SA313 Alouette II: Sosok Helikopter Legendaris di Monumen RE Martadinata
|Setiap orang yang melintasi kawasan wisata Puncak Pass di Cimacan Bogor tentu mengenal keberadaan Masjid Atta`awun, namun belum tentu setiap orang yang ke Puncak Pass mengetahui lokasi monumen RE Martadinata, padahal di monumen yang menandai lokasi gugurnya Laksamana Raden Eddy Martadinata di Riung Gunung pada 6 Oktober 1966, terletak tak jauh dari masjid tersebut. Yang tak boleh dilewatkan oleh pecinta dunia alutsista, di monumen tersebut terdapat sosok SA313 Alouette II, jenis helikopter legendaris generasi tahun 50-an yang pernah memperkuat Puspenerbal.
Baca juga: Bell 47G-3B-1 Soloy – Generasi Awal Helikopter Latih TNI AU
Berdasarkan catatan sejarah, dalam rangka menyambut hari ulang tahun ABRI ke-21, RE. Martadinata kembali ke Indonesia mendampingi 3 tamu dari Pakistan yaitu Kolonel Laut Maswar bersama istri serta Nyonya Rouf, istri dari Deputy I Kepala Staff Angkatan Laut Pakistan. Pada tanggal 6 Oktober 1966, mereka mengadakan perjalanan menaiki helikopter Alloutte II milik ALRI dengan dikemudikan pilot Letnan Laut Charles Willy Kairupan yang ternyata helikopter yang dikemudikannya menabrak bukit pada pukul 16.10 WIB. Dalam kecelakaan tersebut seluruh penumpang dan pilot termasuk Laksamana Laut RE Martadinata tewas. Pemerintah RI pun menganugerahi Gelar Pahlawan Nasional karena pengabdiannya untuk negeri ini.
Tentang helikopter Alouette II, mungkin terasa asing bagi pemuda jaman now, namun di dekade 50/60 sampai 70-an, nama helikopter “capung” buatan Aerospatiale ini sangat mendunia. Indonesia sendiri mendatangkan helikopter ini pada tahun 1961, dan setidaknya ada tiga unit yang pernah dioperasikan Skadron Udara 200 Puspenerbal.
Walau digunakan oleh TNI AL (d/h ALRI), Alouette II tak dirancang untuk membawa senjata ofensif, keberadaanya di Puspenerbal lebih mengedepankan sebagai helikopter latih. Sifatnya yang multirole dan ringan, menjadikan Alouette II laris digunakan untuk kebutuhan sipil dan militer. Dalam kapasitasnya di lingkungan militer, Alouette II banyak dipakai sebagai elemen pengintai dan liaison roles. Sementara perannya di dunia sipil lebih banyak, mulai dari helikopter latih, penyemprotan lahan pertanian, dan mendukung operasi SAR.
Dirunut dari sejarahnya, prototipe pertama Alouette II terbang pada tanggal 12 Maret 1955, saat itu Alouette II menggunakan mesin piston Salmson 9 series. Kemudian Alouette II beralih ke penggunaan mesin turbin. Produksi pertamnya dilakukan oleh Sud Aviation dengan pengiriman perdana ke Angkatan Darat Perancis yang dimulai pada tahun 1957. Alouette II juga menjadi helikopter produksi pertama yang menerapkan penggunaan mesin turbin berbahan bakar bensin skala besar dan yang pertama berhasil memanfaatkan rudal anti-tank. Bentuk produksi awal kemudian diikuti oleh versi mesin Astazou yang lebih bertenaga dan terbang pertama pada 31 Januari 1961. Sejak saat itu produksinya beralih ke Aérospatiale.
Baca juga: Alouette III – Kiprah Heli Serbaguna Penerbad TNI AD Era 70-an
Meski kemudian Aérospatiale merilis varian yang lebih modern dan lebih kuat, yakni Alouette III, rentang produksi Alouette II terbilang panjang, mulai dibuat pada 1956 dan produksi terakhir pada 1975, total 1.500 unit Alouette II berhasil di produksi. Dari beragam versi yang dibuat, versi terakhirnya adalah SA 315B Lama (dirilis tahun 1971) punya kemampuan terbang lebih tinggi (5.400 meter), maklum varian perdana helikopter ini hanya sanggup terbang sampai ketinggian 2.300 meter di atas permukaan laut.
Nah, bagi Anda yang penasaran dan ingin melihat dari dekat Alouette II yang bersejarah, menyempatkan diri melihat tugu helikopter ini bisa menjadi pilihan yang tepat, mengingat lokasinya tak sulit untuk dijangkau. (Haryo Adjie)
Spesifikasi SA313 Alouette II
– Crew: One
– Capacity: Four passengers
– Length: 9,66 meter
– Rotor diameter: 10,20 meter
– Height: 2,75 meter
– Empty weight: 895 kg
– Max. takeoff weight: 1.600 kg
– Powerplant: One × Turbomeca Astazou IIC6 turboshaft
– Maximum speed: 185 km/h
– Cruise speed: 170 km/h
– Range: 565 km
– Endurance: 4,1 hours
– Service ceiling: 2.300 meter
– Rate of climb: 4,2 m/s
Mirip Bell-47
Ada yg tw prosedur minta pesawat/heli buat monumen kota?
Coba @Masheru bisa tanya ke pihak Dispen TNI AD/AL atau AU, nanti dari mereka akan ada arahan lebih lanjut.
Tolong iklan tokopedianya jaangan tiap 3detik. Twrlalu mengganggu
@Bung Admin kenapa catatan sejarah ttg Kasal R. Soebijakto seolah lenyap begitu saja?
Padahal sbg mantan perwira kapal selam belanda yang terjun langsung dlm ganasnya pertempuran di laut atlantik, mediterania&pasifik, beliau berhasil membangun ALRI menjadi kekuatan AL modern dimasanya.
Salah satu wujud tangan dingin beliau adalah melengkapi AL dg “merintis” pembentukan kader-kader armada kapal selam, mendirikan satuan pendarat & satuan udara AL/satuan penerbangan AL yang dilengkapi dg pesawat fairey gannet, juga mendirikan satuan pasukan katak.
Jadi lengkaplah sudah kemampuan ALRI saat itu, yaitu mampu beroperasi diatas air, dibawah air, didarat dan diudara, sesuai dg konsep AL modern.
Keberhasilan dlm menumpas 2 trouble spot sekaligus, yaitu pemberontakan PRRI&permesta yang dipisahkan jarak ribuan mil adalah wujud kecermatan dan pengalaman beliau dlm merancang&mengeksekusi sebuah operasi laut, bahu membahu dg AURI, AD dan sat pelopor brimob….hal ini bisa dibandingkan dg “blunder” perencanaan operasi penyusupan infiltran ke irian barat setelah era beliau.
Mbok saya pesen tulisan ttg beliau….terima kasih sebelumnya