Sukhoi di Indonesia, Antara Kontroversi dan Kebutuhan Akan Efek Deteren
Bagi Sukhoi rupanya tak sia-sia ikut tampil dalam Indonesian AirShow (IAS) 1996 di Bandara Soekarno-Hatta, selain sukses membetot perhatian publik, para petinggi TNI (d/h- ABRI) rupanya ikut dibuat kagum dengan akrobatik udara dari pesawat twinjet Su-27 dan Su-30 dengan kemampuan air superiority tersebut. Meski saat itu baru sebatas melirik tanpa proyeksi membeli, bisa dibilang IAS 1996 sebagai ‘pembuka jalan’ debut jet tempur Sukhoi di Indonesia.
Saat penyelenggaraan IAS 1996, kondisi ekonomi dan politik Indonesia relatif masih stabil di bawah kepemimpinan Presiden Soeharto. Meski saat itu belum diberlakukan embargo secara penuh, pasokan logistik dan suku cadang alutsista dari Amerika Serikat sudah mulai dibatasi pasca insiden Santa Cruz di Timor Timur tahun 1991. Namun mazhab alutsista TNI AU saat itu masih terpusat ke AS dan NATO.
Namun di lubuk hati, di IAS 1996 Malaysia rupanya sedikit mampu membuat cemburu Indonesia, lantaran AU Malaysia (RMAF) di IAS 1996 sukses mendatangkan dua unit MiG-29N Fulcrum, yang saat itu terbilang penempur modern dan disegani di kawasan. Ketambahan lagi sejak 1997, AU Malaysia mulai mengoperasikan F/A-18D Hornet. Satu negara dengan perkuatan fighter unggulan dari dua kubu (AS dan Rusia) terbilang sangat langka, terlebih di Asia Tenggara dan Malaysia adalah pelopornya. Dan di tahun-tahun berikutnya jejak ini kemudian diikuti oleh Indonesia.
Pasa lepasnya Timor Timur di 1999, hubungan politik Indonesia dengan AS dan Eropa Barat rupanya kian memburuk, sanksi embargo bukan saja pada jet tempur F-16 dan pesawat angkut C-130 Hercules, melainkan merembet ke Hawk 109/209 buatan Inggris.
Tingat kesiapan tempur yang terus melorot akibat embargo, plus gempuran krisis moneter yang belum tuntas, menjadikan kekuatan TNI, khususnya TNI AU melorot drastis. Singkat cerita di masa pemerintahan Presiden Megawati Soekarnoputri, dipinanglah dua unit Sukhoi Su-27SK dan dua unit Su-30MK (bacth pertama) dari Rusia. Presiden Vladimir Putin kala itu rupanya paham betul kondisi ekonomi Indonesia yang tengah morat marit, maka tatkala Indonesia menawarkan paket imbal dagang (barter) pun mendapat persetujuan dari Kremlin.
Bisa disebut Sukhoi Su-27/Su-30 terlahir di Indonesia akibat tekanan embargo dari AS/Eropa Barat. Yang memaksa Indonesia mencari opsi lain untuk menjaga tingkat kesiapan tempur. Program kilat harus dijalankan, mengingat saat kekuatan udara Indonesa menurun, sebaliknya kekuatan udara negara-negara tetangga justru meningkat. Lebih parah lagi, dengan tingkat kesiapan menurun, berdampak pada loyonya efek deteren, alhasil ancaman terjadinya black flight yang masuk teritori RI meningkat.
Baca juga: Momen Potensial Munculnya Black Flight di Indonesia

Kontroversi dan Efek Deteren
Ada beberapa catatan seputar kontroversi hadirnya Sukhoi Su-27/Su-30, dimulai dari cara pengadaannya yang ‘mencicil’ lalu berimbas pada nilai jual yang fantastis, biaya operasional per jam yang tinggi, umur mesin yang singkat, sampai urusan persenjataan adalah rentetan kontroversi Sukhoi Su-27/Su-30. Maklum sejak didatangkan pada 2003, baru sepuluh tahun kemudian armada Sukhoi di Skadron Udara 11 dilengkapi persenjataan berupa rudal udara ke udara dan udara ke permukaan.
