T-MK6 Fanfare: Pengecoh Serangan Torpedo di Korvet Fatahillah Class TNI AL
Bukan perkara mudah untuk menghindari serangan torpedo, ibarat sebuah rudal, torpedo mampu mengendus sasaran dengan alat pemandu, bahkan ada torpedo yang dapat dikendalikan arah lajunya lewat kawat (wired guided). Bila rudal udara ke udara menguber sasaran dengan pemandu infra red dan radar, maka kebanyakan torpedo mengarah pada sasaran dengan bantuan homing akustik, menjadikan torpedo mampu mengejar sasaran yang bergerak berdasarkan suara suara baling-baling atau material magnetik yang dipancarkan oleh badan kapal target.yang dikeluarkan oleh sasaran. Sifat tersebut menjadikan prinsip torpedo fire and forget.
Baca juga: Knebworth Corvus – Sistem Pengecoh Serangan Rudal di Korvet Fatahillah Class
Selain, torpedo yang diluncurkan dari kapal selam, kapal permukaan dan helikopter, ranjau dasar laut jenis SLMM (Submarine Launched mobile Mine) atau “Ranjau Dasar Laut Pengaruh” juga banyak mengadopsi teknologi homing akustik. Disebut ranjau “pengauh”, karena ranjau ini aktivasinya dipicu dari pengaruh akustik dan mekanik. Sedangkan ada kata “dasar laut,” karena ranjau ini statusnya berada (ditempatkan) di dasar lautan.
Dari beberapa moda peperangan anti kapal selam (anti submarine warfare), cara yang dipilih untuk menangkal serangan torpedo dan ranjau dasar laut adalah dengan menggunakan torpedo decoy atau sonar decoy. Diantara pilihan sonar decoy, dalam beberapa literatur disebut TNI AL menggunakan jenis towed (tarik) decoy pada korvet Fatahillah Class. Dikutip dari Wikipedia.org, Fatahillah Class TNI AL yang terdiri dari KRI Fatahillah 361, KRI Malahayati 362, dan KRI Nala 363 mengusung T-MK6 Fanfare.
Baca juga: Ranjau Dasar Laut Pengaruh, Jebakan Penghantar Maut Bergaya Torpedo
Merujuk ke sebutannya sebagai torpedo decoy, Fanfare punya fungsi untuk mengalihkan serangan torpedo, caranya dengan decoy mengeluarkan bunyi bising layaknya propeller (baling-baling) kapal, alhasil terjangan torpedo dapat dialihkan. T-MK6 Fanfare sendiri sudah dipergunakan pasca berakhirnya Perang Dunia II. Di era Perang Dunuia II, modus menggunakan sonar decoys sudah jamak dilakukan, pihak perintis pertamanya adalah AL Jerman.
Baca juga: AEG SUT 533mm – Heavyweight Torpedo dengan Pemandu Sonar Pasif dan Aktif
Merujuk ke sejarahnya, Fanfare dilansir AL Amerika Serikat sebagai pengganti towed decoy jenis Foxer. Fanfare terdiri dari winch dan dua kabel drum yang dipasang pada fantail. Noisemakers ini efisien untuk mengurangi turbulensi dan dilengkapi dengan sirip untuk menstabilkannya di air. Untuk mengelabui sensor akustik pada torpedo, Fanfare dirancang memancarkan suara dalam frekuensi yang sama dengan baling-baling kapal, sehingga meningkatkan keefektifan sistem dan membuat musuh lebih sulit menggunakan filter elektronik pada torpedo-nya.
Meski digadang ampuh untuk mengelabui torpedo, namun sonar decoys ini dipastikan tak mempan bila menghadapi terjangan torpedo jenis baru, seperti Black Shark. T-MK6 Fanfare kini sudah banyak dipensiunkan, AL Amerika Serikat saat ini masih menggunakan towed torpedo decoy, seperti pada jenis AN/SLQ-25 Nixie. (Gilang Perdana)
Baca juga: Black Shark – Akankah Jadi Torpedo Andalan di Kapal Selam Changbogo Class TNI AL?
Mas bambank terpedo argentina ga kena kpl inggris krn kru u209 nya salah seting gyroscope terpedo nya.. saya baca di wiki.. mas admin mo nanya nih fatahilah radar canggih tapi rudal nya blm dipasang yah?? Pasang c803 atau SAAB nih..? Thx
Thx Min…. Artikelnya jd tambah paham alusista yg di pnya Indonesia.. 🙂
Baru kemarin saya baca artikel lama tentang nixie di web asing, sekarang di sini keluar artikel t-mk6 fanfare
Dalam perang fakland, towed decoy millik armada frigate inggris sukses mengelabui salah satu serangan torpedo SUT yang diluncurkan oleh kasel argentina
Kaprang generasi terbaru AL justru belum ada yang dilengkapi dg torpedo decoy, tapi kabar baiknya torpedo decoy buatan dcns kompatibel utk diluncurkan dari launcher terma spt yang dimiliki kaprang sigma&pkr class.