unit FA-50 baru ditandatangani pada Juli 2022, dan saat ini KAI telah memperlihatkan unit perdana FA-50PL pesanan Angkatan Udara Polandia tersebut. (more…)
Korea Aerospace Industries (KAI) mengumumkan telah memenangkan kontak senilai 1,2 triliun won (US$920 juta) untuk pengadaan 18 unit jet tempur serang ringan FA-50 Fighting Eagle ke Malaysia. KAI menandatangani kontrak dengan Kementerian Pertahanan Malaysia setelah mengalahkan beberapa kompetitor dalam program Light Attack Aircraft (LCA). (more…)
Berhasil menembus pasar Eropa membuat Korea Aersopace Industries (KAI) semakin percaya diri untuk memasarkan alutsistanya secara lebih luas di Benua Biru. Setelah mencetak rekor penjualan ke Polandia di Eropa Timur untuk pengadaan 48 unit jet tempur ringan FA-50 Fighting Eagle, kini KAI berusaha untuk melebarkan peluang pemasarannya ke Eropa Barat. Tentu bukan perkara mudah untuk masuk pasar Eropa Barat, pasalnya kebutuhan alutsista di kawasan tersebut umumnya telah mampu dipenuhi secara mandiri. (more…)
Belakangan santer diwartakan tentang menurunnya tingkat kesiapan tempur dari Angkatan Udara Filipina, khususnya terkait kabar hanya 3 unit – dari 12 unit jet tempur FA-50PH Fighting Eagle, yang saat ini bisa dioperasikan. Sebagai penempur utama andalan Negeri Pinoy, perihal serviceable FA-50 menjadi sorotan, terlebih jet tempur produksi Korea Aerospace Industries (KAI) ini usianya masih terbilang muda. (more…)
Meski punya anggaran pengadaan alutsista, bukan perkara mudah bagi Argentina untuk memodernisasi armada jet tempurnya. Masih bertumpu pada A-4AR Fightinghawk, yakni varian jet tempur Skyhawk dengan avionik F-16 Fighting Falcon, membuat Negeri asal Lionel Messi ini harus berbenah untuk melakukan pembaruan pada aset tempur udaranya. Tapi pasca Perang Malvinas (Falkland), rupanya faktor Inggris masih menjadi hambatan untuk serangkaian pengadaan alutsista. (more…)
Setelah sukses menembus pasar ekspor persenjataan berat ke Mesir, Korea Selatan rupanya kian serius untuk menarget pangsa pasar di Afrika dan Timur Tengah. Bila sebelumnya Hanwha Defense berhasil meraih kontrak pengadaan alutsista artileri K9 Self Propelled Howitzer senilai 2 triliun won (sekitar US$1,65 miliar), maka kini giliran Korea Aerospace Industries (KAI) yang mencoba mencari peruntungan di negara piramid tersebut. (more…)