Sukses ‘Memburu’ Presiden Fretilin dalam Operasi Seroja, TNI AU Resmi Pensiunkan Helikopter SA-330 Puma
|Lewat upacara yang dipimpin KSAU Marsekal TNI Fadjar Prasetyo, pada hari Jumat, 29 Desember 2023 bertempat Lanud Atang Sendjaja, Bogor, TNI AU secara resmi memensiunkan armada helikopter angkut sedang (disebut angkut berat oleh TNI AU) SA-330 Puma, yakni setelah pengabdian panjangnya selama 45 tahun memperkuat arsenal Wing 4 Skadron Udara 8.
Baca juga: Menhan Prabowo Serahkan 8 Unit Helikopter H225M, TNI AU Kini Punya 14 Unit Caracal
Salah satu SA-330 Puma nantinya telah dipersiapkan untuk menghuni sebagai Monumen dan Museum Pusat TNI Angkatan Udara “Dirgantara Mandala” Yogyakarta. Sementara sebagai penggantinya, Skadron Udara 8 kini telah mengoperasikan 14 unit helikopter yang lebih baru dan modern, H225M Caracal buatan Airbus Helicopters yang dirakit oleh PT Dirgantara Indonesia.
Bila dirunut dari spesifikasinya, SA-330 masih tergolong sebagai helikopter angkut sedang, tetapi di lingkungan TNI AU helikopter ini “naik status” ketika menjadi arsenal utama Skadron Udara 8 yang bermarkas di lanud Atang Sendjaja – Bogor. Skadron Udara 8 sendiri menyandang status sebagai skadron heli angkut berat, dimana skadron ini pernah menjadin induk dari helikopter raksasa Mi-6 yang legendaris.
SA-330 punya berat kosong 4 ton, dan punya berat maksimum saat operasi hingga 7,4 ton. Ditenagai 2 mesin Turbomeca Turmo IV C, SA-330 Puma punya kecepatan jelajah 248 km per jam, serta kecepatan maksimum 257 km per jam.
Jangkauan jelajahnya hingga 580 km dengan kecepatan menanjak 7,1 meter per detik. Ketinggian terbang SA-330 adalah 4.800 meter. Dari segi daya angkut, bobot muatan yang bisa digendong hingga sekitar 3 ton, termasuk dengan sling, sementara jumlah personel yang bisa diangkut adalah 16 orang.
Berkualifikasi Utility Helicopter (UH), SA-330 Puma juga bisa dipersenjatai. Dari banyak varian senjata yang bisa dibawa, TNI AU diketahui telah “mendandani” Puma dengan roket FFAR 2,75 inchi dan twin door gun dengan SMB (senapan mesin berat) Browning kaliber 12,7 mm. Untuk roket ada dua pod LAI 51 yang bisa dibawa, masing-masing 1 pod disisi kanan dan kiri. Setiap pod berbobot 80 kg, terdiri dari 19 roket, sementara berat satu roket FFAR sekitar 5 kg.
Kemudian untuk door gun, bisa dipasang dua laras senapan mesin berat M2HB Browning yang dirangkai dalam satu kendali. Bobot masing-masing senjata adalah 15 kg, sedangkan berat gun stand mencapai 25 kg dengan amunisi sekitar 100 kg di lantai.

Karena kemampuannya yang multi guna, SA-330 banyak berjasa tidak hanya dalam misi tempur, tapi juga pada operasi militer selain perang, seperti misi SAR, dan evakuasi kecelakaan, dan bencana alam.
Salah satu misi tempur yang cukup spektakuler adalah saat berlansungnya operasi Seroja pada tahun 1978, di antaranya dalam operasi memburu Presiden Fretilin Nicolao Dos Reis Lobato yang akhirnya berhasil ditembak, sebagai bukti SA-330 Puma H-3306 sampai berlubang diterjang 23 buah proyektil.
Merujuk dari sejarahnya, prototipe SA-330 Puma mulai terbang perdana pada 15 April 1965. Produksinya dilakukan mulai tahun 1968 hingga 1987 dengan jumlah populas 697 unit (termasuk yang diproduksi dalam lisensi). Ada puluhan negara yang menggunakan helikopter ini, baik dalam versi militer dan sipil. Di lingkungan TNI AU, terdapat tipe J dan L.
Versi J adalah varian sipil memiliki sistem emergency yang lebih baik dibanding dengan type L (versi militer), maka akan lebih dapat menjamin keamanan dan keselamatan terbang. Oleh karena itu untuk keperluan penerbangan VVIP Presiden dan wakil Presiden digunakan SA-330 Puma tipe J. Versi J SA-330 juga digunakan oleh maskapai Pelita Air Service. Kini TNI AU telah memiliki generasi lanjut SA-330 Puma, yakni NAS-332 Super Puma yang memperkuat Skadron Udara 6. (Gilang Perdana)