Startup Ukraina Luncurkan Low Cost Drone Interceptor
|Lantaran masih dan akan menjadi momok dalam dunia pertahanan udara (hanud), sistem penangkis serangan drone terus dikembangkan. Selain yang canggih dan berharga mahal, solusi anti drone yang efektif nan murah masih terus dicari. Seperti startup asal Kiev, Ukraina, baru-baru ini merilis solusi yang disebut low cost drone interceptor.
Baca juga: Lindungi Obvit, Sistem Anti Drone TNI Kini Lebih Maju
Dikutip dari defence-blog.com (21/1/2021), solusi yang ditawarkan startup adalah penghancuran sasaran, berupa drone kecil menggunakan energi kinetik. Sistemnya terdiri dari drone khusus yang melepaskan hulu ledak untuk menyerang sasaran di udara. Menurut startup tersebut, setelah pada tahap pertama meluncur ke udara, drone pencegat akan terbang di ketinggian sasaran, setelah itu melakukan penerbangan horizontal untuk mencapai kecepatan intersepsi maksimal.
Sistem pencegat drone ini dilengkapi dengan serangkaian sensor untuk melihat, melacak, dan mencegat sasaran. Untuk mendeteksi sasaran, sistem ini membutuhkan dukungan perangkat eksternal, seperti radar dan detektor optik. Bila sasaran sudah diidentifikasi, informasi seperti koordinat kemudian dikirimkan ke interceptor control unit.
Unit kontrol menganalisis informasi dan menentukan tingkat kemungkinan ancaman, dan mengambil keputusan untuk menyerang sasaran secara mandiri (otomatis) atau dengan perintah operator, tergantung pada konfigurasi. Setelah ada keputusan, drone diuncurkan ke area sasaran.
Drone yang berupa quadcopter akan mengambil jarak sekitar 20 meter dari sasaran. Dengan kecepatan drone besar, lintasan drone praktis tidak berubah dan meluncur di dekat sasaran. Dan pada jarak sekitar 3 meter dari sasaran, drone pencegat yang melintasi sasaran melepaskan hulu ledak hulu ledak dan efek ledakan mengancurkan sasaran drone lawan.
Kyiv-based startup developing low-cost counter-drone technologies to create an unmanned aircraft system to track a target in flight and plot a kinetic impact. pic.twitter.com/uUprc8nWMS
— Dylan Malyasov (@DylanMalyasov) January 21, 2021
Hulu ledak bersifat opsional, dengan berbagai modifikasi untuk berbagai jenis sasaran dan mode operasi. Setelah melakukan serangan, drone dapat lansung kembali ke titik peluncuran. Kabarnya hanya dibutuhkan waktu charging sekitar 30 detik untuk menyiapkan drone pencegat agar dapat digunakan kembali. Untuk mempersiapkan peluncuran drone, hanya dibutuhkan waktu kurang dari 15 detik.
Low cost drone interceptor ini punya panjang 27,8 cm dan diameter 7,3 cm. Sementara beratnya hanya 910 gram. Kabarnya, pihak startup sedang mencari investor atau mitra untuk menyelesaikan pengembangan dan menyiapkan produksinya. (Gilang Perdana)
Kompleks amat.. pdhl solusi anti drone/drone swarm udh ada sejak perang dunia pertama melalui anti-air gun. AA gun sekarang udh canggih bisa fully automated + munisi banyak jenisnya. Skyshield kita salah satu sistem yg bagus buat ngehancurin drone musuh.. si mbah S60 jg msh bisa diberdayakan cma mungkin radarnya aja yg hrs diganti
Kuncinya adalah: INTEGRASI. Sama seperti nanti saat beli rudal pertahanan pantai, kalo ga bisa integrasi dengan radar kapal KRI yang di garis depan ya percuma. Belum jelas misil Neptune Ukraina bisa integrasi dengan sistem radar kapal buatan barat milik TNI atau tidak.
Belum bicara tentang integrasi pesawat AEW&C masa depan dengan pesawat tempur buatan Rusia yg sudah dimiliki TNI yang dijamin ga akan bisa (entah karena tidak diberi izin atau dari segi teknis).
Admin,buatkan artikel yg membahas sistem hanud anti drone marinir amerika LMADIS.