T-34C-1 Turbo Mentor: Akhiri Masa Tugas, Inilah Pesawat Latih Dasar TNI AU dengan Kemampuan COIN
|Setelah mengabdi sejak 1978, armada pesawat Latih Dasar T-34C-1 “Charlie” akhirnya resmi dilepas dari operasional TNI AU lewat sebuah upacara di Lanud Adisutjipto pada Selasa (3/4/2018). Dari 20 unit yang didatangkan dari Amerika Serikat, kini tinggal 11 unit yang tersisa, dan pada tahun lalu sejumlah pesawat ini masih ada yang berhasil diterbangkan. Meski debutnya telah digantikan KT-1B Wong Bee, jasa T-34C begitu besar dalam mencetak ratusan penerbang TNI AU.
Baca juga: KT-1B Wong Bee – Pesawat Latih Dasar dengan Cita Rasa Tempur Taktis
Meski populer disebut T-34C-1 Charlie, resminya pesawat tandem seat ini dikenal sebagai T-34C Mentor. Pesawat ini adalah produksi Raytheon Aircraft Company (d/h Beechcraft) Amerika Serikat. Pada awal pembuatannya Beechcraft T-34 Mentor yang dibuat dengan gagasan Walter Beech pada dekade 40/50-an sebagai pesawat propeller bermesin piston, kemudian di upgrade menjadi Turbo Mentor T-34C (turboprop).
Pada 1973 Beechcraft melakukan redesigned T-34 menjadi T-34C Turbo Mentor dengan didukung oleh Kanada Pratt & Whitney yang mengembangkan mesin turboprop PT6A-25. Pengembangan berjalan atas restu dari United States Navy (USN). Setelah berhasil dengan redesignated sebagai YT-34Cs , pesawat pertama kalinya diterbangkan pada tanggal 21 September 1973. Mentor memulai produksi pada Tahun 1975. T-34C-1 seperti yang digunakan TNI AU adalah versi bersenjata dijual mulai tahun 1977, versi ini dilengkapi dengan empat underwing hardpoint (dudukan untuk gun pod/bom/roket/flare seberat 540 kg).
Selain Indonesia, pengguna T-34C-1 adalah beberapa negara di Afrika dan Amerika Selatan, dengan kemampuan untuk disulap sebagai pesawat serbu ringan untuk misi ground attack, maka sejatinya T-34C-1 dapat menjalankan peran COIN (Counter Insurgency) bila diharuskan, layaknya NU-200 Sikumbang buatan Nurtanio.
T-34C hingga kini masih demikian populer sebagai pesawat latih primary, tercatat 26 negara termasuk Indonesia menggunakan pesawat ini. Dari sejarah panjangnya, jenis kecelakaan pesawat Charlie ini, tercatat sembilan kasus kecelakaan pesawat sejak 1980. Dinegara asalnya, T-34C masih digunakan sebagai primary training aircraft oleh Angkatan Laut Amerika Serikat (US Navy) dan Korps Marinir pilot (Marine Corps Pilot). T-34C saat ini sedang dalam proses digantikan oleh pesawat T-6 Texas II. Total keluarga T-34C telah diproduksi sebanyak 2.300 unit. (Gilang Perdana)
Spesifikasi T-34C-1 Turbo Mentor
-Crew: Two
– Length: 8,75 meter
– Wingspan: 10,16 meter
– Height: 2,92 meter
– Empty weight: 1.342 kg
– Max. takeoff weight: 2.494 kg
– Powerplant: 1 × Pratt & Whitney Canada PT6A-25 turboprop
– Max. speed: 518 km/h
– Cruise speed: 396 km/h
– Range: 1.311 km at 333 km/h
– Service ceiling: 9.145 meter
– Rate of climb: 7,5 m/s
reques min jenis”ranjau laut dan ranjau darat yg di gunakan tni…
Ayo, @indomiliter
HOT NEWS :
KC46A Pegasus menjadi pilihan utama untuk pesawat tanker AURI, sedangkan A330 MRTT pilihan kedua.
IL78 ILYUSHIN buatan Rusia suruh nyemplung ke laut aje. Muat minyak paling dikit, kagak bisa pakai boom dan banyak nilai merahnye.
Xixixixixi
no link=HOAX !!!
kaboorrr
KC-46 dipilih TNI AU?
Dapat dari mana info kaya gitu?
Halah…berita kulakan di lapak pakistan aja kok dibilang HOT NEWS !!!!
Satu titik lemah dari paper itu, seperti yg sudah-sudah mengesampingkan faktor TOT dan pelibatan industri dirgantara nasional
Ada orgil yang bilang kabar ini berita kulakan dari lapak pakistan.
Tetapi sebenarnya ini link-nya :
https://tni-au.mil.id/pengganti-pesawat-tanker/
Sono baca dulu yang bener, kajian sepanjang 53 halaman itu rilis resmi dari web tni au sendiri lho.
