Update Drone KamikazeKlik di Atas

Saab Double Eagle MKIII: Robot Pendeteksi dan Penghancur Ranjau Laut

MDS-cover

Di bulan Februari lalu, pimpinan TNI AL pernah mengungkapkan rencana untuk memensiunkan kapal penyapu ranjau jenis Tripartite Class, KRI Pulau Rengat 711 dan KRI Pulau Rupat 712. Jadi pertanyaan bagi banyak orang, pasalnya Tripartite Class adalah kapal penyapu ranjau andalan Satran (Satuan Kapal Ranjau) TNI AL saat ini. Memang usianya pengadiannya sudah 28 tahun, tapi secara teknologi Tripartite Class masih jauh lebih maju dan modern ketimbang kapal penyapu ranjau eks Jerman Timur, Kondor Class.

Baca juga: Kondor Class – Penyapu Ranjau TNI AL dari Era Perang Dingin

Menurut pihak TNI AL, kedua kapal Tripartite Class sudah mendekati masa akhir kerjanya. Yang agak unik, di negara asalnya, Tripartite Class masih dioperasikan saat ini. Tripartite class dibangun oleh galangan GNM Albasserdam di Belanda, dan dibeli baru alias gress oleh Indonesia. Selain Indonesia dan Belanda, pengguna Tripartite Class ada Belgia, Perancis, Bulgraria, Latvia, dan Pakistan.

Baca juga: Berencana Beli 2 Unit Penyapu Ranjau Baru, TNI AL Siap Pensiunkan Tripartite Class

doubleeagle_possibilities

Baca juga: Tripartite Class, Andalan TNI AL dalam Latma Buru Ranjau 6th WP MCMEX 2015

Sementara dari sisi perencanaan strategis, TNI AL memang sudah mengagendakan pengadaan dua kapal penyapu ranjau dalam periode tahunn 2015 – 2019. Dan sampai saat ini baru terdengar pihak dari Saab yang menawarkan solusi teknologi penyapu ranjau untuk TNI AL. Perusahaan manukfatur elektronik dan persenjataan asal Swedia ini telah menyampaikan beberapa opsi untuk implementasi bagi TNI AL. Pertama, Dedicated Mine Counter Measure Vehicle (MCMV). Kedua, Unmanned Surface Vessel (USV) SAM-3, dan opsi ketiga Organic Mine Counter Measure solutions.

MCMV berwujud kapal penyapu ranjau konvensional jenis MCMV 47 (Landsort, Bedok dan Koster Class) dan MCMV 52 (Ehanced Koster Class). Sebagai informasi, Bedok Class adalah 4 unit seri penyapu ranjau milik AL Singapura. Sementara USV-SAM-3 berwujud drone penyapu ranjau, drone ini telah menyandang battle proven saat Perang Teluk I.

Baca juga: USV SAM-3 -Drone Laut Penyapu Ranjau Yang Battle Proven

swe_doubleeaglemcm

Nah, opsi ketiga adalah Organic Mine Counter Measures, disebut organik lantaran yang digunakan adalah wahana robot bawah air atau ROV (Remotely Operated Vehicle) yang diluncurkan dari kapal penyapu ranjau, dalam artian ROV menjadi bagian dari sistem senjata terpadu kapal. Dan yang ditawarkan Saab yakni jenis Double Eagle MKII/III. Meski secara prinsipi masuk kategori ROV, namun karena tugasnya mendeteksi dan menetralisir ranjau, maka Double Eagle disebut juga Mine Disposal Vehicle.

sarov-279q65M917_Crocus_NOCO_2014_08_Double_EagleM917_Crocus_NOCO_2014_09_Double_Eagle

Baca juga: ROV, Si Robot Penyelam Laut Dalam

Baca juga: ROV Ocean Modules V8 – Robot Bawah Air KRI Rigel 933 dan KRI Spica 934

M862_Zierikzee_NOCO_2014_03_Double_Eagle

Pasangan Tripartite Class
Yang menarik dari sosok Double Eagle MKII/III ternyata sedari awal robot berdesain modular ini memang jadi pasangan kapal buru ranjau Tripartite Class. Dikutip dari Wikipedia.com, Tripartite Class milik Belanda dan Perancis sudah mengusung Double Eagle, Belanda menggunakan Double EagleMK III dan Perancis dengan Double Eagle MKII. Sementara Tripartite Class TNI AL sejauh pengamatan belum dilengkapi Double Eagle. Semestinya sebelum memutuskan memensiunkan, akan lebih baik perangkat deteksi dan sensor Tripartite Class TNI AL dilakukan upgrading, salah satunya dengan adopsi Double Eagle ini.

Baca juga: Tripartite Class – Kapal Pemburu Ranjau Andalan TNI AL

Dari sisi kinerja, Double Eagle punya dua peran utama, yakni mine hunting, yang dapat dilakukan secara remote atau bisa juga autonomously. Dan peran sebagai mine disposal, karena ROV ini mampu meledakan ranjau yang ada di permukaan maupun dasar laut. Mau tahu bagaimana mekanisme deteksi dan peledakan ranjau oleh Double Eagle, silahkan simak video dibawah ini.

Pihak Saab menggadang Double Eagle sebagai inovasi yang sangat efesien dari sisi gelar operasional, dengan lifecycle cost yang rendah. Dalam gelarannya, Double Eagle dapat disimpan dalam container, sehingga memudahkan untuk di install di beragam tipe kapal. Varian Double Eagle MKIII hadir dengan kelengkapan yang lebih maju pada perangkat sensor. Meski untuk urusan kemampuan penyelaman, Double Eagle MKII dan MKIII sama-sama dapat menyelam sampai kedalaman 500 meter. Dengan teknologi hydro dynamic, Double Eagle dapat bergerak dengan manuver lincah. Bicara tentang sambungan koneksi dan kendali ke operator di kapal permukaan, Double Eagle tidak berlaku wireless, tapi menggunakan koneksi kabel fiber optics dengan pelindung.

Sampai saat ini, Double Eagle sudah digunakan oleh angkatan laut Swedia, Perancis, Belanda, Belgia, Finlandia, Australia, Polandia, dan Denmark. (Haryo Adjie)

Spesifkasi Saab Double Eagle MKIII
– Panjang: 3 meter
– Lebar: 1,2 meter
– Tinggi: 1,3 meter
– Berat: 500 kg
– Kecepatan: 0 – 7 knots
– Kedalaman operasi: hingga 500 meter
– Payload: 250 kg
– Sensor navigasi: Ultra Short Base Line (USBL), Microelectromechanical Systems (MEMS), Doppler Velocity Log, (DVL) dan speed log. Optional:Inertial Navigation System (INS) and GPS
– Sistem kendali: 6 Degrees of Freedom, auto depth, auto heading, auto altitude, waypoint steering and autopilot
– Kamera: colour camera
– Power supply: via tether
– Endurance: unlimited
– Sistem komunikasi: fiber optics – gigabit, ethernet
– Sistem sonar: Advanced forward looking multi-freequency mine hunting sonar dan Multibeam forward-looking relocation sonar mounted on tilt table

6 Comments