Setelah Lama Dinanti, Kemhan Resmi Akuisisi 2 Kapal Pemburu Ranjau dari Jerman
|Bahwa Indonesia akan mengakuisisi dua unit kapal penyapu ranjau, jelas bukan berita baru, bahkan jenis kapal penyapu ranjau yang dipilih pun telah diketahui sejak 2016 silam, yakni Frankenthal Class buatan Jerman. Pun anggaran yang digelontorkan Kementerian Pertahanan untuk dua Mine Countermeasures Vessels (MCMV) ini telah dipatok sebesar US$204 juta. Bila pembaca cermat, mockup Frankenthal Class sempat ditampillan dalam Indo Defence 2018.
Mengutip dari Janes.com (31/1/2019), disebutkan Kementerian Pertahanan baru saja melakukan penandatanganan kontrak untuk desain dan pembangunan kapal penyapu ranjau, namun berbeda dari yang dirilis pada berita sebelumnya, manufaktur yang dipilih Kemhan untuk pembagunan Frankenthal Class bukan Lurssen Defence, melainkan Abeking & Rasmussen.
Pihak Abeking & Rasmussen sampai saat ini belum memberikan rincian spesifik dari kapal penyapu ranjau yang dipesan oleh Indonesia, hanya disebut kapal penyapu ranjau ini dari kelas 62 meter. Frankenthal Class memang pertama kali dirilis oleh Lurssen Defence, namun jenis kapal penyapu ranjau tersebut juga dibuat oleh galangan lain, yaitu Abeking & Rasmussen. Dari 12 unit populasi Frankenthal Class yan digunakan Jerman, Turki dan Uni Emirat Arab, ada 3 unit yang dibuat oleh Abeking & Rasmussen.
Sekilas tentang Frankenthal Class, kapal pemburu ranjau ini punya panjang 54,4 meter, lebar 9,2 meter dan bobot 650 ton. Dapur pacu kapal buru ranjau ini mengandalkan 2 × MTU 16V 538 TB91 diesel-engines yang mampu melesatkan kapal dengan kecepatan 18 knots (33 km per jam). Beberapa pengamat menyebut pesanan Indonesia, mungkin akan menjadi evolusi terbaru dari Frankenthal Class, terutama dilihat dari panjang kapal yang 62 meter.
Kapal pemburu ranjau yang nantinya akan memperkuat Satuan Kapal Ranjau (Satran) ini dilengkapi persenjataan utama kanon Bofors 40 mm/L70 dual purpose gun, Pinguin B3 mine hunting ROV dan Seafox I and Seafox C anti-mine maritime drones. Sensor dan sistem operasinya mengandalkan 1 × hull mounted DSQS-11A mine hunting sonar DRBN 32 navigation radar. Kabarnya kapal jenis ini juga dilengkapi fasilitas ruang anti dekompresi untuk para penyelam.
Laksamana TNI Ade Supandi saat menjabat sebagai KSAL, pada Februari 2015 pernah mengungkapkan rencana pengadaan dua unit kapal penyapu ranjau jenis baru untuk memperkuat Satuan Kapal Ranjau (Satran), rencana pengadaan ini tentu wajar adanya, mengingat sudah tiga dekade Satran tak mendapatkan modernisasi alutsista. Sampai saat ini kapal penyapu ranjau andalan Satran adalah dua unit Tripartite Class hasil pengadaan tahun 1988.
