Helikopter angkut serbaguna SA-330 Puma, jelas usianya telah uzur saat ini, meski begitu, SA-330 Puma punya arti penting dalam sejarah penerbangan militer di Indonesia, khususnya pada era 70 sampai 90-an, SA-330 Puma yang dioperasikan Skadron Udara 8, pernah mengemban fungsi sebagai helikopter VVIP, angkut pasukan sampai mendukung operasi bantuan tembakan udara. Di luar negeri, kiprahnya sempat moncer saat disulap menjadi “Mi-24 Hind” dalam film Rambo III di tahun 1988. (more…)
Drone dengan dipasang pelontar granat mungkin pernah kita dengar, namun yang digunakan umumnya masih pelontar granat laras tunggal, maklum bukan perkara mudah untuk menyiapkan pelontar granat multi laras pada drone, apalagi yang digunakan adalah drone mini. Namun apa yang dilakukan Rippel, manufaktur pelontar granat asal Afrika Selatan bisa menjadi rujukan baru, di tangan Rippel dikembangkan drone copter dengan kemampuan membawa pelontar granat multi laras. (more…)
Setelah sebelumnya mengoperasikan drone helicopter jenis SDO 50V2 buatan Swiss Drones Operating AG, Badan SAR Nasional (Basarnas) diketahui juga mengoperasikan drone yang lebih baru dari jenis fixed wing VTOL (Vertical Take-off and Landing) besutan perusahaan asal Afrika Selatan, Alti UAS. Drone yang mudah dibongkar pasang ini dianggap ideal untuk misi pengamatan sebelum aksi SAR dilakukan, dibekali modul EO/IR, drone ini dapat mengudara lumayan lama untuk ukuran drone mini, yaitu 12 jam. (more…)
Sebagian dari netizen di Tanah Air mungkin telah mengenal AV8 Gempita 8×8 sebagai panser IFV (Infantry Fighting Vehicle) tercanggih kedua di Asia Tenggara. Panser produksi FNSS Savunma Sistemleri, Turki, yang lisensi produksinya telah didapatkan Malaysia, memang utamanya dipersenjatai kanon M242 Bushmaster kaliber 25 mm. Namun ada kabar belum lama ini bahwa panser dengan kubah Sharpshooter ini telah ditambahkan persenjataannya dengan rudal anti tank ZT35 Ingwe buatan Denel Dynamics, Arfika Selatan. (more…)
Selain Denel NTW-20, ada satu lagi senapan anti material asal Afrika Selatan yang digunakan oleh TNI, yakni Truvelo yang digunakan satuan elit Intai Amfibi (Taifib) Korps Marinir TNI AL. Senapan heavy barrel besutan Truvelo Armory ini datang dengan tawaran beragam varian, selain yang kondang kaliber .50 BMG (12,7 x 99 mm NATO), Truvelo juga menawarkan kaliber lain yang lebih sangar, yakni 14,5 x 144 mm, 20 x 82 mm, dan 20 x 110 mm. Semakin besar kaliber yang diusung, daya hancur dan jangkauan tembaknya dipastikan kian menggetarkan. (more…)
Keluarga seri panser Anoa Pindad kembali mendapat suguhan warga baru, yakni ranpur Anoa 2 6×6 yang kali dibekali kubah kanon 20 mm. Meski adopsi kanon 20 mm bukan sesuatu yang baru, namun mencangkokkan kubah kanon 20 mm pada Anoa jelas menjadi terobosan tersendiri. Wujud ranpur berkubah kanon 20 mm ini telah ditampilkan di hadapan publik dalam ajang Indo Defence 2014. (more…)
Indonesia sebagai negara dengan kekuatan militer terbesar di Asia Tenggara, sudah tentu beragam unit pasukan elitnya akrab dengan jenis senapan sniper atau senapan runduk, utamanya dari kaliber 7,62 mm. Nama-nama senjata sniper seperti Galil dari Israel, G-3 SG-1, AI Artic Warfare, Steyr SSG-69, hingga SPR-1 buatan Pindad, mungkin sudah akrab di telinga para pemerhati persenjataan nasional. Tapi senjata diatas disasar untuk membidik target berupa manusia. Lalu bagaimana dengan misi sniper yang lain, seperti menyasar target peralatan militer sekelas rantis, ranpur atau bahkan menembus ketebalan tembok? Mampukah tugas sniper yang gerak geriknya serba senyap menggasak sasaran yang tergolong high value tersebut? (more…)
Di lini kanon kaliber 20 mm yang digadang TNI AL sebagai senjata penangkis serangan udara, ada nama yang relatif baru melengkapi sista (sistem senjata) pada armada kapal perang. Adalah Vektor G12 buatan Denel, manufaktur senjata asal Afrika Selatan. Vektor G12 diketahui menjadi senjata penangkis serangan udara pada 4 korvet kelas SIGMA buatan Belanda, dimana pada tiap-tiap kapal terdapat 2 pucuk Vektor G12 yang ditempatkan pada posisi samping. (more…)