Siap Ikut Tender di 2017, DCNS Tawarkan Dua Desain Kapal Perang Untuk TNI AL
Meski belum meraih kontrak strategis di Indonesia, galangan kapal asal Perancis DCNS tidak menyerah dalam menawarkan solusinya untuk TNI AL. Setelah sebelumnya melakukan pembicaraan intens dengan PT PAL terkait eksplorasi kebutuhan kapal selam di Indonesia, hingga menawarkan kapal selam littoral Scorpene Class 1000. Kabar terbaru menyebut DCNS tengah mempersiapkan proposal desain frigat dan korvet yang mampu memenuhi standar dan kualifikasi TNI AL.
Baca juga: PT PAL dan DCNS Eksplorasi Kebutuhan Kapal Selam Untuk TNI AL
Baca juga: Indonesia dan Perancis Bicarakan Pengadaan Kapal Selam Littoral Scorpene Class 1000
Mengutip dari Janes.com (11/11/2016), DCNS menawarkan dua desain kapal perang permukaan , dalam proposal ini juga mencakup proses ToT (Transfer of Technology) hingga pengenalan produksi kapal perang pada industri lokal di Tanah Air. Dua desain yang ditawarkan DCNS, yakni mengacu pada desain OPV (Offshore Patrol Vessel) 90 dan desain dengan platform korvet Gowind 2500 Class.
Baca juga: DCNS Tawarkan SUBTICS Combat Management System dalam Paket Overhaul KRI Cakra 401
Proposal DCNS tentu mempunyai dasar, pasalnya TNI AL tengah mencanangkan pembangunan dua unit kapal OPV 80 (panjang 80 meter) dan dua frigat tambahan sebagai kelanjutan dari proyek PKR SIGMA 10514 Martadinata Class. Sebagai informasi, dua unit SIGMA 10514 tengah dalam proses penyerahan dan uji coba dari galangan PT PAL ke TNI AL. Dua SIGMA 10514 tersebut adalah KRI RE Martadinata 331 dan KRI I Gusti Ngurah Rai 332. SIGMA 10514 adalah rancangan desain dari Damen Schelde Naval Shipbuilding (DSNS), Belanda.
Baca juga: Perusak Kawal Rudal KRI RE Martadinata 331 Telah Lulus Masa Uji Coba
Di ajang Indo Defence 2016 lalu, pihak DCNS telah memberi konfirmasi bahwa akan turut dalam kompetisi pengadaan kapal perang utama untuk TNI AL. Kabarnya tender resmi pengadaan kapal perang akan dibukan pada tahun 2017.
Mengenai dua desain yang ditawarkan, OPV 90 akan ditawarkan oleh Kership, yang tidak lain merupakan anak perusahaan dari DCNS. OPV 90 dirancang untuk memenuhi misi patroli pada ZEE dengan pilihan senjata yang dikustomisasi sesuai pilihan konsumen. OPV 90 punya panjang 87 meter, lebar 13,6 meter dan bobot kosong 1.500 ton. OPV 90 saat ini telah dioperasikan oleh AL Perancis. Sementara untuk Gowind 2500 Class, masuk sebagai kelas korvet dengan bobot 2.500 ton. Gowind 2500 punya panjang 102 meter dan mampu berlayar terus menerus selama 11 hari.
Baca juga: [Polling] Formidable Class RSN – Lawan Tanding Terberat Korvet SIGMA Class TNI AL
Dari spesifikasi, Gowind 2500 berada diatas OPV 90, dari kelengkapan senjata misalnya, Gowind 2500 dibekali kanon reaksi cepat OTO Melara 76 mm, kanon Nexter Narwhal 20 mm, 16 × VLS for VL Mica surface-to-air missiles, 8 × MBDA MM40 Exocet antiship missile launchers, dan 2 × triple torpedo launcher. Satu unit Gowind 2500 (El Fateh) saat ini telah dioperasikan oleh AL Mesir .
