Skipper: Target Drone Bawah Air Untuk Uji Tembak Torpedo TNI AL
|Jelang latihan Armada Jaya 2016 pada bulan Agustus lalu, TNI AL sempat melakukan uji tembak torpedo SUT (Surface and Underwater) dari KCT (Kapal Cepat Rudal) KRI Ajak 653. Ada yang spesial dalam momen, pasalnya sebagai sasaran TNI AL menggunakan target drone bawah air. Target drone bawah air yang disebut Skipper ini boleh dibilang tidak banyak terpublikasi, padahal banyak pembaca yang bertanya-tanya tentang spek dan asal-usul sosok ‘kapal selam’ bersayap ini. Dan di tulisan ini akhirnya sosok Skipper berhasil kami bedah.
Baca juga: Jelang Latihan Armada Jaya 2016, KRI Ajak 653 Siap Uji Tembak Torpedo SUT 533mm
Skipper resminya adalah tactical underwater drone atau bisa jugab disebut UUV (Unmanned Underwater Vehicle) yang dikembangkan oleh Dinas Penelitian dan Pengembangan AL (Dislitbangal). Skipper yang dijadikan target drone pada uji tembak torpedo terbuat dari komponen material utama berupa logam. Konstruksi Skipper sejatinya bukan barang baru, melainkan berasal dari ‘alat’ penyapu ranjau yang menjadi kelengkapan kapal buru ranjau TNI AL dari era Uni Soviet. Malahan stok-nya diambil dari yang tadinya sudah berstatus monumen di kesatuan. Namun mengutip pernyataan seorang perwira Dislitbangal, bahwa stok alat penyapu ranjau ini cukup banyak tersedia.
Baca juga: T-43 Class – Generasi Perdana Kapal Penyapu Ranjau TNI AL
Semenjak disukap menjadi target drone, Skipper telah dilengkapi pendorong berupa 4 unit vector thruster. Sumber tenaganya berasal dari 1.500 watt thruster unit dengan 24 VDC 52,5 ampere. Selain itu Skipper dilengkapi 30 kgf forward thrust dan 25 kgf reserve thrust. Dukungan baterai yang tersedia menggunakan jenis lithium ion 1.2 kWh yang dapat diisi ulang per modul. Dengan sokongan tenaga tersebut, Skipper dapat melaju dengan kecepatan 3 knots dan endurance time 2 sampai 3 jam.
Baca juga: Meggit BTT-3 Banshee – Target Drone “Misterius” yang Hanyut ke Perairan Riau
Lantas bagaimana cara Skipper agar dapat menarik perhatian torpedo? Pada bagian bawah bodi Skipper terdapat modul yang dirancang untuk mengeluarkan bising (getaran) – noise maker – laksanana propeller sebuah kapal, sehingga dari bising tersebut perangkat sonar pada torpedo dapat memburu Skipper.
Apakah Skipper dapat dikendalikan? Tentu saja bisa, navigasi Skipper ditangani oleh seorang operator yang mengendalikan lewat laptop dan joystick. Saat Skipper melaju di permukaan air, maka operator dapat mengendalikan secara remote dan real time. Namun, saat Skipper harus menyelam fungsi kendali langsung dari operator tidak berlaku. Di bawah permukaan laut, Skipper melaju dengan koordinat yang sudah di setting sebelumnya, mirip prinsip pada GPS waypoint pada drone udara.
Baca juga: USV SAM-3 – Drone Laut Penyapu Ranjau Yang Battle Proven
“Waktu lamanya menyelam, sampai manuver ketika di dalam air sudah ditentukan lewat setting sebelumnya. Skipper akan muncul ke permukaan juga sesuai setting, selain itu saat propeller pendorong mati, otomatis Skipper akan muncul ke permukaan,” ujar salah seorang operator Skipper saat menjelaskan kemampuan alutsista ini di Indo Defence 2016. Kedepan akan diupayakan agar Skipper dapat dikendalikan langsung saat berada di bawah permukaan air, salah satu caranya dengan menggunakan radio berfrekuensi FM.