Baca juga: Tripartite Class – Kapal Pemburu Ranjau Andalan TNI AL
Tripartite Class yang tediri dari KRI Pulau Rengat 711 dan KRI Pulau Rupat 712 adalah buatan galangan GNM (Van der Gessen de Noord Marinebouw BV) di Albasserdam, Belanda, pada masanya tergolong kapal penyapu ranjau yang canggih dan sudah dilengkapi ROV (Remotely Operated Vehicles) untuk mengendus ranjau dibawah permukaan laut. Namun, kini teknologi di Tripartite Class sudah ketinggalam jaman, bahkan bisa disebut kapal penyapu ranjau ini tak lagi mampu beroperasi optimal. (Gilang Perdana)
@admin
Min terkait penambahan panjang hull kapal yg smp 8 m, estimasinya akan ditambahi payload/mission system apa…soalnya kalo cuma hiperbarik chamber utk kapal mcm cukup yg tipe “one person” spt yg sudah dipasang pd tripartite class 🤔
Copas dari blog sebelah…..😎
Yg pesanan AL ini basise yo podo karo “keluarga” frankenthal baek yg dipake jerman maupun turki, bedane gor masalah kostumisasi 🤷
Karena sejatine yg dijual oleh “A&R” ini adalah material hull non-magnetik stell (NMS) yg keunggulannya telah proven dipakai AL jerman sejak era PD I….PD I, gile lu ndro 😱😱😱
Kalo masalah model atau desain kapalnya sendiri tidak banyak berubah, krn teknik pengelasan material “NMS” sendiri cukup susah….dan konon dirahasiakan oleh pihak A&R 🙆
Hal yg membedakan/kostumisasi antara operator lazimnya terkait dg tuntutan operasional….misalnya dijerman, MCM ini berfungsi ganda selain sbg kapal penyapu/buru ranjau, juga digunakan sbg kapal patroli, sbg menggunakan 2 jenis propulsi : Cycloidal propulsi dan baling-baling konvensional. Saat tugas buru/sapu ranjau, ia akan menggunakan cycloidal propulsi, sedangkan jika sedang “magabut” gak ada medan ranjau yg harus disapuin, maka ia beralih menggunakan baling2 konvensional, spt bisa berlayar lebih cepat 🤷
Hal lain yg lebih kritikal terkait kustomisasi ialah konten drone/robot penyapu ranjau yg menjadi ujung tombak operasi penyapuan ranjau modern.
Hull mounted sonar(mine avoidance sonar)dan CMS, kemungkinan besar seragam dg milik jerman yaitu menggunakan buatan ATLAS, tapi dronenya bisa bervariasi 🤷
Turki misalnya…utk drone pemindai medan ranjau, masih menggunakan drone PAP buatan ECA (sama dg yg digunakan AL, mungkin beda di upgrade softwarenya saja). Drone PAP, selain berfungsi sbg pemindai, ia juga berfungsi sbg “pengantar bahan peledak” utk memusnahkan ranjau yg telah dideteksi sebelumnya, pada pemindaian awal 🕵️🕵️🕵️.
Sementara saat ini dipasaran telah banyak beredar drone pemindai medan ranjau dan drone eksekutor ranjau, spt buatan ECA, SAAB, ATLAS dll.
Kalo gue sih ngidamnya….krn kita sudah banyak pake produk buatan ECA(KRI. Rengat, Spica, simulator sonar), kita pake drone pemindai & penindak buatan eca semua atau kombinasi drone pemindai buatan eca dg drone penindak buatan atlas 🤗🤗🤗
Hapus
smilinghari2121 Februari 2019 22.16
Oya, seperi cerita saya diawal ttg konferensi keamanan maritiman internasional dihotel shangrilla 2~3 tahun silam….pt.pal memaparkan kalo pd tahap awal perakitan modulnya disini dan untuk pesanan berikutnya mungkin semua sudah dilakukan di sini 👌👍
Hapus
smilinghari2121 Februari 2019 22.29
“Naaah, seperti ini yg bernama VOITH SCHENEIDER Cycloidal Propulsor….bahan bilah baling2nya saja dr bahan komposit shg tidak menimbulkan kemagnetan dan bisa diatur spy kapal stasioner disatu titik atau justru bergerak dg sangat pelan ketika bermanuver memasuki medan ranjau 👍👍👍👌”
👉 https://youtu.be/1aMIs82CTFw
Xiiiixiiiixiii 😳