Update Drone KamikazeKlik di Atas

Setelah Intip Pangkalan Laut Rahasia Cina di Kamboja, Kini BlackSky Pasok Citra Satelit untuk Indonesia

Nama BlackSky sempat ramai dibicarakan pada tahun lalu, yakni setelah sistem intelijen geospasial dan earth imaging satellite dari BlackSky, melakukan pemotretan pada fasilitas pangkalan angkatan laut (Lanal) Ream di Kamboja, yang mana pembangunannya didanai Beijing dan diduga berperan sebagai pangkalan laut rahasia bagi armada kapal perang Angkatan Laut Cina. Dan terkait BlackSky, ada kabar bahwa Indonesia akan memanfaatkan jasa citra satelit dari BlackSky.

Baca juga: Satelit BlackSky Intip Pembangunan Pangkalan Angkatan Laut Rahasia Cina di Kamboja

Dilansir dari SpaceNews.com, BlackSky, perusahaan observasi bumi dan analisis data dari Amerika Serikat, akan menyediakan layanan citra satelit dan ruang angkasa ke Indonesia berdasarkan kesepakatan senilai $50 juta yang diumumkan pada 8 Februari 2024.

Dari kesepakatan di atas, BlackSky akan bekerja sama dengan Thales Alenia Space untuk membangun jaringan satelit pencitraan Bumi yang disesuaikan dengan kebutuhan keamanan nasional Indonesia. Thales Alenia Space dipilih pada bulan Desember untuk memberikan konstelasi pengamatan Bumi (Earth observation constellation) khusus kepada Kementerian Pertahanan Republik Indonesia, yakni dengan menggabungkan radar dan sensor optik.

Thales Alenia Space dan PT Len Industri Pasok Sistem Integrasi Radar dan Satelit Optik untuk Kemhan RI

Berdasarkan perjanjian multi-years, Indonesia akan mendapatkan akses terhadap citra dan analitik BlackSky dan akan memiliki dua satelit observasi Bumi generasi terbaru (Next Generation Earth observation satellites) dari BlackSky. Satelit-satelit tersebut mewakili awal dari konstelasi masa depan yang dapat mencakup campuran satelit pencitraan yang disediakan oleh BlackSky dan satelit lainnya yang dibangun oleh Thales Alenia. Sebagai catatan, saat ini BlackSky mengoperasikan konstelasi 16 satelit pencitraan elektro-optik.

Thales Alenia Space dan BlackSky akan bekerja berdasarkan kontrak dengan PT Len Industri, yang memilih perusahaan Eropa untuk membangun sistem satelit. Perjanjian ini mencakup penggabungkan layanan dan perangkat keras.

BlackSky, berdasarkan kontrak terpisah dari PT Len, memasok layanan pencitraan dan analisis Kementerian Pertahanan Indonesia. Perjanjian baru tersebut mengintegrasikan layanan, perangkat keras, dan perangkat lunak sistem dasar.

Thales Alenia Space – perusahaan patungan antara perusahaan teknologi Perancis Thales Group dan konglomerat pertahanan Italia Leonardo – adalah investor awal di BlackSky. Thales Alenia dan BlackSky adalah salah satu pemilik LeoStella, produsen satelit yang berbasis di Seattle yang memproduksi pesawat ruang angkasa untuk BlackSky dan pelanggan lainnya.

Brian O’Toole, CEO BlackSky, menggambarkan kemitraan dengan Indonesia sebagai model bagaimana pemerintah dapat memanfaatkan inovasi komersial daripada menghabiskan miliaran dolar dan puluhan tahun untuk mengembangkan platform lokal. Satelit untuk Indonesia akan dikirimkan dalam waktu dua tahun.

“BlackSky berencana mengirimkan dua satelit pencitraan elektro-optik generasi ketiga untuk kebutuhan Kementerian Pertahanan (Kemhan) Indonesia dalam waktu dua tahun,” kata O’Toole. Dalam hal ini Thales Alenia Space akan mengembangkan satelit radar aperture sintetis (synthetic aperture radar satellites).

Konstelasi satelit BlackSky saat ini terdiri dari satelit Gen-2 yang memberikan citra resolusi 1 meter. Versi Gen-3 akan menghasilkan citra resolusi 50 sentimeter yang lebih tajam. Satelit Gen-3 juga memiliki sensor inframerah optik ganda yang memungkinkan pengambilan gambar di malam hari dan dalam kondisi cahaya redup.

Konstelasi satelit BlackSky mengikuti ekuator, bergerak berlawanan arah dengan putaran Bumi. Dari sudut pandang ini, satelit dapat menangkap gambar di mana aktivitas manusia terjadi. Konstelasi BlackSky menyediakan citra satelit dengan analitik dalam waktu 90 menit setelah pengguna menjalankan sistem. (Gilang Perdana)

Pembangunan Pangkalan Angkatan Laut Kamboja yang Didanai Cina Hampir Kelar, AS Ketar-ketir

One Comment