Selain ‘Harga’, Berikut Tantangan Teknis Peluncuran Rudal Jelajah dari Tabung Torpedo Kapal Selam

Meski secara teori dapat dilakukan oleh kebanyakan kapal selam modern, namun faktanya, tidak dengan mudah negara operator kapal selam mampu mengoperasikan dan meluncurkan rudal jelajah yang dilepaskan dari kapal selam (submarine launched). Sebagai ilustrasi, di Asia Tenggara, baru Angkatan Malaysia dengan kapal selam KD Tunku Abdul Rahman (Scorpene class) pernah meluncurkan Exocet SM39 Block 2 saat Exercise Taming Sari 2021.
Baca juga: UGM-84L Harpoon II – Sebuah Harapan Untuk Kapal Selam Nagapasa Class TNI AL
Sementara itu, meski di atas kertas kapal selam Nagapasa class TNI AL dapat meluncurkan rudal anti kapal UGM-84L Harpoon, namun sejauh ini belum ada rencana untuk melengkapi kapal selam Type 209/1400 tersebut dengan rudal anti kapal. Indonesia dalam sejarah (tahun 1962) pernah meluncurkan rudal anti kapal, namun saat itu rudal anti kapal SS-N-3c Shaddoc, diluncurkan oleh KRI Alugoro 406 (Whieskey class) dalam posisi kapal selam berada di permukaan.
Berdasarkan catatan akuisisi oleh pemerintah Pakistan, harga per unit rudal Exocet SM39 mencapai €3,07 juta, menjadikan biaya pengadaan tidak bisa dibillang kecil. Sebagai catatan, pada tahun 2010, Malaysia menandatangani pembelian 40 unit Exocet SM39 untuk melengkapi persenjataan pada dua unit Scorpene class (KD Tunku Abdul Rahman dan KD Tun Abdul Razak) yang komisioning di Angkatan Laut Malaysia sejak tahun 2009.
Nah, selain harga yang tidak murah, sejatinya peluncuran rudal jelajah (anti kapal) dari kapal selam juga harus menghadapi sejiumlah tantangan teknis dan operasional yang unik, terutama terkait lingkungan bawah air dan kebutuhan untuk menjaga kerahasiaan posisi kapal selam. Berikut beberapa tantangan dalam pengoperasian rudal anti kapal submarine launched.
1. Tekanan dan Stabilitas di Kedalaman
Kapal selam beroperasi pada kedalaman yang signifikan, sehingga sistem peluncuran harus dirancang untuk bertahan dari tekanan air yang sangat tinggi. Wadah peluncur VSM (Véhicule Sous Marin) yang digunakan untuk rudal SM39 harus mampu melindungi rudal dari tekanan air laut hingga mencapai permukaan.
Jika sistem peluncuran tidak berfungsi dengan benar, misalnya jika VSM tidak berhasil mencapai permukaan atau rudal gagal dilepaskan dari wadahnya, ini bisa mengakibatkan rudal yang macet atau situasi berbahaya lainnya. Kegagalan seperti ini dapat mengganggu operasi kapal selam atau, dalam kasus yang lebih ekstrem, dapat menyebabkan ledakan internal jika rudal terbakar secara tidak sengaja.
Dalam kasus kegagalan atau cacat pada rudal atau VSM, ada risiko kebakaran atau ledakan di tabung torpedo. Meskipun langkah-langkah keamanan sangat canggih, risiko ini tidak sepenuhnya bisa dihilangkan. Kebakaran atau ledakan internal bisa sangat berbahaya bagi kapal selam karena ruang yang tertutup dan terbatas.
2. Navigasi dan Manuver VSM
Wadah VSM harus mampu bermanuver dengan aman dan tidak terdeteksi dari kedalaman kapal selam menuju permukaan air tanpa mengungkapkan posisi kapal selam. Ini membutuhkan kemampuan navigasi yang canggih dan akurat, serta mekanisme pelepasan yang dapat diandalkan.
3. Risiko Deteksi oleh Musuh
Salah satu tujuan utama dari peluncuran rudal dari kapal selam adalah menjaga kerahasiaan posisi kapal selam. Saat VSM muncul ke permukaan, ada risiko bahwa radar atau sonar musuh dapat mendeteksi aktivitas tersebut, terutama jika terjadi gangguan atau kesalahan dalam manuver VSM.
4. Sinkronisasi Pemandu Rudal
Setelah pelepasan dari VSM, rudal harus segera beralih ke sistem pemandu inertial dan radar aktif untuk menuju target. Transisi ini harus sangat presisi, karena kesalahan dalam sinkronisasi sistem pemandu dapat menyebabkan rudal kehilangan jalur target.
5. Kondisi Laut dan Cuaca
Kondisi laut yang buruk, seperti gelombang tinggi atau arus laut kuat, dapat mempengaruhi keakuratan pelepasan VSM dari permukaan air dan penerbangan rudal itu sendiri. Stabilitas VSM saat mendekati permukaan sangat penting untuk keberhasilan pelepasan rudal.
6. Keterbatasan Komunikasi
Kapal selam harus tetap tersembunyi, yang berarti mereka harus menjaga komunikasi seminimal mungkin, termasuk dengan rudal setelah diluncurkan. Oleh karena itu, rudal seperti SM39 mengandalkan sistem pemandu otomatis (“fire and forget”), sehingga kapal selam tidak dapat melakukan penyesuaian setelah peluncuran. (Gilang Perdana)
KRI (RI) Alugoro 406, Bukti Indonesia Pernah Uji Tembak Rudal Jelajah dari Kapal Selam
Catatan terjadinya ledakan torpedo saat diluncurkan sangat kecil…..karena tabung peluncurnya “ditiup” keluar dari tabung torpedo dan meluncur menuju permukaan sebelum mengaktfkan roket pendorong