ST Engineering Raih Kontrak Tahap 2 AFV Hunter untuk AD Singapura
|Sejumlah industri alutsista di Asia Tenggara kini tengah terdampak badai Covid-19, namun ada kabar cerah dari Singapore Technologies Engineering (ST Engineering), dimana manufaktur ini mengumumkan dalam kondisi keuangan yang baik pada kuartal pertama 2020, salah satu yang membuat prospek bagus yakni kontrak tambahan untuk pengadaan ranpur lapis baja AFV Hunter.
Baca juga: Pensiunkan M113, Singapura Siap Operasikan Next Generation AFV
Dikutip dari Janes.com (21/4/2020), dalam pernyataan pada 16 April 2020, ST Engineering lewat Aerospace and Electronics divisions mengumumkan mendapat kontrak senilai US$1,1 miliar (SG$1,6 miliar) untuk kegiatan produksi dan pemeliharaan di sektor komersial. Selain itu, ada kontrak dari Kementerian Pertahanan Singapura yang nilanya tidak disebutkan, yaitu kontrak Tahap 2 AFV Hunter. Selain nilainya yang tak disebutkan, jumlah AFV Hunter yang diakuisisi pun persisnya tidak diberitakan atas alasan kerahasiaan negara.
AFV (Armoured Fighting Vehicle) Hunter merupakan Defence Science and Technology Agency (DSTA) dengan ST Engineering. Mulai dirancang pada tahun 2006, pada tahun 2016 prototipe ranpur ini mulai diuji dan baru pada Singapore AirShow 2019, prototipe ranpur yang masih berlabel “Next Generation AFV” resmi diperlihatkan ke publik. Ranpur ini sejak awal perannya digadang untuk menggantikan armada APC M113 yang sudah digunakan sejak dekade 70-an dan dianggap Singapura sudah layak untuk purna tugas.
The 42nd Battalion, Singapore Armoured Regiment telah ditunjuk sebagai satuan pertama yang akan mengoperasikan AFV Hunter mulai awal 2020. Untuk memenuhi konfigurasi level batalyon, Hunter akan dibuat dalam varian AFV yang bersenjatan kanon Bushmaster II kaliber 30 mm dan rudal ant tank 2 SPIKE-LR2, varian Command Vehicle, varian Armoured Recovery Vehicle (Hunter ARV), varian Engineer Vehicle (Hunter AEV), varian Armoured Vehicle Launched Bridge (Hunter AVLB) dan varian Fire Support Vehicle dengan meriam Cockerill 3105 berkaliber 105 mm. Kabarnya varian terakhir hanya dipersiapkan kelak untuk tujuan ekspor.
Ciri khas AFV Hunter menggunakan lapisan armor persis yang dipakai pada MBT (Main Battle Tank) Leopard 2SG, yaitu mengacu ke standar STANAG 4569 level 4 dan mampu menahan terjangan proyektil kaliber 12,7 dan 14,5 mm. Pada bagian bawah ranpur juga disertakan proteksi anti efek ledakan dari ranjau. Untuk urusan senjata, pada varian kanon mengadopsi Bushmaster II autocannon kaliber 30 mm, plus senjata coaxial 7,62 mm. Kanonnya serupa dengan yang digunakan pada Bionix II, lengkap dengan laser range finder dan thermal camera.
Baca juga: [Polling] Bionix II AD Singapura – Lawan Tanding Terberat IFV Marder 1A3 TNI AD
AFV Hunter disokong mesin diesel dari Caterpillar. Tenaga mesin menghasilkan 700 hp, power weight ratio 24,5 hp/ton dan ranpur dapat melaju dengan kecepatan maksimum 70 km per jam. Dengan proteksi yang mumpuni, bobot Hunter ternyata tidak ringan, yakni 29 ton. Secara keseluruhan, AFV Hunter punya panjang 6,9 meter, lebar 3,4 meter dan tinggi 3,4 meter. AFV Hunter diawaki oleh tiga personel – komandan, juru mudi dan juru tembak. Sementara jumlah pasukan yang dapat dibawa ada delapan orang. (Bayu Pamungkas)
boleh medium tank. tapi ttp sasaran utama adalah peningkatan superior udara untuk mengendalikan darat. lihat amerika tidak lagi mengandalkan tank2 di timteng, melainkan dgn pesawat tempur, rudal jarak jauh dan drone penembak. Sebagai pemangkas biaya. kl patroli cukup biasa tidak prlu ribuan tank, karena tank2 musuh sudah dibom dari udara
Belum perlu lah yang diperlukan saat ini KRI diperbesar dan diperbanyak karna pelanggar perbatasan laut lebih banyak kalo utk AD masih mumpuni apalagi akan hadir medium tank harimau selain kapal perang pesawat udara boleh karna sudah dipensiunkannya F5 kita jadi penambahan pesawat tempur lebih masuk akal
14.5mm berarti kalau kena ATGM 150mm modar kru nya gak pakai APS..
Marder bekas, M133 bekas utk sementara yg paling logis buat TNI AD utk saat ini. Habis pandemi Covid19 kita salip Singapura
Paladin dan Leopard 2 disebut juga lho. Resiko anggaran kecil tapi maunya premium alhasil barang bekas pilihan paling rasional
Tidak seperti marinir TNI AD seperti enggan pakai bikinan Rusia. Malahan cari barang bekas.
Mi17 dan Mi35 tak jelas kabarnya dan tampaknya TNI AD enggan menambah
Pindad
TNI AD entah maunya yg seperti apa soalnya yg dibeli udh campur aduk segala jenis.. coba aja liat apc tni ad ada brp jenis.. truk angkutnya ada brp jenis yg beda, dll