Submarine Escape Immersion Equipment MK-11 Suit: Perlengkapan Evakuasi Darurat Untuk Awak Kapal Selam TNI AL
|Untung tak dapat diraih, malang tak dapat ditolak, secanggih dan kuatnya sosok kapal selam modern, tetap ada potensi mengalami kecelakaan yang berujung pada karam atau kandasnya kapal selam di dasar lautan. Bila hal itu terjadi, tentu dibutuhkan kesigapan dari awak kapal untuk bisa menyelamatkan diri secara aman. Tentu selain terpaan pendidikan dan pelatihan awak kapal selam yang serba ketat, juga perlu ditunjang kehandalan sistem evakuasi yang ada di kapal selam itu sendiri.
Baca juga: Kongsberg MSI-90U Mk 2 – Canggihnya Combat Management System di Changbogo Class TNI AL
Pilihan terbaik dan paling aman untuk evakuasi awak kapal selam yakni lewat wahana Deep Submergence Rescue Vehicle (DSRV). Wahana berbentuk kapal selam mini ini dapat melalukan evakuasi awak dengan jumlah relatif banyak dan bisa menghindari awak dari bahaya dekompresi. Agar wahana DSRV bisa merapat ke kapal selam yang karam, sudah barang tentu dibutuhkan pintu baterai yang dapat klop dengan DSRV. Untuk urusan pintu merujuk pada standar NAVSEA 0994-LP-013-9010.
Namun, sayangnya dua kapal selam milik TNI AL saat ini, yakni Type 209 – KRI Cakra 401 dan KRI Nanggala 402, belum dilengkapi pintu yang bisa terkoneksi dengan DSRV. Baru pada Nagapasa Class, kapal selam dirancang dengan pintu baterai sesuai standar NAVSEA 0994-LP-013-9010.
Lalu pertanyaannya, bagaimana prosedur evakuasi awak di kapal selam Type 209 TNI AL? Maka jawabannya merujuk pada pakaian (suit) untuk keselamatan dan perlindungan dari dekompresi, atau populer dengan sebutan Submarine Escape and Immersion Equipment (SEIE). Sebagai perlengkapan darurat, pakaian ini dirancang dengan warna oranye untuk memudahkan pencarian oleh tim SAR. Secara umum, suit yang menutupi keseluruhan tubuh awak ini, dilengkapi dengan kemampuan menahan tekanan air, memberi perlindungan dari penyakit dekompresi, hipotermia, dan perubahan iklim yang ekstrim.
Maklum saja, awak kapal selam yang telah berhasil keluar dan mencapai permukaan, bakal menghadapi situasi yang rawan, seperti tinggi gelombang dan temperatur air yang dingin. Selama proses evakuasi, pakaian sudah dilengkapi dengan tabung oksigen dan raft tools kit.
Baca juga: Aries-LPI – Radar Intai Kapal Selam Changbogo Class TNI AL
Meski Nagapasa Class pesanan TNI AL nantinya dibekali pintu baterai untuk DSRV, namun, setiap kapal Nagapasa Class juga dengan paket Submarine Escape and Immersion Equipment. Dengan jumlah awak Nagapasa Class yang 40 orang, tiap kapal dilengkapi 48 suit SEIE, lebihnya suit ini mungkin dimaksudkan sebagai cadangan atau untuk tambahan penumpang (bila ada). Di kapal selam Type 209, prosedur evakuasi dapat dilakukan lewat conning tower, tapi juga dimungkinkan lewat tabung peluncur torpedo.
Jenis SEIE suit yang dipesan TNI AL untuk melengkapi Nagapasa Class adalah jenis MK-11 buatan Inggris. MK-11 suit dapat digunakan untuk evakuasi awak kapal selam dari kedalaman maksimum 182 meter. Selain AL Inggris, MK-11 sejauh ini telah digunakan di kapal selam USS Toledo (SSN-769) dan USS Los Angeles (SSN-688).
