SRAMS 120mm: Benchmark Prototipe Super Rapid Mortir Litbang TNI AD
Mungkin maksud hati ingin mencontoh Super Rapid Advanced Mortar System (SRAMS) keluaran ST Kinetics, Singapura. Meski masih berupa prototipe yang belum tuntas, Dinas Penelitian dan Pengembangan Angkatan Darat (Dislitbangad) pernah membuat terobosan mortir otomatis yang mirip-mirip dengan SRAMS. Bila SRAMS mengusung mortir kaliber 120 mm, maka mortir jenis mekatronik inovasi Litbang TNI AD mengusung mortir kaliber 81 mm, kaliber mortir yang juga masif digunakan sebagai senjata bantu infanteri (senbanif).
Baca juga: RPG-7: Simple & Deadly – Andalan Senjata Bantu Infanteri Korps Marinir TNI AL
Meski belum didapat informasi detail tentang sosok prototipe mortir mekatronik 81 mm, namun mekaisme kerjanya diperkirakan merujuk ke SRAMS milik Singapura. SRAMS dilengkapi laras yang sudut elevasinya dapat digerakkan secara otomatis, pengukuran jarak tembakan, sampai jangkauan dikalkukasi secara komputerisasi. Bahkan loading proyektil dimuat secara otomatis dengan tetap mempertahankan pola pengisian reguler dari ujung laras.
Secara umum, tidak ada yang berubah dari kinerja standar mortir. Namun dengan adopsi semi automation transfer system dan automatic fire control system, kecepatan tembak mortir dapat ditingkatkan, dalam satu menit bisa dilontarkan sampai 10x tembakan. Sebagai perbandingan bila menggunakan pola tembakan konvensional dari prajurit infanteri, paling banter hanya 6x setiap menitnya.
Baca juga: M43 120mm – Mortir Kaliber Besar Era Operasi Trikora
Tapi perlu dicatat, meski basisnya adalah mortir, tapi SRAMS dan juga prototipe mortir otomatis TNI AD, tidak dirancang untuk dioperasikan infanteri, pasalnya senjata jenis ini dipersiapkan untuk dipasang pada rantis (kendaraan taktis) dan ranpur (kendaraan tempur). SRAMS yang sudah dioperasikan sejak tahun 2000, dipasang pada rantis jenis RG31, Bronco All Terrain Tracked Carrier, Flyer Spider, dan HMMWV. SRAMS punya recoil (efek tolak balik) kurang dari 26 ton, plus sistem modular menjadikan senjata ini cocok diadopsi pada beragam jenis rantis dengan penggerak 4×4.
Spesifikasi SRAMS
– Panjang laras: 1,8 meter
– Elevasi laras: 40 – 80 derajat
– Kecepatan respon: kurang dari 1 menit
– Bobot sistem SRAMS: kurang dari 1,2 ton
– Awak: 3 orang
– Amunisi: 120 mm standard dan 120 mm ER
– Jarak tembak: 9 km dengan amunisi ER
– Kecepatan tembak: sampai 10x per menit
– Recoil: kurang dari 26 ton
Sementara pada prototipe mekatronik Litbang TNI AD, meski masih belum tuntas, dirancang untuk bisa dikendalikan lewat aplikasi pada smartphone berbasis Android. Tentu besar harapan agar prototipe super rapid mortir 81 mm rancangan lokal ini dapat dirampungkan, dan kelak diproduksi untuk melengkapi ranpur Pindad Anoa 6×6 mortir.
Baca juga: Mortir 81mm – Mobilitas Tinggi Senjata Andalan Bantuan Infanteri
Untuk mortir 81 mm, dengan bobot sekitar 49 kg dan panjang laras 1560 mm, dapat dicapai jarak tembak maksimum 6.500 meter dan jarak tembak minimum 100 meter. Untuk mendongkrak mobilitas, nantinya mortir 81 mm juga akan diadopsi ke dalam ranpur Anoa versi Mortar Carrier. Anoa APS-3 Mortar Carrier disiapkan untuk memperkuat Batalyon Infanteri Mekanis. (Haryo Adjie)
Spesifikasi Mortir 81 mm Pindad
– Diameter : 81,4 mm
– Panjang laras : 1.560 mm
– Panjang Bipod (dilipat) : 960 mm
– Berat lengkap mortir 49 kg
– Jarak elevasi : 45-85 derajat
– Jarak tembak max : 6500 – 8.000 meter
Min tanya dong ,ini nanti akan di tarik kendaraan lain atau ditaro didalam ?. Tentu Kalau di dalam tolak baliknya kuat sekali ,lama-lama tuh anoa jebol walaupun diberi peredam kejut .Paling 1oo tembakan peralatan dalam anoa sudah ada yang rusak. Ruang anoa misalnya sempit sekali ,pasti panas dan mata pemasok mortar akan perih karena pasti meninggalkan asap dan panas .
Kalau tetap di paksakan di dalam kedaraan harus di buatkan kaki hidrolik yang nembus lantai anoa,yang begitu mau menbak ,kaki ini di turunkan ,jadi walau mortar di gunakan tidak berpengaruh pada kendaraan karena terpisah .
Tapi tentu lebih baik pakai gandengan alias di tarik ,moga kedepan masih bisa di tingkatkan lagi seperti di lengkapi auto loading dan kalau perlu 2 laras agar hasilnya maksimal . Contoh YANG DI KEMBANGKAN korea; https://www.youtube.com/watch?v=nxT5Gmn05j0
Knp g lisensi aj k singapore???
ST Kinetic tidak memproduksi 81mm, jadi apanya yang di Lisensi ?
sedang TNI sudah tidak memakai 120mm, jadi percuma
SRAMS mekanism nya sangat mudah dijiplak, jauh sekali lebih sulit dari MANPAD
yang bikin lama mungkin karena TNI ingin menyempurnakannya dengan menambah RCWS (seperti pada gambar diatas)
Kenapa engga di samain aja specnya
@Ersat, selain karena teknologinya belum dikuasai sepenuhnya, menyamakan spek juga berisiko pada gugatan paten. Lain dari itu mortir kaliber 120mm sudah tidak digunakan oleh kesatuan TNI saat ini.
@admin
“Kaliber 120mm sudah tidak digunakan oleh….”
Lha itu kemarin katanya naksir Nora ato siapa namanya….?
Tentu harus dibedakan, antara naksir (harapan) dengan kondisi eksisting saat ini 🙂
Berarti yg selama ini yg dipasang di Anoa mortar yg mana? Atau cuma mockup?
Yang di Anoa Mortar saat ini masih mortir 81mm konvensional.
ooh gituu,,… thx