Selain di F-16 Viper, Northrop Grumman Berencana Pasang Radar AESA AN/APG-83 di C-130 Hercules
|Northrop Grumman cukup sukses dalam memasarkan radar AESA (Active Electronically Scanned Array) AN/APG-83 Scalable Agile Beam Radar (SABR), pasalnya radar tersebut menjadi paket standar dalam produksi jet tempur F-16 Viper yang digarap Lockheed Martin. Namun, belakangan ada keinginan dari Northrop Grumman untuk memasang radar SABR selain di jet tempur.
Baca juga: Northrop Grumman AN/APG-83, Radar AESA di F-16 Viper Block 72 TNI AU
Seperti dikutip dari Janes.com (10/6/2022), Mark Rossi, direktur program Scalable Agile Beam Radar di Northrop Grumman, mengatakan bahwa komunitas C-130 Hercules tertarik pada teknologi SABR. Lockheed Martin C-130 Hercules adalah pesawat angkut turboprop dan tidak memerlukan beberapa kemampuan radar udara ke udara yang akan digunakan jet tempur. Rossi mengatakan bahwa C-130 hanya dilengkapi dengan radar cuaca, dan SABR dapat memberikan kemampuan udara-ke-darat dan meningkatkan kesadaran situasional pada awak C-130.
“Jika Anda berpikir tentang C-130, pesawat itu tidak terbang dengan cepat. Jadi, semakin mereka (awak pesawat) tahu tentang apa yang ada di depan mereka, semakin jauh mereka bisa melihat, semakin baik,” ujar Rossi. Belum lama ini, Northrop Grumman merilis kabar bahwa telah menyelesaikan instalasi radar AN/APG-83 di armada jet tempur F-16 Viper milik Air National Guard (ANG) USAF.
Lokheed Martin menyebut, penggunaan radar AESA pada F-16 menjadikan penempur generasi keempat ini punya kapabilitas yang menyemai pada jet tempur generasi kelima, seperti F-22 Raptor dan F-35 Lightning II. Masing-masing jet tempur stealth tersebut menggunakan AN/APG-77 (F-22) dan AN/APG-81 (F-35). Adopsi jenis radar AESA menjadikan kemampuan tempur aspek udara ke udara pada F-16 Viper bakal lebih baik dari Sukhoi Su-35 yang masih menggunakan radar PESA (Passive Electronically Scanned Array).
Radar AESA memiliki banyak keunggulan dibandingkan dengan sistem mekanik konvensional. Radar beam bisa diarahkan lebih cepat dan fleksibel (agile beam steering) secara elektronik. Hasilnya radar ini bisa mendeteksi dan tracking lebih banyak target. Selain itu radar AESA ini juga memiliki kemampuan LPI (Low Probability of Intercept). LPI berarti emisi radar lebih sulit dideteksi lawan. Typhoon bisa menggunakan radar aktif untuk mendeteksi lawan dengan kemungkinan kecil lawan bisa tahu bila sedang di deteksi.
Dalam spesifikasinya, radar AN/APG-83 menawarkan kesadaran situasional yang lebih besar pada pilot, fleksibilitas, dan penargetan sasaran dalam berbagai kondisi cuaca. Bicara soal kemampuan deteksi, jarak jangkau deteksi AN/APG-83 mencapai 120 km, sementara identifikasi dapat dilakukan di jarak 84 km. (Gilang Perdana)
Tapi teknologi chip, rusia masih bergantung pd mamarika bro, tu klo teknologi chip di blokir olh mamarika mk teknologi beruang jg jd kurg canggih, jmn skrg adl jmn chip
Ada yg komen begini ” Krasukha berhasil direbut utuh “. Apa ngaruh.? Jngkan direbut, klo paman Abidin mau beli pun di jual, Rudal KH-31 aja dibeli AS, Rusia gak khawatir. Jaman itu Mig-25 dilarikan ke jepang aja, anteng wae tuh Soviyet/Rusia.
Sebab klo toh jatuh ke tangan musuh tinggal buat lg yg lebih canggih. Sesimple itu pikiran Rusia bro. Krasukha cuma segelintir teknologi kecil dr perangkat jamming Rusia. Masih banyak teknologi jamming yg lebih canggih dr itu di gudang senjata Rusia. Termasuk yg nelanjangi Bomber siluman AS hingga kemanapun tuh bomber terbang sdh ketauan. Termasuk jika terbang ke tanah Abang sekalipun. Bahkan dr chip mesin cuci aja Rusia bisa buat senjata canggih bro. Jd paman URAAA nyantai aja broo…hikhikhik
Pasti buat proyek pesawat induk drone dan loitering munition