Update Drone KamikazeKlik di Atas

Supercavitation – Teknologi Dibalik Kecepatan Super Torpedo Shkval Rusia

Jangan bicara dulu battle proven, teruji pun masih menjadi tanda tanya, tapi kemampuan torpedo VA-111 Shkval yang dapat melesat dengan kecepatan 200 knots (370 km per jam), jelas menarik untuk dicermati. Untuk mencapai kecepatan fantastis, Shkval tidak ditenagai lazimnya torpedo konvensional, melainkan torpedo produksi Rusia ini menggunakan mesin roket dengan bahan bakar padat.

Baca juga: VA-111 Shkval – Torpedo dengan Solid Fuel Rocket Engine, Melesat 370 Km Per Jam, Mimpi Buruk Buat AS dan NATO

Penggunaan roket dengan bahan bakar padat untuk wahana di bawah air merupakan terobosan besar. Tapi untuk mewujudkannya diperlukan teknologi penunjang yang juga terbilang spektakuler di segmen torpedo, yakni supercavitation.

Supercavitation adalah fenomena di mana gelembung udara besar dibentuk di sekitar torpedo, mengurangi hambatan hidrodinamis yang dihadapi torpedo saat bergerak di bawah air. Proses supercavitation dimulai dengan menghasilkan gelembung udara di sekitar hidung torpedo.

Ketika torpedo Shkval bergerak pada kecepatan tinggi, cairan di sekitar hidung dipaksa dibuang ke samping dan menciptakan zona hampa udara di depannya. Gelembung udara yang terbentuk ini menyebabkan bagian depan torpedo mengalami separasi dari air, menciptakan ruang kosong atau kavitas. Kavitas ini adalah apa yang disebut “superkavitas,” yang memungkinkan torpedo “meluncur” di atas air tanpa mengalami gesekan besar yang umumnya dialami oleh torpedo konvensional.

Dengan demikian, supercavitation pada Shkval mengurangi hambatan dan memungkinkan torpedo Shkval bergerak pada kecepatan yang jauh melebihi torpedo lainnya. Kecepatan tinggi ini memungkinkan torpedo mencapai target dengan sangat cepat, mengurangi waktu yang diperlukan untuk mencapai sasaran dan memberikan sedikit waktu bagi target untuk bereaksi atau menghindar.

Supercavitation juga memberikan manfaat tambahan dalam hal menghindari sistem pertahanan anti-torpedo yang berbasis sonar. Karena torpedo Shkval bergerak di atas air, gelombang akustik yang dihasilkan oleh torpedo jauh lebih sedikit dibandingkan torpedo konvensional yang bergerak di dalam air, sehingga sulit dilacak oleh sensor sonar kapal permukaan.

Berikut adalah penjelasan bagaimana supercavitation dapat terjadi pada torpedo Shkval:

1. Dorongan Kuat
Shkval menggunakan mesin roket bahan bakar padat yang memberikan dorongan kuat ke belakang torpedo. Dorongan ini menciptakan kecepatan tinggi pada torpedo, yang menghasilkan tekanan tinggi di depan torpedo saat bergerak melalui air.

2. Gelembung Udara
Tekanan tinggi yang dihasilkan oleh kecepatan torpedo menyebabkan air di sekitar hidung torpedo dipaksa ke samping, menciptakan zona hampa udara di depan torpedo. Gelembung udara besar ini menciptakan “superkavitas,” yang berarti torpedo bergerak di dalam kavitas udara, bukan di dalam air, saat bergerak dengan kecepatan tinggi.

3. Ruang Udara
Ketika superkavitas terbentuk, torpedo Shkval bergerak di dalam kavitas udara yang relatif besar. Ruang udara ini mengurangi kontak torpedo dengan air, mengurangi hambatan hidrodinamis secara signifikan.

4. Pengurangan Hambatan
Dengan mengurangi hambatan hidrodinamis, supercavitation memungkinkan torpedo Shkval untuk bergerak dengan kecepatan yang jauh melebihi kecepatan torpedo konvensional. Ini memberikan keunggulan taktis karena torpedo dapat mencapai target dengan cepat, mengurangi waktu reaksi musuh dan memberikan waktu yang terbatas bagi mereka untuk bereaksi atau menghindar.

Baca juga: Boeing P-8A Poseidon Kini Siap Meluncurkan HAAWC, Torpedo Pintar dengan Sayap

Meski supercavitation mengurangi hambatan dan meningkatkan kecepatan torpedo, torpedo Shkval memiliki keterbatasan jangkauan dan masa pakai baterai yang terbatas karena konsumsi daya yang tinggi saat berada dalam mode supercavitation. Karena itu, Shkval lebih cocok digunakan untuk misi jarak dekat dan tugas khusus, daripada digunakan sebagai solusi serangan torpedo umum. (Gilang Perdana)

One Comment