Special Atomic Demolition Munition – Bom Nuklir yang Dibawa Pasukan Khusus dalam Misi Infiltrasi
|Perang yang berkecamuk di Ukraina, tak pelak memunculkan isu penggunaan senjata nuklir. Dan penggeralan senjata nuklir erat dikaitkan dengan alutsista berat, sebut saja rudal balistik dengan bobot belasan hingga puluhan ton, sampai bom yang dilepaskan dari jet tempur atau pembom dengan spesifikasi khusus. Namun, di era Perang Dingin, penggelaran senjata nuklir taktis rupanya langsung melibatkan kemampan individu dari pasukan khusus dalam misi infiltrasi.
Konsep pengerahan pasukan khsusu untuk menghantarkan senjata nuklir dipelopori oleh Amerika Serikat pada dekade 50 dan 60-an. Special Forces “Green Light” teams telah dilatih untuk menggelar bom nuklir kecil – small nuclear bombs – yang disebut Special Atomic Demolition Munition (SADM) selama bergolaknya perang dingin.
Caranya adalah pasukan khusus AS melakukan lompatan (terjun payung) free fall di ketinggian tinggi. Yang mana posisi bom nuklir disematkan di antara kaki. SADM adalah senjata nuklir portabel yang dibawa manusia, atau dikenal dengan sebutan ‘ransel nuklir’.
Munisi nuklir ini dipasang ke dalam kotak pembawa keras/kain yang dirancang khusus untuk transportasi mereka di punggung (atau di antara kaki) oleh operator khusus. SADM berbobot sekitar 68 kg, dengan menggunakan hulu ledak W-54/B-54 dengan berat 25 kg. SADM punya dimensi yang kecil, panjangnya sekitar 60 x 40 cm.
Lantas yang menjadi pertanyaan, mengapa personel operasi khusus berlatih dengan amunisi ini? Untuk membongkar pertanyaan ini, maka harus dilihat kembali ke tahun 1950 -an dan 1960 -an ketika AS mulai mendiversifikasi kemampuan senjata nuklirnya.
Gagasan menggunakan senjata nuklir taktis dalam kemungkinan konflik yang melibatkan Uni Soviet menjadi komponen penting dari kebijaka Presiden Dwight D. Eisenhower selama awal hingga pertengahan 1950 -an dan ke awal 1960 -an. Dengan demikian, para ilmuwan dan teknisi di laboratorium senjata nuklir Los Alamos dan Sandia mulai miniatur ukuran hulu ledak yang digunakan dalam senjata nuklir taktis.
Baca juga: F-35A Tuntaskan Sertifikasi Desain dalam Misi Pelepasan Bom Nuklir
Penugasan tim Pasukan Khusus, yang dikenal sebagai “Green Light” units, yakni untuk menempatkan SADM di belakang garis pertahanan lawan, dengan tujuan melakukan sabotase menggunakan bahan peledak nuklir. Namun, seperti diduga, SADM tidak pernah digunakan, salah satu sebabnya adalah SADM masih dianggap terlalu berat untuk dibawa oleh satu atau dua prajurit.
Dalam skenario infiltrasi, setelah SADM berhasil diaktifkan, maka personel pasukan khusus mundur ke garis pertahanan. (Gilang Perdana)
Niat banget memusnahkan umat manusia tidak dengan cara ksatria dan jantan tapi patut diacungi jempol konsepnya dan setelah melalui serangkaian uji coba diputuskan untuk tidak dilanjutkan karena resiko lebih besar dari pada keberhasilannya.
Caranya adalah pasukan khusus AS melakukan lompatan (terjun payung) free fall di ketinggian tinggi. Saya ngerti istilah Amriknya: HALO (High Altitude Low Opening). Maklumlah cita2 masa kecil gk kesampaian gara2 berkacamata. Akibatnya ya rajin baca2 aja. HAHAHAAA….