SAET-40 UAE – Inilah Torpedo ‘Asli’ di Korvet Parchim Class TNI AL
|
Sampai artikel ini diturunkan, setidaknya TNI AL telah mengerahkan delapan kapal perang ke wilayah Perairan Natuna, dimana tiga diantara kapal tersebut adalah dari jenis korvet Parchim Class – yaitu KRI Tjiptadi 381, KRI Teuku Umar 385 dan KRI Sutedi Senoputra. Bagi TNI AL keberadaan korvet Parchim Class, selain ada korvet Bung Tomo Class (KRI Usman Harun 359), diperankan untuk menghadapi sasaran berupa kapal perang permukaan dan kapal selam, lantaran dibekali tabung peluncur torpedo.
Baca juga: Mark 32 – Peluncur Torpedo SUT Kapal Perang TNI AL
Bicara tentang torpedo, d korvet KRI Usmah Harun 359 yang berusia paling muda dan berstandar NATO, diketahui sudah ‘terlahir’ dengan dua peluncur torpedo triple tube BAE Systems untuk torpedo ringan kaliber 324 mm. Lantas bagaimana korvet Parchim Class yang merupakan eks kapal perang Jerman Timur?
Dari sumber yang dihimpun Indomiliter.com, disebut bahwa ada dua unit Parchim Class yang kini telah dipasangi dua peluncur torpedo triple tube Mark (MK) 32, yang memuat torpedo ringan 324 mm NATO. Adopsi peluncur torpedo MK 32 adalah arah laras dapat digerakan 180 derajat, sehingga saat menembakkan torpedo, kapal tidak perlu mengganti haluan.
Nah, bagaimana dengan unit korvet Parchim lainnya? Dari penelurusan, nampaknya terlihat sebagian besar korvet Parchim Class masih memasang peluncur torpedo ‘bawaan’ dari Jerman Timur. Aslinya, korvet Parchim Class dilengkapi torpedo akustik pencari jejak SAET-40 UAE kaliber 400 mm. Sistem kendali torpedo ini menggunakan perangkat kendali penembakan jenis 204 A buatan Rusia.
Persisnya ada empat tabung peluncur berada tepat di belakang bangunan utama dan mengapit tempat kedudukan antena muff cob. Pada tiap sisi dipasang tabung dengan formasi arah berjajar serong terhadap garis lurus kapal.


Masih mengutip dari wikipedia.org, jenis torpedo asli yang terpasang di korvet Parchim Class TNI AL sudah tak lagi difungsikan, dimana TNI AL juga tak memiliki inventaris torpedo di kaliber 400 mm. Setidaknya, model peluncur torpedo SAET-40 UAE sampai saat ini masih terpasang di KRI Tjiptadi 381 dan KRI Teuku Umar 385.
Meski minus kehadiran torpedo, bukan berarti korvet Parchim Class di Natuna tak sanggup melibas kapal selam, diektahui masih roket anti kapal selam RBU-6000 yang fenomenal dan bom laut dalam (depth charge) yang dipandu sonar lambung frekuensi sedang dan sonar rendam frekuensi tinggi.
Kembali ke jenis torpedo asli yang terpasang di korvet Parchim Class, yaitu SAET-40 UAE, mengutip sumeber dari navweaps.com, disebut bahwa torpedo buatan Rusia (d/h Uni Soviet) ini punya panjang 4,5 meter dan bobot 550 kg. Tergolong heavy torpedo, SAET-40 UAE dilengkapi hulu ledak seberat 80 kg.
Baca juga: Torpedo SAET-50 – Senjata Pamungkas Korps Hiu Kencana Era-60an
Torpedo ini dapat mengaktifkan active/passive acoustic homing pada jarak 600 – 800 meter, sementara jarak luncur maksimum torpedo ini mencapai 8.000 meter. Ditenagai baterai silver-zinc, SAET-40 dapat meluncur dengan kecepatan 29 knots. Sesuai fungsinya, torpedo yang mulai digunakan sejak 1968 ini dapat diluncurkan dari kapal permukaan dan kapal selam. (Haryo Adjie)
Kapan punya destroyer nya?
Lebih efektif mana, torpedo atau roket anti kapal selam? :v
Rudal nuklir dek. Ini sangat efektif banget. Dijamin.😊
Miris kapal tua dengan kemampuan seadanya maju di garis depan…
Yg sabar ya para TNI
Semoga yang punya anggaran bisa melihat betapa pentingnya harga sebuah kedaulatan. Ancaman dari cina sudah seharusnya bisa diprediksi sejak awal apalagi pulau natuna dan laut sekitarnya berada di posisi strategis di tengah2 asean dan kaya akan sumber daya alam. Saat ini sudah banyak eksporasi minyak dan gas alam disana spt conoco philips, star energy dll ada disana. Sebagian besar belanja saat ini digunakan untuk pengeluaran rutin dan hanya sedikit digunakan untuk belanja modal.
Ganti sut torpedo buatan PT. Dirgantara Indonesia, pasti tambah gahar.
Artinya Ganti CMSnya juga donk
Semangatnya yang patut di apresiasi…kalo masalah alutista. Kita ketinggalan jauh sama sang naga .. .
jgn pernah menyepelekan kepunyaan sendiri, biar sepuh hrs percaya diri, musuh punya yg muda jg blm tentu efektif …apalagi kalo rudal nya cuman bisa meledak dlm canister
ada yg tau itu meriam warna hitam di belakang deck KRI tjiptadi namanya apa ya?
Meriam AK-725 –> https://www.indomiliter.com/ak-725-meriam-laras-ganda-kaliber-57mm-korvet-parchim-tni-al/
jika perang mengandalkan alutista ya jelas dari dulu indonesia ga bakal merdeka. ingat indonesia itu seperti wirosableng. tahu jurus mengalahkan perang negara maju sekalipun.