Setelah 70 Tahun Karam, Bangkai RI Gadjah Mada Akhirnya Ditemukan

Setelah 70 tahun berlalu, pada 20 April 2018 menjadi momen yang bersejarah bagi perjuangan kemerdekaan RI, terkhusus lagi di lingkup TNI AL. Betapa tidak, bangkai RI Gadjah Mada dengan nomer lambung 408 berhasil ditemukan keberadaanya di Perairan Teluk Cirebon. 70 tahun silam, tepatnya pada 5 Januari 1947, RI Gadjah Mada dibawah komando Letnan Laut Samadikun mengwali pertempuran laut pertama RI dengan armada kapal perang Belanda.


Baca juga: HNLMS Karel Doorman – Sedari Awal Tak Siap ‘Bertarung’ Melawan Armada RI

Dikutip dari tnial.mil.id (21/4/2018), Tim yang dipimpin Pasintel Lanal Cirebon berangkat menuju titik koordinat tenggelamnya kapal RI Gadjah Mada dengan jarak tempuh dari dermaga Perniagaan Pelabuhan Cirebon 3,5 NM (sekitar 20 menit), pada pukul 09.15 WIB tim penyelam Lanal Cirebon melaksanakan penyelaman dan berhasil menemukan serta mendokumentasikan bangkai kapal RI Gajahmada pada posisi koordinat : 06 40 066 S – 108 35 847 E dengan kedalaman kurang lebih lima meter dan memberikan tanda berupa derigen kosong serta memberi tanda pada haluan dan buritan kapal.

Berdasarkan keterangan tim penyelam Lanal Cirebon bahwa bentuk fisik dari kapal RI Gadjah Mada adalah jenis kapal cargo yang terbuat dari besi serta bentuk kapal sudah tidak utuh lagi dengan bangunan anjungan sudah tidak ada lagi, hanya haluan dan buritan yang masih terlihat bentuknya.

Adapun tujuan pencarian bangkai Kapal RI Gadjah Mada oleh Lanal Cirebon untuk menentukan titik koordinat bangkai kapal dan memberikan tanda agar pengguna jasa laut tidak mengalami kendala bernavigasi untuk melewati perairan tersebut akibat bangkai kapal yang belum diangkat.

Harapan dari Komandan Lanal Cirebon, Letkol Mar Yustinus Rudiman dengan ditemukannya bangkai kapal RI Gadjah Mada perlu adanya pengangkatan bangkai kapal tersebut guna kelancaran bernavigasi di laut dan dimungkinkan untuk dijadikan museum sebagai pengingat bahwa ada peristiwa bersejarah akan pertempuran laut di Cirebon.

Apabila tidak ada upaya pengangkatan bangkai kapal perlu adanya tanda navigasi (suar) sebagai tanda bahwa dilokasi tersebut terdapat bangkai kapal RI Gadjah Mada yang telah tenggelam akibat pertempuran Republik Indonesia melawan penjajahan Belanda serta untuk mengenang jasa para pahlawan yang telah gugur membela NKRI.

Dari berbagai sumber, RI Gadjah Mada disebut-sebut merupakan kapal jenis jenis Coaster. Tidak diketahui persis spesifikasi kapal dengan lambung dari kayu ini.

Sedikit mengingatkan kronologi karamnya RI Gadjah Mada, yakni pada 1 hingga 5 Januari 1947, Letnan Laut Samadikun memimpin latihan gabungan antara Angkatan Laut dan Angkatan Darat. Dia berada di Kapal Gajah Mada, sebuah kapal dagang yang diubah menjadi kapal perang oleh TNI AL. Selain Kapal Gajah Mada, ada empat kapal patroli penjaga pantai yang mengikuti latihan, yaitu 2 unit kapal motor dengan nama Surapringga dan Antareja, 1 kapal tarik dengan nama Semar, dan 4 buah kapal patroli.

Pada 5 Januari 1947, iring-iringan kapal milik Indonesia itu berpapasan dengan kapal buru torpedo Belanda, HMS Kortenaer. Saat itu Indonesia sudah merdeka, namun Belanda tengah bersiap menggelar agresi militer untuk kembali menguasai wilayah RI.

Dengan pongah, Kapten Kapal HMS Kortenaer meminta konvoi kapal Indonesia untuk berhenti. Letnan Samadikun dengan tegas menolaknya. Meriam-meriam HMS Kortenaer mulai menyalak. Samadikun mengambil langkah berani. Diperintahkannya empat kapal patroli menjauh ke Barat. Sementara Gadjah Mada justru berbelok sengaja menyongsong musuh.

Senapan mesin berat Oerlikon 20 mm RI Gadjah Mada terus diarahkan ke HMS Kortenaer. Namun meriam dan torpedo kapal perang Belanda itu jelas bukan tandingan sebuah kapal dagang yang cuma dipasangi senapan mesin. Sebuah tembakan meriam tepat menghajar Kapal Gajah Mada. Ruang mesin terbakar habis, Letnan Samadikun gugur dalam pertempuran. Tak lama kapal itu tenggelam ke dasar Laut Cirebon.

Dalam pertempuran tersebut Indonesia kehilangan satu kapal, tiga pahlawan gugur serta 26 menjadi tawanan Belanda. Aksi Samadikun membuat empat kapal patroli lain bisa lolos. Dia gugur demi menyelamatkan kawan-kawannya.

Pada 7 Januari jenazah Lettu Samadikun ditemukan. Untuk menghormati jasa dan keberaniannya, pangkat Letnan Samadikun dinaikkan secara anumerta menjadi Kapten Laut. Nama Samadikun kemudian diangkat sebagai nama kapal perang TNI AL era-70an, yakni Perusak Kawal Samadikun Class (Claud Jones Class).

Baca juga: KRI Gadjah Mada – Flagship dan Destroyer Pertama TNI AL

Yang perlu jadi catatan, setelah karamnya RI Gadjah Mada, pemerintah RI pada tahun 1951 memberi nama destroyer pertama TNI AL dengan nama KRI Gadjah Mada. Sebelumnya kapal tersebut merupakan bekas pakai AL Belanda dengan nama HrMs Tjerk Hiddes. Sayangnya usia pengabdian KRI Gadjah Mada tak panjang, kapal perang ini resmi di scrap pada 1961. (Gilang Perdana)

6 Comments