Rusia Tawarkan Indonesia Sukhoi Su-35 dengan Sentuhan Avionik NATO

Dalam dunia perdagangan, tentu tak ada penjual yang ingin kehilangan calon pembeli potensial. Seperti halnya Rusia yang telah membantah kabar pembatalan pesanan 11 unit Sukhoi Su-35 oleh Indonesia. Meski sampai saat ini belum ada kejelasan atas kelanjutan MoU senilai US$1,1 miliar yang ditandatangani pada 10 Agustus 2017. Namun, pihak Rusia rupanya tak kalah strategi untuk meyakinkan Indonesia, bahwa Su-35 adalah jet tempur utama terbaik yang layak diakuisisi Indonesia.

Baca juga: Sukhoi Su-30MKA – Varian dari Su-30MKI (India) Tanpa Sentuhan Avionik Israel

Strategi yang ditawarkan Rusia yakni berupa tawaran baru untuk Indonesia. Seperti dikutip dari militarywatchmagazine.com (1/6/2020), disebutkan bahwa pihak Rosoboronexport menawarkan kepada Indonesia sesuatu yang ‘baru’ untuk Su-35, yakni berupa Su-35 varian terakhir dengan kemampuan kustomisasi sesuai kebutuhan pelanggan. Konkritnya adalah, dimungkinkan Su-35 Indonesia mengadopsi avionik dari standar non Rusia, alias mencangkok standar avionik besutan NATO.

Lepas dari soal pendanaan, disebut ada dua hambatan besar dalam program akuisisi Su-35 oleh Indonesia. Yang pertama adalah potensi dijatuhkannya sanksi Countering America’s Adversaries Through Sanctions Act (CAATSA) oleh Amerika Serikat kepada Indonesia. Dan kedua adalah problem interoperablitas, dimana pengadaan Su-35 dapat menghambat proyek network centric operations, lantaran sebagian besar alutsista TNI AU menggunakan perangkat dan produk buatan barat. Selama ini, jet tempur Sukhoi Su-27 dan Su-30 tidak dapat berbagi data atau dioptimalkan bersama dengan jet tempur seperti F-16 dan kapal perang buatan Eropa.

Rusia pada awalnya melarang asupan teknologi NATO pada jet tempur produksiannya. Namun, apa boleh buat, guna menyesuaikan tuntutan pasar kebijakan pun diperlunak, sebagai buktinya Su-30MKM milik Malaysia dan Su-30MKA milik Aljazair, adalah fakta terjadinya ‘kawin silang’ di lini alutsista Rusia dan barat.

Dan bukan tak mungkin, bila Indonesia menginginkan hal tersebut, maka dapat dikabulkan oleh pihak Rusia, lantaran sudah pernah berjalan dalan proyek Su-30MKM dan Su-30MKA. Bila model perpaduan dua kubu teknologi dapat berjalan dengan optimal, maka bukan tak mungkin, bila di masa depan Indonesia akan menambah pesanan Su-35, terutama kelak nantinya akan menggantikan armada Su-27 dan Su-30.

Baca juga: Soal Sukhoi Su-30MKM Malaysia yang Loyo, Inilah Tanggapan dari Pihak Rusia

Su-30MKA Alajazair ada kemiripan dengan Su-30MKM milik Malaysia, yaitu mencomot avionik dari Barat, seperti sistem head-up display (HUD) dari Perancis (Thales Group), pod Penandaan Laser Damocles (LDP), dan sistem navigasi berbasis infrared dari Navlir. Saab Avitronics dari Afrika Selatan memasok sensor peringatan laser (LWS), Goodrich menyediakan sistem lampu, dan Rohde & Schwarz dari Jerman melengkapi rangkaian sistem komunikasi. (Gilang Perdana)

26 Comments