Update Drone KamikazeKlik di Atas

Swiftships “Swift Sea Stalker (S3)” – USV dengan Empat Rudal AGM-179 JAGM, Sudah Diorder Pentagon

Palagan di Laut Hitam telah membuktikan bahwa drone laut permukaan – Unmannned Surface Vehicle (USV) yang dipersenjatai dapat mengambil peran strategis dalam jalannya pertempuran. Meski efektivitasnya masih harus dikaji, namun aksi USV Ukraina yang dipersenjatai rudal hanud, telah membetot perhatian, bahwa sesuatu yang selama ini sebatas dalam tatanan konsep, justru sudah diadaptasi langsung di medan perang yang sebenarnya.

Baca juga: Pertama Kali, Ukraina Gunakan USV Kamikaze Bersenjata Rudal R-73 “FrankenSAM”

Beragkat dari beberapa kasus yang terjadi yang terjadi di perang Ukraina, Swiftships, pembuat kapal yang berkantor pusat di Louisiana, Amerika Serikat, telah memperkenalkan inovasi maritim terbarunya— yakni small Unmanned Surface Vehicle (sUSV) yang disebut Swift Sea Stalker (S3).

S3 dilengkapi dengan empat rudal AGM-179 Joint Air-to-Ground Missiles (JAGM), drone laut ini diklaim merupakan kemajuan signifikan dalam kemampuan maritim nirawak bagi Angkatan Laut AS. Sadar bahwa rudal sangat sensitif pada kondisi air laut dan cuaca, maka peluncur rudal AGM-179 pada USV ini dilengkapi dengan kubah, yang apabila kubah tertutup dapat menjadikan USV ini sebagai wahana semi stealth.

S3 dipamerkan selama acara Technology Readiness Experimentation (T-REX) 24-2 di Camp Atterbury, Indiana, yang berlangsung dari tanggal 17 hingga 29 Agustus 2024. T-REX merupakan bagian dari inisiatif Departemen Pertahanan AS untuk mengintegrasikan kemampuan gabungan baru di seluruh angkatan dengan cepat. Acara khusus ini menyaksikan kolaborasi dengan Garda Nasional Indiana, yang menyediakan ruang taktis dan operasional penting di tempat pelatihan Camp Atterbury.

Dirancang untuk misi pengawasan dan interdiksi, USV S3 dirancang khusus untuk beroperasi di jalur perairan yang menantang di zona konflik, termasuk wilayah Tanduk Afrika dan Laut Cina Selatan. S3 dapat dioperasikan dari jarak jauh atau berfungsi secara mandiri, menawarkan fleksibilitas dan efisiensi dalam operasi maritim.

Drone ini memiliki kecepatan tertinggi melebihi 30 knots dan jangkauan efektif 1.000 nautical mile (setara 1.852 kilometer), dan daya tahan (endurance) mengarung selama 40 jam, yang memungkinkan kemampuan operasional yang lama. Fitur-fitur ini memungkinkan negara-negara mitra untuk memantau dan menanggapi ancaman di sepanjang garis pantai mereka secara efektif, sehingga meningkatkan keamanan maritim.

Swiftships baru-baru ini mendapatkan kontrak dari Departemen Pertahanan AS untuk memproduksi USV S3. “Kami bangga mendukung misi Departemen Pertahanan AS untuk menjaga perairannya dan melindungi kepentingan maritim yang vital,” kata perusahaan itu. “Pengiriman USV S3 merupakan langkah maju yang signifikan dalam memajukan tujuan keamanan maritim di masa depan.” Swiftship menyebut waktu produksi satu unit USV akan memakan waktu 10-12 bulan.

Swift Sea-Stalker (S3) menggunakan penggerak dari basis propeller dan water jet. USV tempur ini dibangun dengan mematuhi NATO Standardization Agreements (STANAG) 4586 dan Joint Architecture for Unmanned Systems (JAUS) protocol. ​​

Dari situs resminya, Swift Sea-Stalker disebut punya panjang lambung 6,1 meter dan lebar 1,82 meter. Dapur pacunya disokong mesin Yanmar 4LV230 230 HP dan propulsi Hamilton Water Jet HJ-213​. Dalam sekali berlayar drone laut ini dapat membawa 400 liter bahan bakar.

Lambung Swift Sea-Stalker dibangun dari rugged 5086 marine grade aluminum. Lambung kapal tidak akan tenggelam kecuali sengaja ditenggelamkan. Swiftships menyebut USV dapat berlayar dengan aman di kondisi gelombang sea state 3-4, dan  Swift Sea-Stalker dapat dimobilisasi dengan transportasi dari darat, laut dan udara. (Gilang Perdana)

Ukraina Pamerkan “Sea Baby” – Drone Laut (USV) Kamikaze dengan Hulu Ledak 1 Ton Sanggup Berlayar 1.000 Km

 

3 Comments