Di MEF (Minimum Essential Force) Tahap I, pengadaan alutsista di lini helikopter tempur punya perhatian tersendiri, dibuktikan dengan langkah TNI untuk ‘out of the box’ dengan membeli helikopter berkualifikasi full kombatan Mi-35P Hind dan berlanjut ke order pengadaan AH-64E Apache Guardian. Seperti diketahui, porsi kekuatan helikopter pemukul Puspenerbad sejak lama hanya bertempu pada heli transpor multirole yang dipersenjatai secara terbatas, seperti NBO-105, Bell 205 A1, NBell 412, dan Mil Mi-17 V5. (more…)
Hajatan HUT TNI ke-69 pada 5 Oktober 2014 mendatang bakal dibuat seru. Dengan mengambil tempat di Surabaya, dari jauh-jauh hari pihak Mabes TNI sudah mengumandangkan bakal memamerkan full alutsista terbaru dari ketiga matra dalam program MEF (minimum essential force). Sang Tuan rumah, TNI AL di dermaga Ujung dijadwalkan akan menghadirkan defile dua dari tiga korvet terbaru yang baru didatangkan dari Inggris, yakni Multi Role Light Frigate (MRLF) atau korvet Type F2000 buatan BAE Systems Marine. (more…)
Bila negara tetangga punya keunggulan pada teknologi kapal selam, maka sudah seharusnya Indonesia punya elemen AKS (anti kapal selam) yang memadai. Maklum saja, kekuatan kapal selam Indonesia kini tertinggal baik dari segi kualitas maupun kuantitas dibanding Singapura, Malaysia, dan Australia. Sementara pesanan kapal selam baru, dari kelas Changbogo Class diperkirakan baru akan diterima pada tahun 2015, itu pun kalau jadwal produksi dan penyerahan tidak molor. (more…)
Ultimax 100 memang bukan senjata baru di lingkungan TNI, diperkirakan sejak awal 90-an, senapan mesin ini telah digunakan oleh satuan elit TNI, yakni untuk Kopassus TNI AD dan Satuan Intai Amfibi (Taifib) korps Marinir TNI AL, bahkan Wikipedia menyebut Kopaska juga mengadopsi senjata ini. Lalu apa yang dirasa menarik bagi senapan mesin ini? Bagi kami Ultimax 100 adalah satu bukti kesuksesan industri senjata Singapura dalam memasarkan produk berkualitasnya ke Luar Negeri. (more…)
Pasca pensiunnya rudal Rapier, boleh jadi belum ada rudal arhanud yang benar-benar mumpuni dan mampu bikin pede pertahanan udara di wilayah Ibu Kota Jakarta. Pengganti Rapier memang ada, seperti rudal Grom buatan Polandia, soal kinerja dan performa rudal ini memang menjadi kontroversi. Nyatanya, sekalipun telah ada Grom dalam peluncur Poprad dan kanon 23 mm ZUR komposit Grom, Arhanud TNI AD masih memesan rudal lain dalam segmen MANPADS (Man Portable Air Defence Systems), yakni rudal Mistral dalam platform Atlas, dan kini juga tengah melirik rudal QW-3 buatan Cina. (more…)
Ditengah keriuhan hadirnya MBT Leopard 2A4 dan IFV Marder 1A3, terselip sosok panser anyar yang berkualifikasi AFSV (Armoured Fire Support Vehicle). Meski ditilik dari sejarahnya, kavaleri TNI AD sudah mahfum dengan panser dengan senjata kanon, seperti Alvis Saladin, V-150 kanon, dan Panhard EBR, tapi baru lewat Tarantula, korps baret hitam ini resmi memiliki panser kanon berkemampuan amfibi dan kanon kaliber 90mm. Sebelumnya dikelas ini memang akan dimasuki Anoa versi kanon 90mm, tapi lantaran prototipnya belum lulus pengujian, TNI AD keburu ambil pesanan lain. (more…)
Dalam pola serbuan cepat, personel pasukan khusus perlu mendapat dukungan tembakan yang memadai. Dalam kondisi tertentu, bahkan senapan mesin sedang kaliber 7,62 mm seperti M-60 dan FN GPMG (general purpose machine gun) menjadi kurang memadai bila yang dihadapi lawan dengan kelengkapan senjata berat. Untuk itu unit serbu pasukan khusus dibekali pula dengan SMB (senapan mesin berat) untuk membungkam basis perkubuan lawan. Bahkan dengan kaliber yang besar serta jarak tembak cukup jauh, SMB mampu mengusir pesawat/helikopter yang terbang rendah. (more…)
Ditandai dengan hadirnya TRF-1 Caesar 155mm dan MLRS Astros MK6, nampak pengembangan alutsista artileri TNI AD terlihat cukup gencar, tapi rasanya masih ada yang sedikit mengganjal, pasalnya sista (sistem senjata) artileri di segmen howitzer 105mm agak kurang diperhatikan. Bahkan bicara sista di howitzer di kelas 105mm, TNI AD sedikit tertinggal dari satuan armed Korps Marinir TNI AL. (more…)