Selain KRI Slamet Riyadi 352, Meriam di KRI Ki Hajar Dewantara 364 Juga Sudah Dilepas
Berita tentang dilepasnya meriam pada frigat Van Speijk Class – KRI Slamet Riyadi 352, menjadi bahan perbincangan di kalangan netizen pecinta dunia militer di Tanah Air. Memasuki masa purna tugas, beberapa persenjataan dan perangkat elektronik yang masih dapat digunakan dari kapal perang buatan Belanda itu memang terus dikaryakan untuk tugas lain, seperti Oto Melara 76 mm yang dipersiapkan untuk melengkapi simulator tempur di Paiton.
Baca juga: Jelang Purna Tugas, Oto Melara 76mm di KRI Slamet Riyadi 352 Beralih Peran
Namun, ternyata bukan hanya KRI Slamet Riyadi 352 yang meriam utamanya dilepas. Masih dari Satuan Kapal Eskorta (Satkor), korvet KRI Ki Hajar Dewantara 364 yang selama ini dikenal perannya sebagai korvet latih, nampak meriam utama pada haluannya juga sudah tidak ada.
Dari sekuel foto yang dikutip dari akun Instagram @military_buzz, terlihat jelas bahwa meriam Bofors 57 mm MK1 pada haluan kapal perang buatan galangan Uljanic Ship Yard, Yugoslavia (1980) tersebut sudah tidak terpasang. Bersama dengan KRI Slamet Riyadi 352, KRI Sambu 902, KRI Teluk Bone 511 dan KRI Tanjung Nusanive 973, KRI Ki Hajar Dewantara 364 memang sudah direncanakan untuk masuk masa purna tugas.
Bila Oto Melara 76 mm dari KRI Slamet Riyadi 352 sudah diarahkan untuk melengkapi simulator tempur bagi pelatihan awak senjata, maka belum diketahui nasib Bofors 57 mm MK1 dari KRI Ki Hajar Dewantara 364. Dari kemampuan meriam buatan Swedia tersebut, maka ada potensi Bofors 57 mm untuk digunakan pada kapal perang atau kapal patroli lain.
Bofors 57 mm MK1 saat ini digunakan juga pada KCR (Kapal Cepat Rudal) Mandau Class. Bofors 57 mm MK1 mempunyai jarak tembak maksimum 17.000 meter dengan kecepatan luncur proyetil 1.035 meter per detik. Dalam satu menit, meriam ini dapat memuntahkan 200 proyektil. Denga sudut elevasi laras -10 sampai 78 derajat, meriam ini dapat dikendalikan secara manual atau remote. Untuk penembakan remote menggunakan perangkat pemandu signal WM-28.
Baca juga: Bofors 57mm MK.1 – Andalan KCR TNI AL Era-80an
Sebagai kapal perang dengan fungsi latih, KRI Ki Hajar Dewantara 364 punya banyak keunikan, seperti pesawat tempur latih yang punya dua kokpit, maka KDA-364 juga dilengkapi dua anjungan yang letaknya atas dan bawah. Anjungan pertama yang merupakan anjungan biasa terletak di bagian atas. Sementara di bagian bawah adalah anjungan latih. Di dalam anjungan latih juga terdapat berbagai macam instrumen selayaknya anjungan reguler. Dengan adanya anjungan latih, proses praktik siswa bisa lebih mudah dan cepat, tanpa mengganggu operasional kapal. (Haryo Adjie)
Om admin blm ada artikel br lg ya ???
Mungkin pengaruh liburan panjang mas 🙂
pertanda akan ada kapal baru nih di tahun 2019
Kapal kombatan baru memang akan dibangun di 2019 nanti, dengan jumlah total 8 KRI dari jenis korvet Sigma dan light fregat PKR.
Namun ke 8 kapal baru ini bukan untuk menggantikan KRI Slamet Riyadi dan KRI Ki Hajar Dewantara yang mau ditenggelamkan untuk dijadikan obyek wisata bawah laut.
Ganti dari 2 kapal ini sudah tersedia yaitu 2 unit PKR 331 dan 332 yang sudah operasional.
Sedang untuk fungsi latih sudah diambil alih 2 unit KAL latih yaitu KAL Kadet 6 dan KAL Kadet 7.
Dan untuk fungsi latih CMS dan persenjataan kanon, akan dibangun simulatornya di Surabaya.