Musibah Saat Latihan Evakuasi di KRI Cakra 401
Untuk pertama kalinya, Korps Hiu Kencana TNI AL pada 7 Februari 2012, melaksanakan latihan basah untuk proses evakuasi kapal selam. Sebagai wahana uji dipilih KRI Cakra 401 yang berada di perairan Pasir Putih, Situbondo, Jawa Timur.
Skenario dari latihan ini adalah karamnya KRI Cakra 401 bersama 6 awaknya, karena mengalami kerusakan mesin. Satu persatu awak akan diselamatkan dari conning tower kapal selam, untuk kemudian naik ke permukaan laut. Keenam personel dibagi ke dalam tiga gelombang dan setiap gelombang dua orang. Dalam simulasi pertama dan kedua, para korban muncul ke permukaan air dalam waktu 15 menit. Namun dalam proses penyelamatan ketiga terjadi masalah.
Tim yang ada di permukaan telah menunggu sekitar 30 menit akan tetapi kedua awak kapal belum muncul juga. Setelah lama ditunggu, Kolonel Laut Jeffry Stanley Sanggel, Komandan Satuan Kapal Selam Koarmatim dan Mayor Laut Eko Indang Prabowo, muncul ke permukaan dengan kondisi yang cedera parah. Hidung dan telinga mereka mengeluarkan darah, serta tidak sadarkan diri, hingga akhirnya nyawa mereka tak dapat diselamatkan.
Diduga tabung oksigen yang melekat di baju khusus mereka tidak berfungsi/selangnya lepas. Karena tidak ada oksigen, mereka terpaksa naik ke permukaan laut dengan cepat, sehingga mengalami dekompresi.
Dekompresi adalah akumulasi nitrogen yang terlarut saat menyelam dan membentuk gelembung udara yang menyumbat aliran darah serta system syaraf. Udara yang kita hirup adalah oksigen dan nitrogen. Namun gas nitrogen tidak digunakan tubuh. Akibatnya, gas Nitrogen akan terakumulasi didalam tubuh penyelam, proporsional dengan durasi dan kedalaman penyelaman. Masalah terjadi, bila penyelam naik dengan cepat dari kedalaman tertentu, ke permukaan air. Hal ini seperti botol bir yang dikocok lalu kita buka tutupnya. Akumulasi nitrogen di dalam cairan tubuh penyelam dilepas dalam bentuk gelembung udara akibat penurunan tekanan secara drastis. Buih-buih inilah yang menyumbat aliran darah maupun sistem syaraf tubuh manusia dan berakibat fatal. (Haryo Adjie)
benar juga ,bahkan penyelam dgn tabung oksigen tidak boleh mengalami perubahan tekanan dalam air yang ekstrem,,terima kasih info semuanya ,sangat membantu
selamat malam min..
seperti biasa, topiknya diulas mendalam. selalu cek indomiliter untuk informasi yg mendalam. tpi maaf x ni oot..
brkaitan dgn musibah hercules, apa tdak ada rencana untuk mengganti herky?
jika ada, mungkin admin bsa ulas calon2 yg potential n plus minus ny..
sekali lg maaf, ane tanya ksni soale ane suka pembahasan dsni..
thanks..