Tapi Sukhoi ya Sukhoi, meski jauh dari sempurna dan minim pengalaman tempur di tingkat global, jet tempur ini terbukti mampu memberi efek deterens bagi Indonesia, terlebih saat paket rudal sudah didatangkan. KSAU Marsekal TNI Yuyu Sutisna saat menjabat sebagai Panglima Komando Pertahanan Udara Nasional (Pangkohanudnas) pernah mengatakan, bahwa persentase munculnya black flight menurun drastis sejak Sukhoi Su-27/Su-30 hadir di Kosek Hanudnas II/Makasar. Sukhoi Su-27/Su-30 terbukti masih disegani, terutama oleh jet tempur atau pesawat terbang asing yang berasal dari produk AS/Eropa Barat.
Baca juga: Pangkohanudnas – ALKI III Jadi Wilayah ‘Favorit’ Pelanggaran Wilayah Udara Nasional
Kontroversi Jilid II
Saat Singapura memiliki F-16 C/D Block52+ dan F-15SG Strike Eagle, Malaysia dengan Su-30MKM dan Australia yang lebih superior dengan F/A-18 Super Hornet plus stealth fighter F-35A Lihtning II, maka posisi Indonesia kian terjepit bila tak cermat mengakuisisi jet tempur utama. Atas alasan untuk mampu memberi efek deterens maka opsi pengadaan Sukhoi Su-35 Flanker E (Super Flanker) yang akhirnya dipilih oleh Indonesia.
Seperti halnya di era Megawati, Untuk mendapatkan Su-35 juga mengedepankan proses barter alias imbal dagang, tapi kali ini harus dilalui Indonesia dengan jalan berliku dan melelahkan, setelah melewati proses negosiasi panjang nan alot, akhirnya pada 14 Februari 2018 dinyatakan kontrak pembelian 11 unit Su-35 telah dilakukan di Jakarta.
Seolah membuat eforia di kalangan netizen pecinta alutsista, 11 unit Sukhoi Su-35 diwartakan hadir dalam paket full combat armament, dan hebatnya 2 unit Su-35 kabarnya akan memeriahkan flypass di HUT TNI 5 Oktober 2018. Benar atau tidaknya masih harus dikonfirmasi, mengingat setidaknya butuh 12- 18 bulan untuk memproduksi jet tempur. Lebih masuk akal jika yang tampil Oktober 2018 mendatang adalah Su-35 pinjaman, seperti halnya AH-64 Apache US Army saat memeriahkan HUT TNI 5 Oktober 2017 lalu di Cilegon, Banten.
Sebuah catatan dari cnnindonesia.com (17/2/2018), berdasarkan penuturan Kepala Pusat Komunikasi Publik Kementerian Pertahanan Brigjen Totok Sugiarto, kontrak pengadaan 11 unit Su-35 ditandatangani oleh Kepala Badan Sarana Pertahanan (Kabaranahan) Kemhan Laksamana Muda TNI Agus Setiadji dengan Yuri, delegasi dari Rostec pada 14 Februari lalu. Nantinya pengiriman Sukhoi ke Indonesia akan dilakukan dalam tiga tahap.
Baca juga: 14 Februari 2018, Kontrak Pembelian Sukhoi Su-35 Telah Dilakukan di Jakarta
Tahap pertama, akan dikirim dua unit pada Agustus 2019, dengan catatan kontrak efektif per Agustus 2018. Tahap kedua, enam unit akan dikirim 18 bulan setelah kontrak efektif. Dan, tiga unit sisanya akan dikirim setelah 23 bulan dari kontrak. Total pengadaan 11 unit Sukhoi SU-35 lengkap dengan senjata dan persenjataannya mencapai US$1,14 miliar dengan sistem imbal beli.
Keputusan pengadaan Su-35 sudah barang tentu membuktikan bahwa Indonesia adalah negara yang berdaulat atas kebutuhan pasokan alutsistanya. Seperti diketahui, keberatan atas pembelian Su-35 telah dilayangkan langsung oleh Menteri Pertahanan AS James Mattis dalam kunjungannya ke Indonesia beberapa waktu lalu, bahkan Presiden Donald Trump telah pasang kuda-kuda untuk memberikan sanksi bagi negara-negara yang bermitra dagang persenjataan dengan Rusia.
