“Stasiun Radar Terbang” E-7A Wedgetail Australia Mendapatkan Upgrade Koneksi Data via Starlink
|Satu yang tak bisa dilepaskan dari keunggulan udara Australia adalah keberadaan pesawat intai Boeing E-7A Wedgetail AWACS (Airborne Early Warning and Control System). Dioperasikan oleh Skadron No. 2, saat ini Angkatan Udara Australia (RAAF) mengoperasikan enam unit E-7A Wedgetail, yang secara bertahap akan mulai dipensiunkan pada semester kedua tahun 2030.
Meski diproyeksi pensiun pada tahun 2030, E-7A Wedgetail masih tergolong sebagai pesawat AWACS atau airborne early warning and control (AEW&C) yang canggih, bahkan RAAF pernah mengerahkan E-7A Wedgetail dalam operasi pengawasan udara di perbatasan Ukraina pada pertengahan tahun 2023.
Dan belum lama ada kabar dari RAAF, bahwa armada E-7A Wedgetail Negeri Kanguru akan mendapatkan upgrade, yakni pemasangan akses internet broadband Starlink, untuk mempersiapkan operasi di wilayah udara yang diperebutkan.
RAAF telah mengambil langkah besar dalam meningkatkan kemampuan komando dan kendali udara dengan melengkapi salah satu pesawat E-7A Wedgetail dengan sistem komunikasi satelit Starlink. Penambahan Starlink menyediakan konektivitas internet global berkecepatan tinggi untuk pertama kalinya, yang secara signifikan meningkatkan perannya sebagai aset utama dalam mengelola dan mengarahkan operasi wilayah udara.
Integrasi sistem Starlink menambahkan kemampuan koneksi pesawat dengan meningkatkan bandwidth secara signifikan, mengurangi latensi, dan menyediakan konektivitas berkelanjutan bahkan di lingkungan yang penuh persaingan komunikasi. Ini akan sangat berharga dalam operasi multidomain di mana berbagi data yang cepat dan aman sangat penting untuk keberhasilan misi.
Koneksi Starlink didukung teknologi electronically steered beamforming, yang dapat beralih antar satelit LEO Starlink dengan cepat saat pesawat bergerak 800–900 km/jam, serta mendukung data berkecepatan tinggi hingga 220 Mbps.

Integrasi Starlink dipimpin oleh RAAF Airborne Surveillance, Control and Intelligence Systems Program Office, dengan seluruh proses—dari pengembangan konsep hingga penerbangan operasional pertama—diselesaikan hanya dalam waktu delapan bulan. Wedgetail yang dimodifikasi melakukan penerbangan pertamanya dengan sistem baru pada pertengahan Februari 2024.
Upaya ini sejalan erat dengan meningkatnya minat terhadap platform E-7A di antara sekutu utama Australia. Baik Angkatan Udara Amerika Serikat maupun Angkatan Udara Inggris (RAF) telah berkomitmen untuk menerjunkan armada Wedgetail mereka sendiri, dan personel dari kedua AS dan Inggris saat ini bergabung dengan Skadron No. 2 di bawah E-7 Joint Vision Statement. Kerja sama yang erat ini mendukung pengembangan operasi bersama antara tiga negara dalam aliansi pertahanan AUKUS.
Di luar integrasi Starlink, pemerintah Australia telah berkomitmen untuk mengucurkan anggaran A$569 juta guna meningkatkan armada Wedgetail dan sistem darat terkait, guna memastikan relevansinya yang berkelanjutan dalam menghadapi ancaman yang terus berkembang. Dengan peperangan elektronik modern, sistem rudal jarak jauh, dan taktik zona abu-abu yang membentuk kembali wilayah udara, platform seperti E-7A akan tetap menjadi pusat kesadaran situasional dan dominasi wilayah udara dalam tahun-tahun mendatang.
RAAF mulai mengoperasikan E-7A Wedgetail pada tahun 2010. Bagi negara tajir sekelas Australia, rencana akuisisi alutsista mendapat perencanaan yang matang, Australia telah mengukur pada tahun 2030, masa operasional E-7A Wedgetail akan mencapai 20 tahun. Angka operasional 20 tahun boleh jadi sudah dianggap ‘tua’ untuk kelas Australia.
E-7A Wedgetail mengadopsi platform pesawat komersial Boeing 737-700 dan dilengkapi struktur radar yang berukuran besar pada bagian punuk pesawat. Radar ini dapat diset untuk mendeteksi seluruh penerbangan sipil dan militer dalam radius 600 Km (look up mode) dan 370 Km (look down mode) dari posisi yang sangat strategis. Disebut posisi yang strategis karena dalam tugas-tugasnya pesawat ini akan memantau dari ketinggian 30.000 – 40.000 kaki, jelas posisi yang tak akan mungkin didapat jika menggunakan radar di darat (ground radar).
Radar pada punuk Boeing 737 Wedgetail populer disebut radar MESA (Multi Role Electronically Scanned Array). Sesuai dengan namanya, piranti elektronik ini mampu memindai 180 obyek secara simultan, dan memilah-milahnya, mana yang dikenal dan mana yang masuk kategori black flight. (Bayu Pamungkas)
Australia Canangkan Penggantian E-7A Wedgetail, Bagaimana Nasib Indonesia untuk Punya AEW&C?
Nah ternyata bahkan di negara majupun koneksi sangat dibutuhkan tak hanya disini yg kalau tak punya koneksi sana sini jadi malah ndak bisa kesana kesini dan bahkan tak dapat sana tak dapat sini pula
oke min makasih infonya, dann. terkait hal itu saya juga nemu kabar rudal cakir dan hisar mau diproduksi lokal juga, semoga saja benar, amiin
min, denger denger atmaca mau diproduksi lokal, apa itu benar ya?
iya, kalau pesanan berlanjut dan memadai, semoga saja
Pak Wowo, mending ambil ini spt rencana TNI AU dan 1-2 Sqd Chinooks timbang Eagles….yang penting bikin seneng ORANGE CLOWN……
“RAAF mulai mengoperasikan E-7A Wedgetail pada tahun 2010. Bagi negara tajir sekelas Australia, rencana akuisisi alutsista mendapat perencanaan yang matang, Australia telah mengukur pada tahun 2030, masa operasional E-7A Wedgetail akan mencapai 20 tahun. Angka operasional 20 tahun boleh jadi sudah dianggap ‘tua’ untuk kelas Australia.”
Sebelum 2030 apakah sudah ada gantinya untuk mengisi E-7A pasca pensiun nanti? Tetangga dekatnya yang di utara gimana nih mau sabar nunggu 5 tahun lagi atau masih tetap urgent punya pesawat AEW&C segera? Apabila masih mau nunggu mungkin di tahun itu bisa langsung difasilitasi oleh Australian Defence Strategic Sales Office (ADSSO) 👍😁