Baca juga: Bonefish USV – Kapal Intai Tanpa Awak Berdesain Trimaran
Skipper saat menjalankan peran sebagai target drone dilengkapi depth sensor, radio beacon with flashing light, magnetic compass, dan gyro sensor. Bila nantinya stok sisa alat penyapu ranjau eks Uni Soviet habis, kedepan Skipper akan dikembangkan dengan material baru dengan bahan komposit yang lebih ringan. (Haryo Adjie)
Spesifikasi Skipper:
– Panjang: 2,5 meter
– Berat di air: 300 kg
– Diameter: 300 mm
– Kedalaman selam: 150 meter
– Kecepatan maks: 3 knots
– Baterai: Lithium ion 1.2 kWh
– Endurance: 2 -3 jam
Mantap tambah ilmu
Mantap
DI sudah lama dapat LISENSI SUT terpedo ,tapi sampai sekarang tidak ada bukti ilmu yang mereka dapatkan bermanfaat untuk misal mengembangkan terpedo sendiri atau membuat TARGET DRONE seperti DISLITBANG AL. Jelas terlihat tidak kreatifnya DI atau karena tidak ada dorongan dari pemerintah ?
hahahahahaha,,,,
Bangga jadi warga indonesia
Assalamu’alaikum wr wb
Ya memang hancur, namanya juga sebagai drone target.
Yang jadi pertanyaan adalah apakah bisa diproduksi di dalam negeri?
Karena dalam artikelnya fungsi utama skipper sebagai penetrasi ranjau bawah laut, yang kemungkinan masih beli dari luar.
Walaikumsalam @Z: berdasarkan penuturan pihak Dislitbangal, mereka sangat yakin mampu mengembangkan Skipper, soal produksi tentu tidak masalah, karena teknologi sudah dikuasai, tinggal yang lebih penting komitmen pemerintah untuk pendanaan dan pengadaan jenis produk ini. Sehingga skala ekonomi dapat berjalan normal jika kelak diproduksi.
Tidak harus hancur kan bisa di akali TERPEDO nya nggak usah di isi hulu ledak . Amerika dalam latihan tembak rudal ,Menembakkan rudal yang tidak di lengkapi hulu ledak ,yang di nilai tingkat perkenaannya .
Seharusnya TNI meniru hal yang sama misal dalam latihan sasaran rudal adalah kapal. Cukup ditembak dengan rudal tapi tak pakai hulu ledak . Maka sasaran bisa di gunakan berkali kali oleh alutsista berikutnya.Kalau di isi hulu ledak sasaran satu kali hit sudah tenggelam , Kalau hasil ledakan kan sudah di hitung pabrik berapa kekuatannya . Itu ada test tersendiri.
Ada alasan sendiri kenapa lebih memilih di hancurkan.
Memang di buat uji torpedo bukan uji fragmentasi ledakan.
@Z, Tidak ada bukti dihancurkan bung ,ini alat sudah sering di uji TNI-AL ,toh samapai sekarang masih ada .,tidak hancur.
Kita jelas tidak sekaya AS ,adalah pemborosan jika tiap latihan harus menghancurkan alat yang begitu mahal . Kalau uji fagmentasi pecahan dan kekuatan ledak terpedo kan sudah di uji sebelum di produksi massal. Lagi pula massa dan volume skipper ini sangat jauh beda dengan sasaran aslinya misal ks atau kapal permukaan .Sekali kena hancur tuh skipper tak berbekas ,uji apa yang bisa di dapat ,?
Terserah TNI saja
Tapi kalau menurutku lo ya lebih baik di hancurkan.
Karena TNI sebagai user senjata bukan produser senjata.
Sama seperti latihan2 TNI yang lainnya harus menggunakan amunisi sebenarnya.
kalo dikejar torpedo trus kena brarti hancur dong siskipper ini…..atau gmn cara kerjanya, ada yg bisa jelasin,???
Good info…tmbh ilmu…thanks @admin
Your welcome @Aditya 🙂
kereen min,. di blog lain gak prnh dibahas bginian tp disini di jelaskan thx.. 🙂