Efektifkah ancaman AS? dan apakah akan berpengaruh pada proyek jet tempur IFX yang tengah digarap Korea Selatan bersama Indonesia? Well.. kita tunggu saja perkembangan berikutnya. (Gilang Perdana)
Related Posts
-
Apes, MBT T-90A Rusia Rontok Akibat “Friendly Fire” dari Rudal Anti Tank Konkurs
46 Comments | Sep 18, 2020 -
Diluncurkan dari F-16, Turki Sukses Uji Coba Rudal Udara ke Udara Produksi Dalam Negeri
18 Comments | Apr 15, 2021 -
Tangkal ‘Agresi’ di Laut Cina Selatan, Filipina dan AS Diskusikan Penempatan Roket Balistik Taktis
3 Comments | Apr 9, 2019 -
Torpedo Poseidon: Berhulu Ledak Nuklir dan Bisa Menjelajah Hingga 10.000 Kilometer!
15 Comments | Sep 22, 2019
ha sales barat kayak phd gesong alias sakau
contoh dong phd ayam jago yg uda netral sekarang walaupun masih sedikit netralnya.
phd selalu bangga2 in tot lm,ha….ha….ha….
sono gih ngopi dulu biar segar pikirannya
baru tiga tahun uda bisa beli ini itu,bangun ini itu,sistem birokrasi gak mbulet lagi,punya mentri hebat dan sakti,presidennya diminta tukar sama pm malon dan pm jepun.
papua uda tembus dari ujung ke ujung,mrt ada,lrt ada,bandara makin banyak,pelabuhan makin banyak,plbn paling cantik kalah punya tetangga,apalagi ya bingung sangking banyaknya dan gak ada yg mangkrak,oh iya bendungan makin banyak,dan asap uda gak ada lagi jadi sehat deh.
barat maunya nkri punya pesawat f16 terus gak boleh pesawat lain,biar tetangga biar bisa keluar masuk.coba deh phd pikir dan sadar diri apa memang benar barat ingin nkri kuat?
asal ngomong pasti selalu ujung2 nya viver..viver…
basi tau..ha….ha….ha… jangan dibalas ya phd gak perlu.
dih, ni bocah ngapa ya?
Bukan embargo tp lobi mattis ke pak rr jika kita membatalkan pembetulan su35 maka beberapa program militer yg sempat dibekukan akan dilanjutkan kembali. masalahnya semua berita lokal mengenai adanya embargo tambahan jika membeli su35 mengambil rujukan dari rtbh yang sudah jelas kantor berita rusia dan rtbh sdh dikenal sebagai raja hoax
@ayam jago
Eh ada bung ayam jago..
Progress national network centre atau yg project Kartika itu uda sampai mana nih?
Sama satu lagi dah untuk pashkas jadi akusisi PL 9C Shorad gak tuh bung dlam waktu dekat?
kalo tactical datalink kartika bukan urusan ane lagi krn kini dipindahkan ke program lain yaitu national datalink maupun tactical datalink tni au & al
utk pengadaan rudal hanud & psu blm masuk prioritas. pl9c kini punya psaing tangguh yaitu iris t. prioritas jangka pendek utk rudal hanud & psu 4 batere skyshield & 4 batere nasams
Saya rasa yang dilakukan pak Mattis justru menguntungkan RI karena Russia mau tidak mau mendapat tekanan karena usaha USA untuk menggagalkan rencana pembelian Su-35… dan terlihat begitu seriusnya sampai di teken kontraknya justru setelah kedatangan pak Mattis…
Dan klaim RBTH sebagai raja Hoax jelas tidak berdasar… bahkan ketika ada beberapa minus dalam situasi produksi alutista Russia pun dimuat… termasuk produsen Tank yang disinyalir bermasalah dengan besaran hutangnya…
saya lbh prcaya itar tass krn lbh netral. rtbh milik keluarga potin
Bagi saya media adalah untuk menambah pengetahuan dan sebagai sumber berita… ketika mencari informasi tentang Russia saya tidak akan mencarinya di media barat, demikian pula sebaliknya… tetapi untuk isu internasional dan militer, saya akan membaca keduanya sebagai komparasi…
Bukan kapasitas saya untuk percaya atau tidak percaya, saya membaca, merangkumnya bersama informasi yang didapatkan dari media lain dan mengambil kesimpulan yang mungkin saja salah… tetapi dengan banyak referensi yang di baca akan meminimalisasi kesalahan itu…
apapun alasannya, Sukhoi SU 35 sudah dipilih RI untuk menjaga kawasan NKRI
kenapa harus diributkan ?