As you know mr. ngitung (and you should know it better)…setiap informasi militer yg tidak ditandatangani oleh perwira yg berwenang dan sudah dipublish ke publik, bukanlah informasi yg valid dan memiliki nilai !!!!
Pertanyaan ane kepada ente…kapan AU pernah melakukan evaluasi thd pegasus, mrtt atau il-78? Dan dg siapa tempat kita melakukan evaluasi itu, karena belum punya pesawat tsb?
Matrix yg tersaji memang standar baku dalam mengevaluasi sebuah alutsista…lalu bagaimana ybs bisa memasukkan poin-poin kedalam matrix penilain, jika AU belum pernah melakukan evaluasi yg mendalam thd ketiga pesawat tsb?
Apa dasarnya? Apakah cukup menggunakan asumsi, atau berdasar pengetahuan/pengalaman yg dimiliki oleh penulis dg salah satu kandidat atau justru bersifat favoritisme?
Koreksi ane jika salah…
1. Menurut matrix itu, disebut bhw dari mrtt tidak akan memperoleh TOT, tapi malah boeing akan memberi kita TOT? Menurut ente bagaimana?
2. Penulis menyamaratakan tipe pesawat, dg menganggap pesawat boeing 737 dan pegasus sama saja. Padahal pilot dan teknisi harus punya type rating khusus untuk jenis pesawat tertentu !!!
Hemat ente, AU belum berpengelaman mengoperasikan dan merawat pesawat berbadan besar, baik airbus maupun boeing.
AU pernah mengoperasikan boeing-707, tapi itu hibah dr pelita dan segera dipensiunkan krn tidak sesuai dg kemampuan pembiayaab AU.
3. Penulis tampaknya memasukkan seluruh bandara, tanpa diberi bobot diantara mereka, mana yg memiliki korelasi dg pengoperasian air tanker.
4. Ane bukan fansboy airbus atau boeing…ane fansboy vitalia shesa, catat itu !!! Yg menjadi perhatian ane adalah, setiap akan membuat kajian, kita harus keluar keringat dan putar otak…gak cukup main nemplok-nemplok poin kedalam tabel, tanpa disertai evaluasi yg mendalam.
Mas Bau penggemar Vitalia Shesa.
Bukan TOT nya yang Airbus nggak mau (Airbus pasti serahkan sebagian pekerjaannya ke PTDI), tetapi di point 5 yang dikasih warna merah itu ada kata-kata “kepentingan nasional”
As you know, saat ini RI sedang ngotot-ototan sama Uni Eropa soal sawit.
Kepentingan nasional = Sawit kita diterima di Eropa.
Sawit kita khan sedang akan disingkirkan oleh Uni Eropa, maka kebalikannya produk Airbus juga akan kita singkirkan sebagai balasan.
Itulah alasan mengapa bagian Airbus masih dimerahi yang point 5 itu.
Actually saya penggemar Airbus, tetapi saya paham mengapa Airbus dikasih kotak merah pink.
Sementara untuk Boeing KC46A ini bakal diserahkan maintenancenya ke GMF, yang memang sudah berpengalaman mengerjakan maintenance pesawat2 dari Boeing.
Point 5 untuk Airbus yang diberi kotak pink itu bakal jadi hijau JIKA sawit kita diloloskan oleh uni eropa.
Aaaaa…jij punya maksud, ini semua cuma deception manuver macam sukhoi yg nasibnya molor mungkret macam getah karet itu?
Hahahaha, jij memang murid ik-bent yg paling pinter…
Masih rancu yang mana yang akan dibeli, meski sudah dibuat diagram yang melebihkan suatu produk tapi ketiganya masih memungkinkan dibeli, apakah karena faktor politik luar negeri atau uang finansial negara, kenapa nggak disebutkan 1 produk saja yang dipilih kalau kelebihan dan kekurangan sudah sangat kentara terlihat
Apa PT. DI tidak bisa bikin pesawat latih????
Krn sayang aja kl sekelqs pesawat latih masih impor…
USA aja pake pesawat Super Tucano buatan Brazil.
Walau ‘cuma’ pesawat latih, itu harus lewat desain yang matang, sistem kontrol, avionik, dng maksimal kualitas pekerjaan yg didapat dari riset.
Mungkin anda sulit memahami ini kalau anda bukan seorang desainer.
Riset dan pengadaan alat produksi itu butuh biaya juga.
Semua pesawat jg hrs pny desain yg matang bu..sistem kontrol dan avionik yg bqgus dan maksimal bu…it sdh jd syarat wajib sebuah pesawat terbang.. tdk “cuma” pesawat latih…
Pertanyaannya… Ap PT. DI tidak bermain d kelas itu…?? Ap pemainnya sdh ckup bny???
Udah banyakin wong bee jadi COIN sekalian.
Hibahkan ke timor leste.