Update Drone KamikazeKlik di Atas

Sejarah Northrop YF-23 – Salah Satu Tolak Ukur Mode Stealth Pesawat Tempur

Dengan segudang poin plus yang dimiliki, The Black Widow II atau Northrop YF-23 digadang-gadang akan menjadi suksesor potensial untuk menggantikan F-15 Eagle milik Angkatan Udara Amerika Serikat yang sudah beroperasi sejak tahun 1970-an. Namun di tengah perjalanannya, pesawat tempur kursi tunggal ini mesti bertekuk lutut kepada kompetitornya pada program US Air Force’s Advanced Tactical Fighter (ATF), Lockheed Martin F-22 Raptor.

Baca juga: Hari ini 27 Tahun Lalu, F-22 Raptor Terbang Perdana, Inilah Sejarah Jet Tempur Stealth Super Eksklusif

Sedikit menarik ke belakang, McDonnell Douglas F-15 Eagle yang pertama kali diperkenalkan pada 9 Januari 1976 oleh Angkatan Udara AS dirasa sudah butuh peremajaan. Hingga tercetuslah program ATF di tahun 1980-an sebagai respon terhadap kebutuhan untuk pesawat tempur yang lebih canggih setelah Perang Dingin. Tujuannya? Sudah barang tentu untuk menghadirkan armada tempur teranyar yang tidak hanya piawai “berdansa” di udara, tapi juga unggul dari segi serangan darat.

Datang sebagai salah satu kompetitor, Northrop Grumman yang bekerja sama dengan McDonnell Douglas memboyong YF-23 yang hadir dengan beberapa fitur unggulan seperti desain stealth yang mampu mengurangi jejak radar secara signifikan, daya gedor yang mampu membuat pesawat melesat hingga kecepatan maksimum Mach 2.2, hingga sistem avionik canggih untuk melacak keberadaan musuh.

Northrop YF-23. Sumber: istimewa

Desain stealth yang tersemat pada YF-23 mengedepankan beberapa elemen kunci, seperti: bentuk aerodinamis yang mampu mengurangi pantulan radar (ini juga didukung dengan bentuk sayap delta), penggunaan material komposit yang terkenal mampu menyerap deteksi radar, serta penempatan mesin di dalam tubuh pesawat guna mengurangi jejak panas. Dengan semua fitur ini, membuat YF-23 menjadi salah satu pesawat tempur yang paling sulit dideteksi oleh radar pada masanya.

Bicara dapur pacu, YF-23 menggunakan dua mesin Pratt & Whitney YF119 turbofan yang dirancang untuk memberikan daya dorong tinggi (sekitar 67 kN tanpa afterburner dan hingga 133 kN dengan afterburner) dan memiliki kemampuan thrust vectoring yang meningkatkan manuverabilitas pesawat.

YF-22 dan YF- 23. Sumber: istimewa

Untuk urusan sistem avionik, YF-23 menawarkan integrasi sistem tempur yang membuatnya di atas angin: radar canggih yang memungkinkan pesawat melacak keberadaan target dari berbagai jarak, sensor multifungsi yang mampu membantu pilot mengambil keputusan berkat sistem penginderaan yang modern, sistem pengendalian terbang yang membuat The Black Widow II lebih responsif, serta pilot interface yang menggunakan layar multifungsi untuk menampilkan informasi penting dan memungkinkan kontrol yang lebih intuitif bagi pilot.

Beragam fitur canggih yang mengedepankan kemampuan siluman dan kecepatan dari YF-23 inilah yang pada akhirnya membuat Northrop gagal teken kontrak dengan Angkatan Udara Amerika Serikat. Mengutip dari laman warhistoryonline.com, ada perbedaan pendekatan yang dilakukan oleh Northrop dengan Lockheed – di mana Lockheed Martin F-22 Raptor lebih mengedepankan kelincahan di udara.

Sumber: istimewa

Tidak melulu soal kemampuannya dalam menghalau serangan atau radar musuh, ternyata Angkatan Udara AS lebih mempertimbangkan dari segi kelincahan yang pada akhirnya membuat pihak Northrop harus gigit jari. Kedua purwarupa; YF-23A disimpan di National Museum of the United States Air Force di Dayton, Ohio, sementara YF-23B berada di Pangkalan Angkatan Udara Edwards di California.

Kendati gagal dalam memenuhi kebutuhan pertahanan Angkatan Udara AS, pihak Northrop tetap memberikan pengaruh besar terhadap perkembangan pesawat tempur modern dan konsep stealth. Tidak bisa dipungkiri, mulai dari inovasi teknologi stealth, sistem avionik hingga manuverabilitas menjadi segelintir “peninggalan bersejarah” yang banyak memengaruhi teknologi tempur canggih di masa kini.

Berlandaskan pada konsep Northrop YF-23, di awal 2000-an, perusahaan yang berbasis di West Falls Church, Virginia ini sempat mengembangkan FB-23, pesawat tempur nirawak yang masih mengedepankan konsep stealth dan performa tinggi. Pesawat ini dirancang tidak hanya untuk melakukan serangan, tapi juga dikembangkan untuk misi pengintaian. Kendari masih konseptual, tapi FB-23 berpotensi untuk menjadi bagian dari kekuatan tempur udara di masa depan. (Nurhalim)

Tidak Identik Tapi Ada Kemiripan, Desain Air Intake Sukhoi Su-75 Checkmate dan Boeing X-32

One Comment