Pemerintah RI sudah punya pertimbangan sendiri dengan adanya pembelian SU 35 ini, termasuk ancaman embargo tentu sudah dipertimbangkan oleh pemerintah
Kita sebagai rakyat NKRI ya harus mendukung Pemerintahan NKRI
SU-35 adalah pilihan paling realistis utk mengimbangi kekuatan udara negara di kawasan sebab Indonesia jika hanya bergantung pada amerika tetap hanya diberikan pespur kelas medium macam F-16, amat tidak mungkin diberikan F-35 karena bukan sekutu amerika dan yang jelas harganya amat mahal, tidak bisa barter komoditas apalagi diberi pinjaman amat lunak
Apa mas janto tahu berapa tahun masa kredit dan berapa tahun masa pembayarannya dari Rusia ?
Kok bisa2nya bilang pinjaman AMAT LUNAK ?
Coba lihat contoh pembelian NASAMS :
http://defense-studies.blogspot.co.id/2017/10/kemhan-pilih-nasams-untuk-rudal.html?m=1
NASAMS yang dibeli RI itu masa kreditnya 13,5 tahun (dari 21 juni 2017) dan masa pembayarannya 10 tahun (dari 1 januari 2021), bunga pinjaman per tahun hanya 2,6% saja ditambah adm fee usd 5 ribu per tahun.
Adakah Rusia lebih lama dari itu ?
Adakah Rusia bunga pinjamannya lebih kecil dari itu ?
Bung TN, bukanya NASAMS itu hanya peluncur dan pendukungnya… sedangkan rudalnya mesti beli dari USA??? Karena itu maka bisa mendapatkan kredit yang jauh lebih lunak, karena belinya hanya perkakas pendukung bukan rudalnya…
http://www.indomiliter.com/belum-termasuk-rudal-amraam-kontrak-pengadaan-nasams-untuk-indonesia-bernilai-us77-juta/
Jelas saja kasih kredit lunak, hla belinya hanya perangkat peluncur dan pendukungnya, kalau AMRAAM nya ga boleh beli sama senat USA… bisa garing ini NASSAM
sebaiknx kita flashback trlbh dahulu
1. program pengganti f5 tiger sejatinx sdh dkampanyekan sjak 2008 dmn tni au mmbntuk tim kajian utk mencari kandidat yg tepat. disepakati bhw role skadud 14 brubah kmbali asal mnjadi air superiority stlh sblmnx interceptor dgn 3 opsi pespur yaitu opsi 1 adalah f15 menyusul su35 & su30. dkrnkn f15 mahal & ribet dlm birokrasinya mk langsung ke su35 yg dianggap plg masuk akal waktu itu.