Ngimpi Bro… Peletakan lunas jg belom…
Buat kapal tempur setahun tidak selesai. Kalaupun selesai tidak akan smp siap senjata. Agak aneh nih negara… Kiri kanan kuat, kita 5 thn nambah proyek pesawat tempur jg kagak. Kalau ada kontrak, selesai datang jg bakal 5 thn lagi….. Hmmmm
pertanda akan ada kapal baru di tahun 2019
Lha KRI Multatuli kan lebih sepuh kok gk masuk daftar museum?
Harusnya kapal2 eks kombatan bgini di hibahkan saja k costguard atau bakamla…. meriamnya jgn d lepas….akan lbih bermanfaat dan membuat cosguard kita lbih d segani…tinggal ubah warna aja…sayangnya tidak ada pemikiran sperti itu.jd ga perlu ngoyo membeli kapal baru dan kapal induk untuk bakamla….kapal ini udah besar
Mas prio yg budiman…
Kalo kapal yg sudah habis masa operasionalnya tetap difungsikan, maka :
1. Akan mematikan industri perkapalan nasional
2. Kapal yg sudah lewat masa operasional gitu sangat mungkin bbrp komponennya sudah tidak diproduksi lagi, jadi jika tetap dipakai maka ada beberapa fungsi yg tidak jalan
3. Kapal tua lebih mahal biaya operasional dan perawatannya
4. Dari desainnya saja antara kapal coast guard (cutter) dan kapal kombatan sudah berbeda, layout ruang dan perlengkapan cutter menunjang tugas-tugas non kombatan (constabullary), contohnya peletakan rhib saja posisinya lebih rendah supaya lebih cepat dirilis dan direcovery begitu juga dg ukuran rhib yg lebih besar. Dia juga punya ruang utk menampung korban evakuasi dilaut, punya penjara, punya fasilitas utk menarik kapal yg mogok dilaut, membawa sarana utk menanggulangi tumpahan minyak dsb-dsb. Bisa saja kapal kombatan dikonversi mjd cutter…tapi jika sudah kelewat uzur, maka biaya yg dikeluarkan tidak sebanding dg perfomannya.
5. Untuk info lebih jelasnya, silahkan menghubungi master ngitung, phd
Kamu kalau ngomong juga enak tanpa lihat subtansi yang lain .kapal nya sudah sepuh kenapa bakamla harus pakai kenapa gka beli baru .ini kapal sudah sangat tua kemampuan nya kurang .umur nya sudah .lbh pedk .kamu gak berpikir seperti itu kan .kamu cuma lihat manfaat nya tanp melihat apakah masih layak atau ada efek samping .dan jangan kalah ke bakamla kapal harus di modernisasi. Kemudian sesuai gak kebutuhan kapal tsb dengan keinginan bakamla. LBH baik beli baru dari pada pakai bekas yang umur nya gak sampai 10 tahun lagi dan perawatan yang sangat mahal .kamu gak pernah kan kepikiran seperti itu
Enak yang ngomong tinggal ubah warna aja .apa gak dilihat umur kapal sudah berapa .lebih baik beli baru dari pada pakai bekas yang umur dan perawatan nya mahal.kedua apa kah kapal ini sesuai dengan tujuan bakamla .kapal ini umur nya sudah 38 tahun . Apakah kapal ini cocok dengan fleksibel bakamla untuk melindungi lautan kita .kapal ini sudah tua kecepatan dan kualitas nya menurun .seberapa lama kapal ini bisa di pakai .sebarapa lama kapal ini bisa bertahan .LBH baik beli baru dan fresh dari pada pakai kapal tua .gimana kamu gak kepikiran kan seperti itu percuma ngandali. Besar dong kalau kemampuan nya udah gak ada dan gak strong .LBH baik kecil tapi tahan lama dan kuat .udah aki aki
Kok….malah ane yg di marahin do?
Nanti ada anggota bakamla atau coastguard yang kecelakaan laut nanti yang disalahkan kapal nya sudah terlalu uzur,ujung ujungnya pemerintah yang disalahkan karena terlalu pelit uang daripada pelit nyawa,anda mau naik mobil yang sudah uzur?
Bukannya meriam KRI 364 itu 100mm yah?
Bukan 🙂
Ibarat mobil latihan nyetir….gas-remnya dobel 😂😂😂