Update Drone KamikazeKlik di Atas

Rusia Diduga Siapkan Rudal Jelajah SkyFall “Flying Chernobyl” – Punya Jarak Jangkau Tidak Terbatas

StarkDefence, perusahaan dari Ukraina belum lama ini meluncurkan drone kamikaze (loitering munition) vertical take-off and landing (VTOL) yang diberi label “SkyFall.” Terdengar sangar, lantaran SkyFall digadang untuk menghancurkan kendaraan lapis baja dan benteng pertahanan musuh pada jarak antara 40 dan 60 kilometer. Namun, SkyFall ‘Ukraina’ dijamin kalah sangar dari SkyFall milik Rusia.

Baca juga: Ukraina Garap “SkyFall” – Drone Kamikaze VTOL yang Bisa Jangkau Sasaran Hingga 60 Kilometer

SkyFall yang dimaksud tak lain adalah sosok rudal jelajah yang berlabel asli 9M730 Burevestnik, sementara dikenal dalam kode NATO sebagai SSC-X-9 SkyFall. Pertama kali diperkenalkan ke publik oleh Presiden Rusia Vladimir Putin pada tanggal 1 Maret 2018, dalam pidato kenegaraannya. Alutsista ini merupakan bagian dari serangkaian senjata baru yang dikembangkan Rusia untuk menanggapi sistem pertahanan misil global yang dikembangkan oleh Amerika Serikat.

Putin memamerkan rudal ini sebagai bukti kemampuan militer Rusia yang canggih. Ia menyoroti desain revolusionernya, menekankan kemampuannya untuk menghindari sistem pertahanan rudal dengan mudah dan membanggakan jangkauannya yang hampir tak terbatas. Menurut Putin, Burevestnik dapat mengelilingi dunia dan menyerang dengan akurasi yang tinggi, menjadikannya sebagai elemen penting dari persenjataan pertahanan strategis Rusia.

Yang membuat 9M730 Burevestnik alias SkyFall istimewa adalah sistem propulsi yang berbeda dari jenis rudal yang ada, yakni mengandalkan tenaga nuklirnya. Fitur unik ini memberinya jangkauan tak terbatas dan kemampuan untuk melakukan penerbangan jarak jauh. Tidak seperti rudal tradisional yang menggunakan bahan bakar konvensional, propulsi nuklir Burevestnik memungkinkannya terbang pada ketinggian rendah dan melakukan manuver yang tidak terduga, sehingga sangat sulit dideteksi dan dicegat.

Karena menggunakan tenaga nuklir, rudal ini memiliki potensi jangkauan global. Rudal ini juga diyakini mampu melakukan manuver canggih untuk menghindari sistem pertahanan udara modern.

Kombinasi fitur yang unik ini tidak hanya meningkatkan kemampuan bertahannya terhadap sistem pertahanan rudal modern, tetapi juga menghadirkan tantangan strategis yang signifikan bagi keamanan global. Pengembangan Burevestnik menggarisbawahi komitmen Rusia untuk mempertahankan pencegah yang kuat terhadap musuh potensial dan menandai lompatan penting dalam teknologi rudal.

Karena mengusung nuklir sebagai propulsi, maka rudal ini akan memancarkan radiasi, dan oleh analis Barat mendapat julukan sarkas sebagai “Flying Chernobyl.”

Dan enam tahun setelah pengumuman awal Putin, analis Barat percaya bahwa Moskow saat ini sedang bersiap untuk penyebaran rudal SkyFall. Laporan media baru-baru ini menunjukkan bahwa peneliti AS telah menentukan lokasi peluncuran rudal 9M730 Burevestnik.

Peneliti dari CNA, menggunakan citra satelit Planet Labs tertanggal 26 Juli 2024, telah mengidentifikasi lokasi penyebaran potensial di dekat fasilitas penyimpanan hulu ledak nuklir Vologda-20, yang terletak sekitar 475 kilometer di utara Moskow. Citra ini mengungkap sembilan landasan peluncuran horizontal yang dibagi menjadi tiga kelompok, dijaga oleh tanggul tinggi yang dirancang untuk mengurangi risiko ledakan berantai jika terjadi malfungsi.

Tantangan Berat untuk SkyFall
Rudal biasanya menavigasi menggunakan sinyal dari satelit. Namun, faktanya sinyal ini dapat diblokir atau diubah. Untuk mencegahnya, rudal juga menggunakan sistem navigasi inersia (INS). Sistem ini menggunakan alat internal seperti akselerometer dan giroskop. Fitur ini membantu rudal mengetahui posisinya dengan memantau seberapa cepat ia melaju, arahnya, dan berapa lama ia terbang.

Selama penerbangan panjang, bahkan kesalahan kecil dalam sistem pemandu dapat bertambah, mirip dengan bagaimana jam dapat kehilangan waktu dalam jangka waktu yang lama. Akumulasi kesalahan ini dapat membuat rudal keluar jalur dan meleset dari sasarannya.

Rusia bisa saja memandu rudalnya dari jarak jauh, tetapi ini dibatasi oleh jangkauan sistem komunikasi mereka dan kelengkungan Bumi. Menjaga koneksi yang andal dengan rudal yang jauh dari Rusia akan sulit. Bahkan dengan pemandu jarak jauh, sistem ini masih dapat rentan terhadap taktik peperangan elektronik (electronic warfare).

Saat rudal terbang lebih tinggi, rudal itu menjadi lebih efisien karena udara lebih tipis dan hambatan lebih sedikit. Namun, ada kendalanya—rudal-rudal ini lebih mudah dikenali oleh radar di ketinggian tinggi. Di sisi lain, terbang rendah membantu rudal menghindari deteksi, tetapi udara yang lebih padat memaksa mesinnya menggunakan lebih banyak bahan bakar, sehingga memperpendek jangkauannya.

Dimensi pasti dari 9M730 Burevestnik tidak diungkapkan ke publik, tetapi secara umum dipahami bahwa ukurannya serupa dengan rudal jelajah lainnya, dengan panjang yang diperkirakan sekitar 12 meter.

Rudal ini dirancang untuk membawa hulu ledak nuklir, meskipun rincian spesifik tentang jenis dan hasil hulu ledak masih dirahasiakan. Diperkirakan rudal ini mampu membawa hulu ledak termonuklir dengan hasil ratusan kiloton, yang sesuai dengan senjata nuklir strategis lain yang dimiliki Rusia.

Sejak diumumkan Putin pada tahun 2018, Burevestnik dikabarkan menjalani beberapa uji coba. Namun, laporan menunjukkan bahwa pengembangan dan pengujian rudal ini mengalami beberapa hambatan teknis, termasuk kegagalan uji coba yang dilaporkan pada tahun 2019.

Rudal ini tidak dirancang untuk diluncurkan dari pesawat atau kapal, tetapi dari platform berbasis darat, yang kemungkinan besar merupakan kendaraan peluncur atau fasilitas tetap yang mendukung peluncurannya. Hal ini sejalan dengan tujuannya sebagai senjata strategis yang mampu menghindari sistem pertahanan dan memberikan fleksibilitas operasional bagi Rusia dalam konflik global. (Bayu Pamungkas)

Targetkan Lapangan Udara, Rusia Upgrade Rudal Jelajah Jarak Jauh Kh-101 dengan Hulu Ledak Cluster