Senasib dengan Indonesia, Mesir Juga Terancam Sanksi Bila Nekat Akuisisi Sukhoi Su-35
|Pemberitaan tentang kesepatakan pembelian jet tempur Sukhoi Su-35 antara Mesir dan Rusia belum lama ini membuat warganet di Indonesia keki, pasalnya kedatangan Su-35 di Indonesia penuh lika-liku dan ketidakpastian. Seperti diketahui, setelah tarik ulur mengenai komoditi yang akan di barter tuntas, problem pengadaan Su-35 untuk Indonesia masuk babak baru dengan adanya potensi sanksi dari Amerika Serikat lewat Countering America’s Adversaries Through Sanctions Act (CAATSA).
Baca juga: Sukhoi Umumkan Produksi Su-35 Ke-100
Walau belum ada sumber resmi, disebut-sebut kontrak senilai US$ 2 miliar telah ditandatangani akhir tahun lalu dan pengiriman diharapkan akan dimulai pada tahun 2020-2021. Bila pembelian tersebut jadi, maka Mesir menjadi pelanggan keempat untuk jenis pesawat tempur tersebut, yang memiliki nama sandi NATO “Flanker-E”.
Namun rupanya Pemerintahan Donald Trump ‘berlaku adil’ dan tidak menutup mata pada pengadaan Su-35 ke Mesir. Dikutip dari Janes.com (10/4/2019), Menteri Luar Negeri AS, Mike Pompeo mengatakan bahwa pihaknya siap memberikan hukungan berupa sanksi kepada Mesir bila tetap meneruskan pembelian Su-35.
“Kami telah menegaskan bila pemerintah Mesir membeli pesawat tempur tersebut, maka sanksi CAATSA akan diberlakukan,” ujar Pompeo saat sidang senat di Washington pada 9 April lalu. Terkait hal tersebut, Pompeo juga telah memastikan pihak Mesir memahami atas sanksi yang akan dijatuhkan bila Negeri Piramid ini tetap melanjutkan proses akuisisi Su-35.
Baca juga: Vympel R-37M – Disebut Sebagai “AWACS Killer,” Inilah Rudal Andalan Sukhoi Su-35
Bentuk sanksi CAATSA bisa diterapkan dalam banyak dimensi, tidak melulu pada jenis embargo suku cadang persenjataan dan kerja sama pertahanan, namun bisa merembet ke sektor ekonomi dan perdagangan. Di Indonesia, salah satu dampak jika CAATSA dijatuhkan adalah keberlangsungan proyek jet tempur masa depan IFX yang dikembangkan bersama Korea Selatan, dimana penggunaan beberapa teknologi kunci jet tempur tersebut harus mendapatkan ‘restu’ dari AS. (Gilang Perdana)
sangat d sayangkan banyak fanboys Gripen d berbagai formil ikut ikutan menolak F-16V & IFX
sejak diberlakukan UU Ketahanan Ekonomi & UU Industri Pertahanan membuat Rusia menjadi negara yang paling banyak diPHPin oleh kita. 4 Streguschy, 4 Satbak Pantsyr S1 + Buk M2, 5 baterai Osa, 5 Kilo, 3 Vashyrinka, 2 Be200, 1 ska Su27 + Su30, 1 ska Mi17 + Mi35 sukses berganti menjadi alutsista dari negara lain dengan alasan lebih murah, lebih sesuai kebutuhan dan tentunya ToT. Diperparah bahwa sejak USA melakukan sanksi perdagangan komponen militer ke Rusia membuat alutsista Rusia harganya naik tajam dan yang paling menderita adalah matra rudal. Su35 mbulet dari akumulasi faktor diatas. Akankah Su35 buat Skadud 14 batal mengikuti Skadud 16 yang sejak 2009 direncanakan akan diisi Su27 + Su30 tapi berganti wujud jadi Falcon gurun dengan alasan ANGGARAN PAS-PASAN
harap2 cemas bwt fansboys sukhoi & gripen, Skuadron 16 di isi trio kelas berat 8 unit F/A 18 Super Hornet block III, 8 unit EA 18 Growler & 8 unit F-15X
terimakasih pak sby sbg pelopor pengurangan dr rusia d lanjutkan ke pemerintahan sekarang & akan tetap lanjut siapapun pemerintahan berikut, mindset fansboy rusia & gripen hrs d rubah dr konsumen menjd produsen kemandirian yg tdk terlalu byk bergantung pd rusia, china & saab, ingat menjd produsen kemandirian bisa menjadi raja
