Setelah Buka Hubungan Diplomatik, Uni Emirat Arab Kini Beli Rudal Hanud Spyder dari Israel
|Sejak resmi membuka hubungan diplomatik dengan Israel pada 14 Juli 2021, intensitas kerja sama antara Uni Emirat Arab (UEA) dengan Negara Yahudi itu kian meningkat. Selain konektivitas penerbangan dibuka antar kedua negara, di sektor pertahanan UEA juga memperlihatkan kemesraan dengan Israel, salah satunya dengan kabar bahwa Negeri Kaya Minyak itu akan membeli sistem rudal hanud Spyder (Surface-to-air PYthon and DERby) buatan Rafael Advanced Defense Systems.
Baca juga: Ikuti Jejak Singapura, Filipina Pastikan Akuisisi Sistem Hanud Spyder
Israel dan Uni Emirat Arab menormalkan hubungan pada tahun 2020 sebagai bagian dari Kesepakatan Abraham dan hubungan telah berkembang sejak itu. Pekan lalu Menteri Luar Negeri UEA Sheikh Abdullah bin Zayed berada di Israel dan bertemu dengan Menteri Pertahanan Benny Gantz, Presiden Isaac Herzog dan Perdana Menteri Yair Lapid.
Para pejabat pertahanan Israel telah mengadakan sekitar 150 pertemuan dengan rekan-rekan mereka di kawasan itu dan telah menandatangani kesepakatan senilai lebih dari US$3 miliar sejak penandatanganan Kesepakatan untuk meningkatkan hubungan antar militer kedua negara.
Dikutip dari Jerusalem Post – jpost.com (23/9/2022), disebutkan Israel telah setuju untuk menjual sistem pertahanan udara Spyder ke Uni Emirat Arab, menandai pertama kalinya sistem pertahanan udara milik negara tersebut dijual ke negara Teluk. Tidak jelas berapa banyak sistem hanud Spyder yang akan dibeli UEA.
UEA akan menggunakan Spyder terutama untuk menghadapi ancaman dari pemberontak Yaman. Tak lama setelah mengalami dua serangan oleh milisi Houthi dukungan Iran.
Merujuk ke sejarahnya, Spyder memang dipersiapkan untuk memenuhi kebutuhan militer Israel. Di luar Israel, negara pembeli pertama adalah Peru (6 peluncur), kemudian diikuti India (18 peluncur), Singapura (12 peluncur), Georgia, Vietnam dan Filipina telah resmi memilih Spyder untuk memperkuat arhanud-nya.
Aspek peluncur dengan kemampuan hybrid tak pelak menjadi daya jual utama Spyder. Oleh Rafael, Spyder dibuat agar mudah dioperasikan dan mampu merespon multi target dalam satu kesempatan. Kemudahan pengoperasian juga keunggulan yang ditawarkan, manufakturnya menyebut sista rudal ini dapat dioperasikan oleh awak reguler yang tak perlu pengalaman dan keterampilan khusus.
Dua jenis rudal yang sanggup dilontarkan Spyder adalah Python 5 dan Derby. Python 5 desain awalnya sebagai rudal udara ke udara jarak dekat, yang kemudian digarap Rafael untuk ground based surface to air missile, dan jadilah rudal ini menyandang predikat SHORAD. Jarak jangkau Python 5 dipatok hingga 15 km, dan mampu melesat sampai Mach 4, atau setara dengan rudal Starstreak yang juga dimiliki Arhanud TNI AD. Untuk menguber sasarannya, Python 5 menggunakan pemandu infra red dan electo optical imaging.
Satunya lagi adalah Derby, ini masuk kategori rudal BVR (beyond visual range), juga varian awalnya adalah rudal udara ke udara. Sekilas desainnya mengingatkan pada rudal legendaris AIM-7 Sparrow. Seperti halnya Python 5, Derby juga punya kecepatan luncur Mach 4, namun sebagai short – medium SAM (surface to air missile), Derby dapat menjangkau sasaran sejauh 50 km.
Dengan pemandu active radar homing lewat frekuensi radio, rudal ini dibekali hulu ledak seberat 23 kg. Yang menarik lagi, baik Python 5 dan Derby saat meluncur tidak mengeluarkan asap, menjadikan rudal ini sulit diketahui secara visual, terutama guna mendeteksi posisi peluncur.
Rafael menawarkan dalam dua versi peluncur, Spyder SR yang didedikasikan untuk short range version dan Spyder MR untuk medium range version. Spyder SR terdiri dari peluncur untuk empat rudal. Sementara versi Spyder MR yang diperkenalkan pada tahun 2006 adalah peluncur untuk delapan rudal. Hebatnya kedua versi peluncur dapat mengkombinasi susunan dua jenis rudal (Python 5 dan Derby) dalam satu aksi.
Baca juga: Spyder, Ini Dia Sistem Rudal Hanud Hybrid Andalan Singapura
Untuk melakukan aksinya, Sypder dapat menjalankan tiga mode operasi. Yakni mode manual yang dioperasikan oleh operator saat berhasil mendeteksi sasaran manual. Dan ada mode semi otomatis, dimana sistem menemukan, mengidentifikasi, melacak sasaran sampai tahap pelepasan rudal. Untuk peluncurannya tetap dilakukan manual oleh operator. Kemudian yang terakhir mode otomatis, sistem peluncur akan bereaksi sendiri saat pesawat yang diidentifikasi sebagai musuh telah terdeteksi oleh IFF (Identification Friend or Foe). (Bayu Pamungkas)
Barang bagus… 🤭