Singapura Akuisisi Empat Unit USV Terbaru, Selat Singapura Bakal Dijaga Drone Laut

Dikenal sebagai negara dengan postur militer terkuat di Asia Tenggara, sudah barang tentu banyak pencapaian yang diunggulkan oleh Singapura. Salah satunya sejak tahun 2005, Negeri Pulau ini sudah mulai mengoperasikan USV (Unmanned Surface Vehicle) alias drone laut. Bahkan Singapura nantinya akan mempersiapkan patroli dari kapal nirawak untuk meronda kawasan Selat Singapura yang padat lalu lintas kapal niaga internasional tersebut.

Baca juga: Protector USV – Andalkan Teknologi Plug and Play, Inilah Drone Laut Bersenjata di Asia Tenggara

Dan terkait update USV, ada kabar bahwa Kementerian Pertahanan Singapura akan melakukan modernisasi pada armada USV yang kini dioperasikan Angkatan Laut Singapura (RSN). Dikutip dari Defensenews.com (2/3/2021), disebutkan Singapura akan mengakuisisi empat unit USV baru sampai akhir tahun 2021 ini. Nantinya armada USV akan dikedepankan untuk tugas patroli di Selat Singapura, sementara kapal patroli/kapal perang konvensional akan menjalankan peran lain yang lebih strategis.

USV baru yang akan diakuisisi untuk AL Singapura punya spesifikasi dapat beroperasi secara terus-menerus selama 36 jam. Meski belum diketahui label USV yang dimaksud (karena informasi detail belum dirilis resmi), namun karakteristik USV ini sudah diketahui media lokal, seperti punya panjang 16,9 meter dan lebar 5,2 meter. Punya bobot sampai 30 ton dan dapat melesat hingga 25 knots.

Sebagai kapal patroli, USV anyar AL Singapura peronda wilayah perbatasan ini dilengkapi senjata, sebut saja akan ada senapan mesin berat kaliber 12,7 mm dengan RCWS, dazzler laser (non lethal), perangkat akustik jarak jauh dan lampu sorot. Sementara untuk navigasi mengandalkan radar dan GPS on board. Berperan laksana drone, USV ini akan dikendalikan dari pusat kendali dengan dua personel saja.

Hebatnya, USV ini juga akan dilengkapi dengan sistem siber dan kecerdasan buatan yang memungkinkan kapal menghindari rintangan apa pun di rute yang padat. Seperti diketahui, USV ini akan beroperasi di selat, di mana sekitar seribu kapal sipil lewat setiap hari.

Pada saat yang sama, pelatihan operator untuk mengoperasikan kapal nirawak hanya membutuhkan waktu 20 persen lebih sedikit daripada pelatihan personel untuk berlayar di kapal “klasik”.

Kabar yang beredar, mengerjakan sistem navigasi telah menjadi salah satu elemen tersulit dalam pengembangan kapal nirawak ini, butuh sembilan bulan untuk menulis algoritme untuk sistem navigasi, sembilan bulan lagi untuk tes praktis tentang bagaimana algoritma akan bekerja dalam praktiknya, serta cara melindungi dari peperangan elektronik dan ancaman dunia maya.

Baca juga: Bonefish USV – Kapal Intai Tanpa Awak Berdesain Trimaran

Selain mengoperasikan USV Protector buatan Rafael (Israel), AL Singapura juga mengoperasikan USV Venus 16 yang dikembangkan oleh Lung Teh Shipbuilding (Taiwan) dengan integrasi sistem yang dilakukan oleh ST Engineering Singapura. Gosipnya, USV terbaru yang akan diakuisisi nanti juga besutan Lung Teh Shipbuilding. (Gilang Perdana)

17 Comments