Lupakan IFX, setelah pak lik SAM berhasil menggagalkan pembelian SU-35 kita, tidak ada jaminan bahwa besok IFX akan lancar disupport mereka, saat itu kita jauh lebih tertinggal lagi utk penguatan TNI AU setelah sadar dikadali berkali-kali toh sekarang kita punya F16 yg spek standar pun harus ijin dulu ke mereka saat diperlukan dan jawabannya pun pasti tidak boleh kecuali buat latihan penyergapan dan menurunkan pesawat sendiri, buat gagah2an parade hari ABRI, supaya TNI AU kelihatan punya kegiatan dan yg jelas budget sparepart rutin yg mahal mengisi kocek negara lik SAM, sementara kita ibarat orang yang masturbasi memuaskan/menyenangkan diri secara semu, kalau sampai kita selalu tunduk pada mereka berarti benar ungkapan bahwa Indonesia negara besar tapi mentalnya kecil….akibat terlalu lama dijajah rezim ORBA sehingga mentalnya menjadi pemalas, takut tidak nyaman, dan pasrah
Kabarnya khusus IFX, modul yang ditolak ameriki akan memakai modul korea atau eropa, bahkan mesin pun eropa sanggup menyediakan seperti Snecma dan Eurojet
itulah nikmatnya bikin pespur sendiri, bisa memilih komponen apa saja yang dipakai, kalau perlu bisa memasang mesin Klimov RD-33 dari rusia
Ini ribut gak jelas, khusus RI & Vietnam, tidak terkena caatsa (banyak beritanya).
SU35 pasti datang, hanggar & pilot ready, cash ok, cuma barter lagi dipilih-pilih barangnya.
SU35 biar cuma 11 adalah kebanggaan AU menghadapi F35 sing & ausi, ingat latgab di ausi, SU30 bikin menhan ausi anggap F18 kuno & segera borong F35, bagi fans yg penting SU35 datang, soal ks & viper gak masalah, gitu kaaan…hhhh
Australia adalah anggota 9 negara konsorsium pertama pembuatan F-35 sejak tahun 1992, jadi tak ada kaitanya dengan Su-27/30/35 TNI-AU.
Justru niat kitalah untuk beli Su-35 yang katanya katanya katanya sekali lagi katanya untuk bisa mengimbangi F-35 australia
Hahahaha
Angkasa Review sudah bilang bakal ada 32 unit Viper untuk mengisi Skadron 1 di Pontianak dan skadron baru di Kupang.
http://www.angkasareview.com/2019/04/10/hawk-100200-tni-au-kemungkinan-diganti-f-16v-skadron-tempur-baru-akan-dibentuk-di-kupang/
Padahal dulu ada berita kalau Indonesia mengajukan proposal permintaan harga untuk pengadaan 48 viper.
https://www.indomiliter.com/mattis-datang-pilihan-f-16-viper-untuk-indonesia-mencuat-kembali/
Di beritakan butuh 32 unit tapi minta harga untuk 48 unit ? Lha khan ada selisih 48 – 32 = 16 unit lagi untuk apa ?
Jika Ruski tetep mbulet berlarut-larut nggak mau ikuti persyaratan UU kita maka akan segera diswitch pengadaannya ke Viper untuk mengganti F5.
Terserah apa kata fanboys Ruski.
Kalau mbulet batal & nurut ke SAM, yg ada bakal terus di-dikte sama SAM. Bukan fans Ruski, tp Indonesia negara netral dalam alusista, berdaulat atas alusista sendiri. Malah kalau perlu ada buatan Euro juga, biar makin beragam.
Tahun lalu diberita nasional pernah ditulis pemerintah Trump akan memberikan pengecualian kepada Indonesia dan India utk membeli alutsista Rusia, dengan alasan Indonesia dan India adl partner strategis Amerika di Asia. Dengan bangkitnya Cina, bersahabat dengan Indonesia dan India itu sangat penting buat Amerika, jadi ancaman embargo ke Indonesia meurut saya sangat kecil.