Bila tender kapal perang untuk Satuan Kapal Eskorta (Satkor) TNI AL telah dibuka, maka selain DCNS tender juga akan diramaikan oleh beberapa galangan papan atas internasional. Salah satu yang cukup menggebu adalah Odense Maritime Technology dari Denmark, yakni dengan menawarkan pembangunan frigat ‘Plug And Play’ Iver Huitfeldt Class di Indonesia. Peluang frigat Iver Huitfeldt Class bisa dibilang cukup besar, setelah beberapa petinggi pertahanan dari Indonesia telah bertandang langsung untuk melihat kapal perang ini di Denmark. (Gilang Perdana)
Baca juga: Denmark Tawarkan Pembangunan Frigat ‘Plug and Play’ Iver Huitfeldt Class di Indonesia
@admin
DCNS kenapa gak nawarin Belharra…apa khawatir bakal menimbulkan huru-hara di kawasan?
La Fayette-class frigate, Indonesia ngak mampu beli, Apalagi BELH@RRA
DCNS hanya menawarkan produknya sesuai dengan KOCEK negara tersebut
itulah alasan DCSN menawarkan Gowind 2500 Class dan OPV 90
Tak perlu tender ,tugaskan saja PAL membuat kapal dengan spesifikasi sesuai dengan keinginan TNI AL ,terserah PAL mau buat sendiri bila mampu atau joint dengan perusahaan lain .
Jadi jangan lagi kita beli dari LUAR toh sudah dapat ilmu dalam bikin PKR ,yang jelas lebih rumit dari pada kapal kapal anti sub marine ini . TNI sedang mempersiapkan calon pengganti PARCHIM KLASS .
Buat kapal itu mudah, semua galangan kapal besar di Indonesia bisa
Yang susah bukan main adalah yang bisa untuk siap perang (modern)
Itu semua butuh dana Riset yang bukan main besarnya dan waktu yang lama
Cara paling gampang dan untuk mempersingkat waktu adalah ToT dengan negara lain (belajar)
@komerat
yg prlu dipikirkan jelas pengganti van speijk krn yg bakalan duluan dipensiunkan. role asw corvette pd parchim akan diambil alih sigma.
untuk opsi pengganti parchim ada 4 pihak yg sdh menawarkan diri
1. saab dgn menawarkan visby 80 m + koster class + opsi pembangunan jaringan sensor bawah laut
2. bae jg menawarkan river class ataupun f2000 yg juga selain bisa menjadi platform opv + penyapu ranjau ditambah opsi yg sama dgn saab yaitu pembangunan sensor bawah laut
3. korea selatan jg menawarkan korvet dgn kapabilitas asw + anti ranjau sprt pesanan filipina
4. rencana pt. pal membangun korvet 80-90 m berbasis kcr. rumornya untuk sensor, sonar & arsenalnx menggandeng cina
semuanya masih baru proposal. rencananx baru akan mulai stlh proyek pkr kelar tp lihat saja kedepan krn pemerintahan sekarang punya rencana merombak mef. semoga yg terbaik dpt diambil.
saya sendirimenjagokan bae
@ayam jago
Nah iniii….saya lebih percaya rumor soale
@ayam jago
Soal kaprang asw, kenapa belum terdengar kaprang TNI AL mo dilengkapi VDS to bung AJ?
@Nakedangel ,untuk apa kita TOT dalam bikin PKR kalau tidak mampu membuat desain sendiri? ,padahal output yang kita harapkan adalah kemampuan mendesign kapal sendiri .
Jangan seperti tukang jahit yang kemampuannya hanya menjahit sesuai pola yang di berikan .
Kalau segitu cuma ilmu yang di dapat pal artinya kita hanya pandai ”merakit” sesuai pola yang ada . Anda terlalu merendahkan intelektualitas para insinyur PAL . Sebagai bukti mereka bisa merancang sendiri kapal setelah dapat Tot bikin LPD .Sekarang mereka bisa merancang sendiri LPD 150 meter berdasarkan Tot yang didapat .
Kalau tiap bikin Jenis baru harus tot buat apa manfaat Tot ?. Mending beli saja tanpa persyaratan TOT tentu lebih murah. Yah kalau masih belum KHATAM maka bisa JOINT dengan perusahaan lain ,maksudnya jangan beli begitu saja dari luar .
