Berbicara tentang alutsista tua TNI, rasanya tak pas bila meninggalkan sosok meriam yang satu ini. Sosoknya mungkin sudah kerap dilihat banyak orang, pasalnya sedari era orde baru, meriam S-60 kaliber 57mm ini kerap tampil sebagai latar dari barisan prajurit pada perhelatan HUT ABRI/TNI, umumnya meriam ini disandingkan sejajar dengan sista tank AMX-13 MK61. Pemilihan S-60 memang tepat sebagai pemanis untuk latar acara HUT ABRI, tak lain karena panjang laras meriam anti serangan udara ini mencapai 4,39 meter, cukup gagah dan sangar bila laras ditarik keatas menjulang hingga sudut 87 derajat. (more…)
Rheinmetall 20mm twin gun milik AB Jerman, tampak towing pada latar
Selain berbekal kekuatan rudal Rapier dan RBS-70, di dasawarsa tahun 90-an, sistem senjata artileri pertahanan udara (arhanud) jarak pendek milik TNI AD juga dipercayakan pada sosok auto kanon kaliber 20mm buatan Jerman. Kanon yang dimaksud tak lain adalah Rheinmetall twin gun 20mm tipe Rh202. (more…)
Selain warna baret jingga dan corak loreng pada seragam tempurnya, apa yang benar-benar khas dari Kopasgat (Komando Pasukan Gerak Cepat) – d/h Korps Paskhas TNI AU? Jawabannya adalah kanon triple gun 20mm, pasalnya sosok kanon dengan 3 laras ini begitu melekat pada tugas utama Kopasgat dalam menjaga dan mempertahankan pangkalan udara serta instalasi vital lainnya. (more…)
Setiap tanggal 9 April dan 5 Oktober, warga Ibukota Jakarta dibuat terkesima dengan defile dan flypass dari pesawat-pesawat tempur TNI AU. Sebagian besar warga Jakarta dibuat kagum atas deru mesin jet tempur yang membelah langit. Yang jadi bintang, tak lain dan tak bukan adalah alutsista nomer wahid milik Republik Indonesia, seperti Sukhoi Su-27/30, F-16 Fighting Falcon, Hawk 109/209, dan F-5E/F Tiger. (more…)
Pada 16 September 1999 di Lanud El Tari Kupang, Nusa Tenggara Timur, disiapkan 2 pesawat tempur Hawk 209, 1 Hawk 109, dan 3 pesawat tempur propeler OV-10 Bronco. Kegiatan berjalan seperti biasa pada hari itu, penerbang Hawk dipersiapkan untuk menggelar Combat Air Patrol (CAP) sebagai inti Operasi Pertahanan Udara “Elang Jaya”. (Dikutip dari Majalah Commando edisi Juli – Agustus 2004) (more…)
Rudal Grom Arhanud TNI AD dalam platform peluncur Poprad
Setelah rudal Rapier dipensiunkan oleh TNI AD, maka kemudian Arhanud (artileri pertahanan udara) TNI AD memilih rudal Grom, yakni rudal jenis SHORAD (Short Range Air Defence), alias rudal pertahanan udara jarak pendek/SAM (Surface to Air Missile). Sebagai rudal SAM ringan, Grom pertama kali diproduksi pada tahun 1995, dirancang oleh Military Institute of Armament Technology, dan diprodkusi oleh Mesko, Skarżysko-Kamienna, manufaktur senjata asal Polandia. (more…)
Dalam menangkal upaya penyusupan serta serangan dari pesawat tempur lawan, kesatuan artileri pertahanan udara (Arhanud) mutlak membutuhkan dukungan radar untuk pengintaian dan pengendali pertempuran. Begitu juga halnya dengan sista (sistem senjata) rudal yang dioperasikan oleh TNI AD. Dari beragam rudal anti serangan udara yang dimiliki TNI AD, kesemuanya jelas memerlukan kehadiran radar, termasuk rudal manpad (rudal panggul) sekalipun idealnya memerlukan informasi taktis berupa panduan dari tim radar. (more…)
Tetral tampak di atas ruang navigasi KRI Diponegoro 365
Bila Arhanud TNI AD punya rudal Grom, maka TNI AL untuk memperkuat pertahanan pada armada frigatnya juga mengandalkan rudal SAM jenis Mistral. Antara Grom dan Mistral pun sejatinya punya banyak kesamaan, kedua rudal SAM ini masuk kategori SHORAD, rudal ringan untuk sasara jarak pendek. Lebih dari itu, Grom dan Mistral juga mengusung basis platform MANPADS (Man Portable Air Defence System), alias rudal yang pengoperasiannya bisa dilakukan dengan dipanggul oleh seoeang prajurit. (more…)