Rusia Kirim Robot Tank Uran-9 ke Suriah, Inilah Hasilnya!

Diperkenalkan pertama kali ke publik pada ajang Army 2016, robot tank Uran-9 pada Mei 2018 diwartakan telah dibawa ke medan tempur di Suriah. Dan menjadikan Rusia sebagai operator robot tank bersenjata penuh yang melibatkan wahana tanpa awak pada peperangan yang sesungguhnya. Status Uran-9 pun tak sebatas Unmanned Ground Vehicle (UGV), melainkan dengan adopsi kanon dan rudal label yang melekat adalah Unmanned Combat Ground Vehicles (UCGV). Namun yang jadi pertanyaan, apakah gelar robot tank ini ke Suriah sudah dianggap efektif?

Baca juga: Udar UCGV – Robot Tempur Lapis Baja dari Platform Tank Amfibi BMP-3

Dikutip dari Nationalinterest.org, Petugas Riset Senior Rusia, Andrei Anisimov yang turut terlibat dalam pengembangan Uran-9 menyebutkan, hanya satu bulan sejak penempatan di Suriah, telah ditemukan sejumlah masalah yang mendera operasional sang robot tank ini dan berbanding terbalik seperti apa yang diharapkan sebelumnya. Ia menyatakan bahwa kinerja Uran-9 belum dapat menjalankan tugas-tugasnya dengan baik pada setting ‘perang klasik’ di Suriah.

Bertempat di sebuah konferensi Akademi Angkatan Laut Kuznetsov di St. Petersburg, Andrei mengisyaratkan bahwa ranpur-ranpur modern semacam Uran-9 idealnya baru akan ‘berguna’ pada kurun waktu 10 hingga 15 tahun lagi.

Kilas balik ke tahun 2016, Angkatan Darat Rusia dikabarkan membeli 22 unit Uran-9 dari perusahaan JSC 766 UPTK (Rostec Group). Uran-9 sendiri memiliki bentuk seperti belah ketupat dan digadang-gadang memiliki berat 10 ton dengan panjangnya yang mencapai 5,1 meter dan lebar 2,5 meter. Uran-9 sendiri mamu melaju hingga kecepatan 35 km per jam di medan mulus dan 10 km per jam di medan off-road.

Tank robot ini juga dilengkapi dengan pelat baja yang mampu menahan hantaman proyektil kecil – yang pada kenyataannya mungkin tetap rentan terhadap senjata lain yang lebih umum seperti RPG atau senapan mesin berat.

Penggunaan “Skynet” sebagai Unified Tactical Management System memungkinkan satu kendali untuk mengontrol empat unit Uran-9 sekaligus – selama berada dalam radius 6,4 km per unit. Di sini, peran jaringan akses kendali sangatlah penting dalam kelancaran pengoperasian Uran-9, dimana jika jaringan sinyal terganggu, maka pengoperasiannya akan menemukan kendala. Beberapa sumber mengklaim bahwa Uran-9 juga dapat mendeteksi, mengidentifikasi, dan mendekati pasukan musuh tanpa peran manusia.

Seperti halnya konfigurasi senjata pada tank konvensional, komposisi senjata Uran-9 disematkan pada kubah, dimana senjata utamanya berupa kanon otomatis 2A72 30 mm, ini merupakan jenis kanon yang serupa pada ranpur lapis baja amfibi BVP-2 Korps Marinir.

Selain dinilai manjur menghantam sasaran di darat, kanon 30 mm ini sangat efektif untuk menghajar sasaran di udara. Sebagai gambaran, kanon 30 mm BVP-2 dapat memuntahkan 200 – 300/550 peluru per menit. Jarak tembak efektif untuk sasaran udara mencapai 3.000 meter dan jarak tembak efektif untuk sasaran permukaan mencapai 4.000 meter. Sistem pasokan amunisi dari magasin ke laras mengadopsi twin feed system.

Tak itu saja, soal senjata pada kubah juga dilengkapi dengan pola hybrid berupa pemasangan dua atau empat rudal anti-tank 9M120-1 Ataka berpemandu laser. Varian rudal ini pun sudah dimiliki oleh Puspenerbad TNI AD sebagai senjata andalan pada helikopter serbu Mil Mi-35P. Rudal buatan KBP Instrument Design Bureau ini dapat menjanagkau sasaran sejauh 6 – 8 Km dengan kecepatan luncur 550 meter per detik.

Meski awalnya digadang siap tempur di Suriah, tapi faktanya ada sejumlah kendala dalam pengoperasian Uran-9, diantara yang mencuat adalah soal konektivitas jaringan di medan peperangan. “Sederhananya, medan perang modern seperti yang ada di Suriah kini sudah mengalami aktivitas elektromagnetik yang luar biasa dan ini berimbas langsung pada gangguan sinyal komunikasi,” ujar Andrei Anisimov.

Baca juga: Bozena 4 – Robot Penghancur Ranjau Andalan Yon Zipur TNI AD

Gangguan lain yang dialami Uran-9 seperti pada sensor termal yang tidak berfungsi sebagaimana mestinya (terlebih saat malam hari), lalu masalah pada bagian suspensi ranpur yang dianggap terlalu ‘loyo’ untuk melintasi medan berat, hingga kendala pada sistem kendali jarak jauh yang ternyata hanya memiliki jarak efektif 300-400 meter saja (padahal seharusnya bisa menembus angka 2.800 meter) merupakan variabel-variabel penting yang wajib ditingkatkan oleh pihak pengembang agar militer Rusia tidak loyo di medan peperangan modern. (Nurhalim)

19 Comments