Serang ke Wilayah Rusia, Ukraina ‘Bangkitkan’ Rudal Hanud S-200 Jadi Rudal Balistik
Ibarat pepatah “tak ada rotan akan pun jadi”, maka dalam peperangan yang berkepanjangan segala sesuatu harus diupayakan. Seperti dalam perang yang sedang berlangsung saat ini, baik Rusia dan Ukraina sama-sama mengerahkan alutsista tua nan usang untuk digeser ke garis depan. Salah satu yang menarik adalah penggunaan rudal hanud lawas yang difungsikan sebagai rudal balistik untuk menyerang target di permukaan.
Baca juga: Rudal S-200, Adopsi Fixed Erector dan Masih Bikin Israel Penasaran
Dilansir businessinsider.in (20/8/2023), disebutkan Ukraina sedang merekayasa ulang sistem rudal pertahanan udara (hanud) era Soviet untuk menyerang wilayah Rusia. Intelijen Kementerian Pertahanan Inggris mengatakan bahwa Ukraina tampaknya menggunakan sistem rudal hanud berukuran besar era Soviet untuk menyerang jauh ke wilayah Rusia.
Rudal hanud yang dimaksud adalah S-200 yang berbobot 7,1 ton. Ukraina telah menghentikan penggunaan rudal tersebut dari peran pertahanan udaranya dan kini malah menggunakannya sebagai rudal balistik serangan darat. Forbes melaporkan pada bulan Juli 2023, bahwa Kiew mungkin akan menggunakan kembali senjata-senjata usang tersebut untuk serangan darat guna menggantikan persediaan rudal balistik Tochka yang semakin berkurang.
Sebuah video menunjukkan apa yang tampak seperti rudal V-860 atau V-880, amunisi yang digunakan dalam sistem hanid S-200, menghantam tanah di Oblast Bryansk di Rusia, tepat di utara perbatasan dengan Ukraina.
Tidak jelas berapa banyak serangan serupa yang telah terjadi, namun kantor berita Rusia Tass melaporkan pada hari Sabtu bahwa Kiev mencoba menyerang Krimea dengan S-200 yang telah dilengkapi peralatan baru.
S-200 dapat mencapai target sejauh 190 mil (305 km) dan ketinggian 40.000 meter dalam peran pertahanan udara, dan jangkauan ini harus lebih jauh lagi dalam peran serangan darat.
Dengan bobot yang aduhai, untuk meluncurkan rudal ini dengan kecepatan awal yang memadai diperkukan booster. Persisnya S-200 dilengkapi empat booster dengan bahan bakar padat. Dengan sokongan utama dari dual-thrust liquid-fueled rocket motor, S-200 memang dapat melesat sampai kecepatan Mach 4 atau sekitar 2.500 meter per detik. Dengan membawa hulu ledak frag-HE seberat 217 kg, S-200 mampu mengejar sasaran sejauh 305 km.
Pola penghancuran pada sasaran menganut proximity and command fusing, sementara sistem kendali rudal mengadopsi semi-active radar homing seeker head. Karena dirancang untuk menghancurkan pesawat mata-mata yang terbang tinggi, S-200 dapat melesat sampai ketinggian 40.000 meter.
Senggol F-35 dan Tembak Jatuh F-16
Nama rudal hanud S-200 milik Suriah pada tahun 2018 mendapat dua kali sorotan, pertama pada Februari 2018, diwartakan sebuah jet tempur F-16 milik Israel berhasil dirontokkan oleh rudal hanud jarak jauh peninggalan era Perang Dingin tersebut, kemudian yang terbaru, S-200 melakukan friendy fire pada pesawat angkut Ilysuhin Il-20 milik Rusia, 15 awaknya dilaporkan tewas dalam insiden tersebut.
Dalam peristiwa kedua, sebenarnya yang disasar adalah F-16 Israel yang tengah dalam manuver melakukan serangan darat di wilayah Suriah.
Pamor S-200 di tahun 2017 juga sempat naik daun, setelah diberitakan berhasil ‘menyenggol’ F-35 Israel dan menjadikan jet tempur siluman tersebut rusak berat. Meski tentu saja klaim itu ditolak Israel dengan mengatakan F-35 mereka rusak karena menabrak burung
Lepas dari ‘prestasinya,’ rudal tua yang dirilis perdana tahun 1967 ini memang menarik untuk disimak. Bagi kebanyakan orang tampilan dan sistem operasi S-200 mengingatkan pada rudal hanud SA-2, yang dahulu di dekade 60-an pernah jadi kebanggaan Kohanudnas untuk melindungi obyek vital di Jakarta.
Baca juga: Satuan Rudal Hanud Teluk Naga – Dari Era SA-2 Guideline Menuju Penggelaran NASAMS
Serupa dengan SA-2, dimensi dan bobot S-200 terbilang bongsor. Untuk memobilisasi satu rudal saja diperlukan satu unit rangkaian truk trailer khusus. Persisnya bobot S-200 yang disebut NATO sebagai SA-5 Gammon mencapai 7,1 ton. Semenetra SA-2 atau dalam kode Rusia disebut S-75 Dvina, bobotnya ‘hanya’ 2,3 ton. Dari dimensi S-200 punya panjang 10, 8 meter, sedangkan SA-2 yang dapat Anda lihat sosoknya di Museum Satria Mandala panjangnya 10,6 meter. (Gilang Perdana)
heleh, cuma kode buat ngemis, rudal balistik kiriman turki kan ada mereka
waduh 305 km jangkauannya, rudal2 milik TNI dah terlanjur di kilokan padahal pertahanan Rusia pun barat tak sanggup cegah ni rudal narget