Selamat malam Ama,
Untuk pengganti Hercules tua TNI AU ada beberapa, tp yang punya potensi tinggi dan ToT sudah terjamin ya Airbus A-400 Atlas. Berikut artikelnya http://www.indomiliter.com/airbus-a400m-atlas-next-generation-pesawat-angkut-berat-strategis-tni-au/
Maaf ya bung bkn ane so tw,, tpi aslinya ane jga mantan seorang penyelam amatir.. Menurut saya untuk bisa dekompresi itu cukup di kedalan 30 meter saja,, gk prlu ratusan meter.. Bhkan 20 meter pun cukup untuk dekompresi, jika anda mnyalahi aturan.. Cara nya anda turun dgn cepat dan naik kepermukaan dgn cepat pula. Apalagi naik kepermukaan mnahan nafas tanpa menghirup oksigen.. Apalagi di kedalaman air sampai 180 meter, naik kepermukaan dgn cepat.. Itu sama saja bunuh diri secara di sengaja.. Bung2 sekalian prnah tidak melihat ikan di pasar/plelangan ikan tw di mna saja. Dgn kondisi perut ikan kembung sprti pnuh angin dn mata ikan keluar melotot sprti mw pecah.. Itu slh satu prtanda org yg mancing menarik pancing nya trllu kencang/cepat. Makanya di dalam mecari ikan hias jika di tarik dri bawah air maka di wajibkan menarik 5-6 metar dan wajib menah nya sebntar sekitar 1-2 menit dan trus di lakukan sampaik ikan itu naik ke atas kapal. Klo tidak sprti itu maka ikan2 nya akan mati. Dan begitu pula dgn manusia,, tidak bisa seenak nya naik dgn cepat. Apa lgi di kdlman ratusan meter.
Salam kenal Bung Ali,
Terima kasih untuk informasinya, sangat mencerahkan 🙂
Sama2 bung slm knal kmbali.. O.ea sbnar nya sya pndatang lama bhkn lumayan lama, tpi untuk komen bru ini..
O.ea bung anda minat gk untuk jdi penyelam???.. Tw bung2 semua yg da di sini. O.ea tw prnah berenang di pantai trus sambil menyelam, trus baru 2.meter ja telinga udah sakit.. Cara untuk menghilangkan sakit nya da 2.cara,, bgini cara nya: cara (1) pencet hidung lalu tekan nafas yg kuat. Cara ke 2) ialah dgn menelan air ludah, maka sakit di telingan akan hilang. Dgn cara itu tekanan air akan hilang,, terasa seperti angin keluar dari telingan..
O.ea untuk mengobati pnyakit yg mematikan (dekomfresi) yg jitu secara tradisiona ialah. Caranya menurunkan kembali org itu kedalam air sekitar 5.meter. Suruh org yg dekomfresi itu untuk buang angin,kencing tau buang air besar. Maka di jamin nyawa org itu tertolong bhkan sembuh total. Cara itu supaya nitrogen yg tertunda di tubuh akan keluar. Ko kenapa bisa ada nitrogen bkn nya manusia hnya menghirup oksigen.. Itu karena tekanan air tadi akibat mnyelam trllu dalam, walopun yg kita hirup oksigen asli dri tabung tw kompesor. Akibat tekanan air tdi maka CO 2 akan hilang yg da malah H 20. Simpelnya oksigen terkikis akibat tekanan air, yg timbul ialah nitrogen. Dan nitrogen tidak bisa di terima tubuh. Dan berakibat fatal jiga kita naik kepermukaan dgn cepat, sedangkan nitrogen belum trlepas dari tubuh dan tersumbat di jaringan sel darah dan urat saraf. Klo di air 8.meter ke bawah aman untuk sesuka mungkin, bhkan menggunakan air bag.. Tpi klo 40 ke atas itu bunuh diri nama nya..
Maaf untuk ocehan yg panjang ini.. Hiiihii
benar juga ,bahkan penyelam dgn tabung oksigen tidak boleh mengalami perubahan tekanan dalam air yang ekstrem,,terima kasih info semuanya ,sangat membantu
raft tool nya apa cuma mwngembang hanya saat dipermukaan..?
jika kapal kandas lebih dari 182 mtr dan tidak ada wahana dsrv ,apa ada cara mempercepat naik ke permukaan misal seperti air bag gitu..?
nampaknya raft tool hanya digunakan saat awak sampai di permukaan. Untuk air bag belum ada informasi yang related, khususnya utk kapal selam Type 209.
Pake air bag di kedalaman air 180.m ,, saya jamin 90% org itu mati minimal lumpuh total..