@komerat
Sesuai KONTRAK nya bung
Kontrak PKR tidak sama dengan LPD dari korea
Coba anda lihat Video ini :
https://www.youtube.com/watch?v=JN9CI1vnYvk
Mana ada tulisan PT. PAL disini, tapi DAMEN Belanda
ini adalah Video RESMI dunia dari Navy Recognition
Sama seperti HELI AS 365N3+ Dauphin dan Panther ASW
Hak Cipta Helikopter dipegang penuh Airbus
tapi Hak Cipta Property (men-dandani/menambahi) dipegang PT. DI
Jadi kalau PT. DI pingin buat Heli Varian Panther/Dauphin harus ijin Airbus dulu.
Jangan samakan menjahit BAJU dengan menjahit KAPAL perang / Pesawat, sungguh istilah yang sangat tidak patut
Makanya rancang sendiri ,nggak usah mengandalkan desain SIGMA,atau PKR .Berdasarkan ilmu yang didapat mulailah merancang sendiri ,kalau masih tak mampu artinya belum seluruh ilmu damens terserap maka di perlukan insinyur Damens sebagai mentor ,gaji oleh PAL . Gitu aja repot .
pilih BAE dong, koster CLASS upgrade ambil perangkat sensor dari ATLAS ELECTRONIC. BAE SYSTEM 😀
to bang @admin
tolong dong buatin artikel untuk kapal-kapal calon pengganti kovet Pachim Class….
@Nadia: oke coba nanti diolah dulu ya. Terima kasih sarannya 🙂
Kalau saya lebih setuju destroyer ringan buatan denmark
Dan jg lupa,harus mengutamakan tot
Dukung kemandirian Indonesia, siapapun yg mau berbagi ilmu harus kita sambut dg hangat.
Siapapun yg mau membangun kapalnya di Indonesia dg TOT tentunya patut kita sambut dg hangat, semoga Indonesia selalu mendapatkan yg terbaik Amin,,,,
Min..kok gak nerusin proyek sigma saja ya?
Damen mengeluarkan De Zeven Provinciën class
Namun harganya bukan main mahalnya
3x Iver Huitfeldt class dari Denmark
Saya pikir sigma class tetap jalan terus.cuma untuk 10514 masih tergolong light frigate atau heavy corvette sebagai pengganti parchim.sedangkan untuk pengganti van speijk yang notabene adalah frigate.ya kita butuhkan yang benar-benar frigate.bukan light frigate
Van Spejk sebenarnya masih digolongkan Light Frigate
dijaman sekarang, semua telah diperkecil (mini)
Kapal Korvet yang dulu dipandang sebelah mata,
maka Korvet yang sekarang sudah berkemampuan menenggelamkan kapal induk
Kalau ASW, kelihatanya PKR105 terlalu mewah untuk dibuat ASW. lebih tepatnya Antara KCR-60 dan Korvet Sigma Diponegoro.
Saya lebih condong ke OPV90 dan Visby untuk dijadikan ASW
Kelebihannya gowind 2500 dalam sensor Dan persenjataannya sich bagus tp daya tahannya yang cuma 11 hari ini yang kurang sreg
Tinggal dimodifikasi sedikit
Endurance hanya berhubungan dengan kapasitas Akomodasi perbekalan dan BBM saja
Yang penting adalah, HAK CIPTA dan HAK ITELEKTUAL lainnya menjadi HAK Indonesia, jadi bukan lagi LISENSI
Seperti pengalaman dengan DAMEN belanda, PKR105 ternyata HAK nya masih dipegang Damen, sehingga harus ijin dulu kalau mau melakukan segala modifikasi / Menjual
Saya harap PT. PAL melangkah lebih maju lagi melakukan kerjasama dengan Negara yang mau memberikan Copy Right nya ke Indonesia
Kita mengadakan tot ,output nya adalah mampu merancang sendiri nantinya . Artinya kita investasi dalam sdm .Kalau sudah khatam maka TOT tidak di perlukan lagi . Contoh dulu DI kerjasama dengan spanyol bikin CN 235 ,kemudian bisa merancang sendiri N250 dan N219 . Tentu kita harapkan Pal juga bisa menghasilkan hal yang sama.
Semoga dapat TOTnya dan Bangga dengan Kemandirian Bangsa Sendiri