jgn samakan realita sekarang dgn 10 tahun lalu krn kita sdh izin dari kongres utk f15 dmn boeing sdh dpt izin mengikuti program 2 ska baru air superiority di natuna & psaing terberat adlah typhoon bukan su35
2. brkaitan dgn kredit expor. tahun 2007 kita mndapat kucuran krdit ekspor usd 2 milyar & dipergunakan utk mmbeli su30mk2 batch 2 serta 12 mi17 & 8 mi35. tahun 2012 sisa kredit expor usd 700 juta. pasaca indodefence 2012 menkeu mnandatangani penambahan kredit ekspor senilai usd 5 milyar jd totalnx usd 5,7 milyar. oleh rusia dipersyaratkan cuma bisa dipake utk mmbeli 5 kasel kilo & 4 korvet streguschy class dn kita semua sdh tahu bhw keduanya batal
pemerintahan sby berakhir brganti mnjd jkw. masalahnx alokasi blanja alutsista kita hingga 2020 sangat tipis demi infrastruktur. opsi kredit ekspor mnjadi pilihan trdepan krn tdk mmbebani apbn. disisi lain sikap rusia mulai melunak
kredit ekspor bisa cair jk kita mau mmbeli satu dari 3 alutsista yg dipersyaratkan yaitu su35, grigorovich class ato kasel vashyrinka class. bhkn rusia siap menaikkan komitmen kredit ekspornx mnjadi 2 kali lipat asal kita mau mmbeli 3 alutsista tsb sekaligus tp ditolak oleh pmerintah
dari alokasi usd 5,7 milyar alokasi utk sukhoi mlipuri 1 ska sukho baru. mesin cadangan 2 unit prpesawat utk 2 ska + tool + armament menghabiskan usd 4-4,2 milyar. sisanx utk alutsista lain yaitu vena, bmp3f, shilka/tungushka (kanon doang), bt5c, mi25, il76, be200, atgm kornet serta vshorad igla
buat fansboy western mohon brsabar krn 2021 keatas bakalan wetrn big sale. 3 ska pspur workhorse, ska gemuk interceptor & 2 ska air superiority
bagi fansboy ruski silakan nikmati euforianx krn tahun 2021 keatas kalian yg bakalan nyinir, maki2, mewek dll krn sukhoi tdk brtambah satupun
Kanon Tunguska ? Setuju karena kita butuh banyak untuk kapal2 korvet, kcr, lpd kita. Tunguska juga dibutuhkan untuk SPAAG kita.
Vena, bmp3f setuju karena kita butuh banyak kendaraan darat/amfibi di mana tidak bisa disuplai oleh hanya 1 supplier saja.
BT5C itu apa ya bung ayam ?
IL76 gue agak setuju sebab bisa muat penerjun 2x dari jumlah penerjun yg dimuat oleh C130H. Kala keadaan darurat IL76 bisa digunakan untuk menerjunkan pasukan di wilayah timur RI.
Tapi kalau Sukhoi gue kagak setuju sebab TOT tidak jelas, kemampuan BVR di bawah F35.
Bung @ayamjago kalau SIDAM 25 SPAAG pake chassis M113 jadi gak ?
blm tau
Ya kemungkinan besar memang tdak ditambah sukhoinya begitupun pula nasib pespur laennya….kan ditahun 2021 keatas …dharapkan program KFX/IFX jadi…
Perasaan baru F-16V doang yang nongol ditanyakan… dan memang TNI maupun pemerintah berkaca pada sejarah, memastikan menggunakan pespur/alutista buatan Barat dan Russia, untuk mengantisipasi jika terjadi adanya embargo baik oleh Barat maupun oleh Russia sehingga masih tetam mampu menjaga dan memiliki kemampuan supremasi udara…
Ditambah TNI AU sangat familier dengan kedua jenis pespur tersebut F-16 dan keluarga Sukhoi karena dari platform yang sama SU-27…
Saya sebagai Fansboys Russia tidak merasa euforia, karena hanya sebatas melihat dan merasa memiliki sedangkan penggunanya adalah TNI AU, dan merekalah yang bisa merasa entah itu euforia atau yang lainya…
sales rosoboron sdh terang2an mngatakan bhw su35 bisa jd pmbelian sukhoi yg trakhir
timeline kfx/ifx
2022 first test flight prototype
20s5 low rate intial prosuct
2028 full production for south korea
2030 full production for indonesia
3 ska pespur workhorse 2021
skadud 1 2022/2023
2 ska air superiority 2025/2026
kans su57 tdk ada krn ifx sdh dijadikan tni au sbg platform tunggal buat air superiority
2021 itu tendernya atau sign kontraknya ditargetkan bung ? 3 ska @ayam jago
Apa hubunganya sales Rosoboron dengan pengadaan alutista??? aneh jika sales mengatakan demikian, karena sales itu meskipun peluangnya hanya 0% dia akan tetap berjuang, bahkan kalau perlu dengan intensif untuk membuka peluang… kalau sales mengeluarkan statement seperti itu lebih baik dia berhenti saja dari pekerjaanya…
Kebijakan yang diambil TNI dan Pemerintah adalah belajar dari sejarah sehingga menggunakan alutista baik itu buatan barat maupun buatan Rusia sebagai antisipasi jika salah satu dari keduanya melakukan sangsi/embargo… IFX kental dengan teknologi barat, terutama karena sebagai rekanan utama adalah LM sebagai pabrikan USA, jelas saja jika berkaca dari kebijakan yang tadi saya sebutkan maka apapun itu, pespur buatan Rusia masih berpeluang besar tetap digunakan dan dibeli… suka tidak suka
@Bung ayam jago, Klo saya lbh penasaran dg upgrade armada eksisting kita, macam F-16 A/B block 15 OCU. Mnrt bung ayam jago, saat ini udah mau ttd kontrak MLU F-16 A/B TNI. Kira2, kontraktornya siapa, bung ? Masih ttp BAe-kah sesuai info yang sempat beredar, atau LM sendiri ? Lalu kira2 paket MLU yang didapat setara-kah dengan MLU Thailand, atau justru masih di bawah Thailand ?
