Update Drone KamikazeKlik di Atas

Sukhoi Su-30MKM Malaysia Ternyata Loyo

Bicara tentang keluarga Sukhoi di Asia Tenggara, semua mata selama ini merujuk ke Malaysia sebagai pemilik Sukhoi Su-30MKM, varian Sukhoi yang paling maju fiturnya, terutama bila dibandingkan Sukhoi Su-30MK2 milik Indonesia dan Su-30MK2V milik Vietnam. Selain racikan fitur yang terdepan, Su-30MKM pun ‘kaya’ kegiatan, seperti sukses meluncurkan bom pintar berstandar NATO dengan pemandu laser (GBU-12) dan pernah pula meluncurkan rudal jelajah anti kapal Kh-31 yang harganya selangit.

Baca juga: GBU-12 LGBs – Bom Pintar NATO Berpemandu Laser, Sukses Diluncurkan dari Sukhoi Su-30MKM Malaysia

Aktivitas di atas menyiratkan, betapa mantapnya armada Sukhoi Su-30MKM TUDM (AU Malaysia), terlebih jumlah yang dimiliki mencapai 18 unit, pun sudah dua kali jet ini berpartisipasi dalam ajang demo udara di Singapore AirShow, terakhir di Singapore AirShow 2018 bukan Februari silam. Namun baru-baru ini, pernyataan yang dilontarkan Menteri Pertahanan Malaysia Mohamad Sabu sontak membalikan anggapan banyak orang selama ini. Seperti dikutip dari thestar.com.my (31/7/2018), Sabu menyebutkan bahwa saat ini dari 18 unit Su-30MKM, hanya ada empat unit pesawat yang berada dalam kondisi layak terbang (serviceable).

Mohamad Sabu yang akrab dipanggil Mat Sabu menyebut TUDM tidak mampu mempertahankan kelaikan pesawat yang ada, untuk sementara 14 unit Su-30MKM kini dalam proses perbaikan dan perawatan. Dia mengatakan Kementerian Pertahanan telah menghentikan kontraktor yang dikontrak oleh pemerintah sebelumnya dan sedang mempertimbangkan untuk mengganti mereka dengan kontraktor lokal. Dalam pernyataannya, Sabu juga mengatakan pihaknya kedepan akan menghentikan operasional 10 unit jet tempur MiG-29 Fulcrum.

Biaya operasional dan life cycle cost yang tinggi pada generasi Sukhoi memang sudah bukan rahasia lagi, dan itu sudah menjadi konsekuensi demi mendapatkan efek deteren. Namun mangkraknya Sukhoi Su-30MKM menjadi perhatian tersendiri, ditambah negara tersebut belum lama ini baru saja melakukan suksesi kepemimpinan.

Malaysia membeli 18 unit Su-30MKM dalam kontrak senilai US$900 juta pada tahun 2003. Salah satu komitmen yang dijanjikan Rusia dalam pengadaan tersebut adalah dikirimnya astronot asal Malaysia, Sheikh Muszaphar Shukor, yang kemudian berhasil ke luar angkasa pada tahun 2007.

Lantas apa yang membuat Malaysia serasa megap-megap untuk mengoperasikan Sukhoi Su-30? Dalam hitungan dollar, biaya operasional per jam Su-30 yang mengadopsi twin engine ditakar mencapai US$14 ribu. Sebagai perbandingan biaya operasional per jam F-16 yang single engine mencapai US$4.500 – US$5.000 per jam. Detail cara menghitung item dalam biaya per jam memang hanya internal angkatan udara yang tahu.

Baca juga: Inilah Dilema Pengadaan Jet Tempur – Acquisition Cost Vs Life Cycle Cost

Namun biaya yang diperlukan untuk satu jam terbang Sukhoi secara global antara lain pada elemen bahan bakar, penurunan fungsi airframe pesawat sehingga makin mempercepat masuk ke tahap perawatan, berkurangnya jumlah jam terbang terbang, penururan usia mesin dan lainnya.

Khusus untuk berkurangnya jumlah jam terbang Sukhoi, ketika jet-jet tempur Rusia itu tiba dalam kondisi baru, masing-masing sudah memiliki ‘jatah’ jam terbang. Semisal setiap unit pesawat Sukhoi memiliki jam terbang operasional sebanyak 2.000 jam terbang, maka setelah 2.000 jam terbang tercapai, pesawat harus masuk ke tahap perawatan seperti penggantian mesin dan suku cadang.

Kasus Su-30MKI India
Adanya Su-30MKM Malaysia merupakann pengembangan dari Su-30MKI India, ditandai dengan ciri khas yang sama-sama menggunakan canard. Sebagai negara yang mendapat lisensi pembuatan Sukhoi Su-30MKI Flanker, India memiliki 200 unit Su-30MKI.

Namun, Kepala Staf Angkatan Udara India, Jenderal Arup Raha pernah mengungkap sejumlah masalah tentang kesiapan operasional Sukhoi Su-30MKI ini kepada pers. Sebagaimana dikutip dari Arming India terbitan New Delhi, saat Hari Angkatan Udara India. Dalam wawancara tersebut AU India mengatakan bahwa tingkat kesiapan operasi Sukhoi Su-30MKI ini hanya 50 persen. Dari 200unit yang dimiliki India, hanya 100 yang siap terbang.

Baca juga: Malaysia Telah Uji Tembak Rudal Kh-31, Indonesia Kapan?

“Banyak sekali masalah terkait perawatan, overhaul, waktu persiapan (turnaround time), dan ketersediaan sukucadang dari pihak original equipment manufacturer,” kata Raha kepada pers.India mendapat lisensi pembuatan hampir seluruh Sukhoi Su-30MKI itu dari KNAPPO, Rusia, melalui perusahaan kedirgantarannya, Hindustan Aeronautics Limited. Ketersediaan sukucadang dari original equipment manufacturer (Rusia) ini berpotensi berkontribusi pada hambatan tingkat kesiapan operasi Sukhoi Su-30MKI mereka. (Gilang Perdana)

62 Comments