Update Drone KamikazeKlik di Atas

Selamat Jalan KRI Karang Tekok 982, Kapal Angkut Cepat Buatan Jerman Berdesain Streamline

(TNI AL)

Jumat, 16 April 2021, menjadi momen perpisahan bagi unsur Satuan kapal Bantu (Satban) Koarmada II, persisnya KRI Karang Tekok 982 telah resmi dipensiunkan lewat upacara di Dermaga Tengah Mako Koarmada II, Ujung, Surabaya. KRI Karang Tekok 982 adalah jenis kapal angkut personel yang diperoleh TNI AL sebagai bagian dari hibah dari PT ASDP Indonesia Ferry pada tahun 2005.

Baca juga: KRI Karang Pilang 981 – Nasib Kapal Angkut Sipil yang Terkena “Wajib Militer”

Meski berstatus sebagai kapal hibah, KRI Karang Tekok 982 punya desain streamline yang terbilang modern. Sebelum menjadi KRI, kapal ini bernama KFC (Kapal Ferry Cepat) Mahakam. Kapal ini diproduksi oleh galangan Lurrsen (Fr. Lurssen Werft) di Bremen, Jerman pada tahun 1998. Identitas sebagai kapal cepat bukan sebatas label, lantaran KFC Mahakam ditenagai dua unit mesin diesel MTU 16V595 dan empat unit water jet, menjadikan kapal ini sanggup berlayar hingga 38 knots.

PT ASDP tak hanya menghibahkan KFC Mahakam ke TNI AL, ada kapal lain yang juga dihibahkan, yaitu KFC Ambulu yang diubah menjadi KRI Karang Pilang 981, KFC Serayu menjadi KRI Karang Banteng 983, KFC Cisadane menjadi KRI Karang Galang 984 dan KFC Barito menjadi KRI Karang Unarang 985. Di tangan TNI AL, statusnya diubah dari KFC menjadi KCAP (Kapal Cepat Angkut Personel) yang diawaki oleh 30 anak buah kapal dengan komandan berpangkat mayor.

Karena fungsinya juga sebagai kapal angkut militer, maka kapasitas penumpang kapal ini dikurangi untuk memberi tempat bagi peralatan militer yang akan diangkut, dari kapasitas awal 925 orang menjadi 600 orang. Meski mesinnya di downgrade, namun TNI AL melengkapi kapal ini dengan senjata anti serangan udara, khususnya pada KRI Karang Pilang dipasang dua pucuk kanon kaliber 20 mm. Proses modifikasi KRI Karang Pilang 981 dilaksanakan oleh Dock Ship Lift Divisi Kapal Perang PT. PAL.

Meski tak punya kemampuan stealth, tapi dengan bodi yang streamline plus badan kapal terbuat dari alumunium, maka secara teknis jika terdeteksi radar kapal perang musuh, kapal ini akan tampak samar. Sebagai kapal angkut, sejatinya kelengkapan kapal ini terbilang modern, di antaranya adopsi sistem pemadaman sentral otomatis dengan menggunakan smoke detector. Tidak perlu pemadaman manual dengan menggunakan CO2 portabel seperti yang diterapkan di kapal-kapal lama. Begitu pula sistem kemudi sudah memakai joystick.

Mengandalkan empat Mesin Pendorong Pokok (MPK) bertenaga water jet, memang dapat dicapai kecepatan maksimal hingga 38 knot, serta kecepatan jelajah 30 knot. Namun, kemampuan dalam kecepatan yang menjadi ciri khas kapal buatan Jerman ini, rupanya menjadi batu sandungan dalam hal operasional. Kecepatan kapal identik dengan borosnya konsumsi bahan bakar. Sementara jika kapal boros bahan bakar, maka gelar operasionalnya akan menjadi sulit, mengingat keterbatasan anggaran.

Baca juga: KRI Tanjung Kambani 971 – Ini Dia! Kapal Feri Yang Dipersenjatai

Untuk itu, diputuskan guna dilakukan downgrade pada sistem propulsi. Penggantian sistem propulsi dari empat MPK menjadi dua MPK Shaft Propeler adalah usaha untuk menghemat bahan bakar. Kecepatan kapal turun drastis dari 38 knot menjadi 18 knot, namun dari segi konsumsi bahan bakar solar dapat menghemat pemakaian dari 2 ton per jam menjadi 2 ton per hari. Kapasitas maksimal BBM adalah 54 ton dengan kemampuan jelajah kapal mencapai 926 km. (Gilang Perdana)

9 Comments