Yang penting kita harus imbang dalam membeli agar menjaga bila terkena embargo ,sambil menunggu kita dapat membuat pesawat dengan kecepatan suara
Mimin,buat berita tentang perkembangan rudal indonesia,rudal itu penting dr pesawat ,contoh iran rudal banyak pesawat yahh ….tp tetep di takutin karena rudal nya
om admin, project KFX/IFX udah sampe mana ya ?
bersama F13 dan IFX, SU35 akan jadi trisula maut indonesia.
F13 pesawat apaan om,,,?hahahaha
F13 mngkin sih f sial .
Mungkin seperti ini :LOL…
http://2.bp.blogspot.com/-f4D0VYaYJ_g/VQnNxI2gCHI/AAAAAAAAEQo/oUaVo47RS-U/s1600/11.1.jpg
Ayam kate ngaku ayam jago lha wong mmg cuma jago omong doang. TNI dah milih su35 masih kok si kalkun yang sakit hati, emg dari sono dapat fee berapa… ngarep amat
Su35 flanker E itu sudah terbaik apalagi sudah battle proven. Tidak sia-sia menunggu selama 3 tahun, konflik Suriah menjadi pijakan penting soal penggunaan dan pembelian Su35. NASAM juga berpeluang untuk diganti mjd S-200 serta Buk series.
Admin, bukannya di Megawati belinya 2 Su-27SK sama 2 Su-30MK sementara kalo Su-30MK2 itu pada masa SBY
Benar sekali… bung EvoSwatch…
Yang dibeli pertama kali dan yang pertama datang adalah 2 Su-30MK dan 2 Su-27SK… berikutnya 3 SU-30MK2 dan 3 Su-27SK adalah di batch ke 2… terakir adalah 6 Su-30MK2
Mohon di koreksi pak admin, supaya tidak menjadi bahan referensi yang salah bagi pembaca
Terima kasih atas ralatnya Bung Yulihantoro, akan kami lakukan revisi 🙂
Bukannya batch 2 yang dibeli 3 SU-30 MK2 dan 3 SU-27 SKM ?
Benar bung Danny… batch ke 2 – 3 Su-27SKM dan kalau tidak salah sudah di upgrade mirip Su-35… terima kasih sudah diingatkan…
Saeingat saya bung admin, presiden boris yeltsin pernah menawarkan SU-27 kepada presiden soeharto dalam sebuah surat khusus yang dibawa dubes rusia saat itu.pak harto berminat dan menyangupi dengan barter kondom produk Indonesia.bayangkan dengan kondom!karena kondom rupanya jadi produk impor yang dibutuhkan rusia.sampai saat itu muncul pendapat “rusia saja mau pesawatnya ditukar kondom, kok pesawat indonesia ditukar beras ketan pada geger”.sayang krismon datang beberapa bulan kemudian.padagal sukhoi Indonesia waktu itu adalah sukhoi dari kelas terbaik.sukhoi itu yang kemudian dibeli india.
Deal dengan Ruskie harus Deal dengan USA … Sebentar lagi gorengan viper muncul… Draft inquiry untuk 14 unit Viper