Rudal Balistik M51 di Kapal Selam Triomphant Class – Rahasia Kekuatan Nuklir Perancis dari Bawah Lautan
Serangan Rusia ke kota Dnipro di Ukraina paa 21 November lalu diklaim menggunakan intermediate-range ballistic missile (IRBM) 9M729 Oreshnik (Kedr), yakni varian rudal balistik antarbenua (ICBM) RS-26 Rubezh, telah membuka mata dunia tentang eksistensi jenis senjata super strategis jarak jauh, terlebih di dalamnya terdapat hulu ledak hipersonik MIRV (Multiple Independently Targetable Reentry Vehicles).
Dan terkait dengan jenis senjata pemusnah massal tersebut, belum lama ini ada postingan di akun X @Tom_Antonov yang memperlihatkan rudal balistik yang diluncurkan dari kapal selam atau submarine launched ballistic missile (SLBM) M51 yang tengah dalam proses loading ke kapal selam Triomhant class (S-616).
Dari postingan tersebut sedikit banyak mengingatkan bahwa Perancis sebagai salah satu kekuatan nuklir dunia. Perancis memiliki sekitar 290 hulu ledak nuklir, meskipun jumlah ini dapat sedikit berubah karena upaya pemeliharaan dan modernisasi. Persenjataan nuklir Perancis disalurkan melalui dua platform utama – yaitu rudal balistik yang diluncurkan dari kapal delam (SLBM) dan rudal jelajah yang diluncurkan dari udara.
An M51 SLBM prepared to be loaded onto a French Triomphant-class (S-616) SLBM
don’t drop it guys. pic.twitter.com/XHyW2ePJbS— Tom Antonov (@Tom_Antonov) November 22, 2024
Kemampuan SLBM Perancis dipusatkan pada empat kapal selam Le Triomphant class – Le Triomphant, Le Téméraire, Le Vigilant, dan Le Terrible. Masing-masing kapal selam ini membawa SLBM M51, dengan versi terbaru M51.2 yang memiliki jangkauan kurang lebih 10.000 kilometer. Yang menyiratkan kategori M51 sebagai ICBM sejati.
M51 adalah senjata strategis utama Angkatan Laut Perancis, yang dikembangkan untuk menggantikan rudal pendahulunya, M45. Sejarah pengembangan M51 mencerminkan komitmen Perancis terhadap kebijakan pertahanan berbasis penangkalan nuklir (force de frappe) yang dimulai sejak era Perang Dingin.
Dari sejarahnya, pada 1980-an, Perancis mulai merencanakan pengganti M45, yang memiliki jangkauan terbatas dan desain yang tidak optimal untuk menghadapi perkembangan teknologi pertahanan rudal (anti-ballistic missile/ABM). M51 dirancang untuk meningkatkan jangkauan dan akurasi, sekaligus mampu membawa hulu ledak nuklir modern yang lebih canggih.
Program M51 dimulai pada awal 1990-an di bawah arahan perusahaan Aérospatiale, yang kemudian menjadi bagian dari EADS Astrium (sekarang dikenal sebagai Airbus Defence and Space). Rudal ini menggunakan teknologi mutakhir, termasuk panduan berbasis inersia dan pembaruan GPS untuk presisi tinggi.
Spesifikasi utama M51 punya jangkauan diperkirakan hingga 10.000 km, tergantung muatan. Hulu ledak M51 dapat membawa 6 hingga 10 MIRV (Multiple Independently Targetable Reentry Vehicles), masing-masing dengan daya ledak hingga 150 kiloton. M51 ditenagai
three-stage solid-fuel rocket dengan ammonium perchlorate composite propellant.
M51 punya berat sekitar 50 ton, termasuk bahan bakar padat dan muatan hulu ledak nuklir. Rudal SLBM ini panjangnya 12 meter dengan diameter 2,3 meter. Seperti lazimnya ICBM, maka kecepatan luncur MIRV rudal ini mencapai level hipersonik, yakni Mach 25.
Uji terbang pertama M51 dilakukan pada tahun 2004, diikuti serangkaian uji coba untuk memastikan kinerja dan kemampuan rudal dalam berbagai kondisi. Rudal ini mulai operasional pada tahun 2010, diintegrasikan ke dalam kapal selam nuklir Triomphant class. Versi terbaru adalah M51.3 sedang dikembangkan, dengan jangkauan dan kapasitas muatan yang lebih baik, direncanakan operasional pada akhir dekade ini.
Dalam sekali berlayar, kapal selam bertenaga nuklir Triomphant class dapat membawa hingga 16 rudal balistik M51 dalam tubus peluncuran vertikal (VLS – Vertical Launch System). (Bayu Pamungkas)
syukur saja, indonesia sudah berlindung dari serangan nuklir melalui berbagai jalur diplomatis baik secara langsung seperti perjanijian kawasan bebas nuklir maupun secara tidak langsung seperti menjaga ikatan dengan negara nuklir, jika tidak maka mau tak mau suka tak suka indonesia harus mau jadi babu salah satu negara nuklir untuk mendapatkan kemampuan anti-ICBM dan juga kemampuan “first strike” dan “second strike” melalui penempatan armada serang nuklir dari negara pihak ketiga tapi itu akan sangat membatasi kemampuan indonesia dari sisi lainnya seperti opsi pembelian senjata yang jadi terbatas maupun juga hal lainnya, atau cara lainnya adalah meniru pakistan tapi, itu butuh biaya yang sangat sangat besar yang entah negara sejuta proyek kayak indonesia ini menyanggupi atau tidak, pakistan juga sudah memulai riset nuklir sejak dekade akhir 90 an jadi jika indonesia mau meniru jalannya akan sangat panjang dan berliku dengan berbagai sanksi yang akan menjerat disana sini, cara yang relatif lebih cepat adalah dengan cara seperti korea utara yang juga menggunakan jalur ilegal untuk mendapatkan alat produksi inti nuklir, selain kemampuan “first strike” dan “second strike” kemampuan anti-ICBM juga mutlak dimiliki dan itu akan butuh biaya yang sangat tinggi meskipun melalui jalur membeli sistem yang sudah jadi, karena mau bagaimana pun wilayah indonesia itu sangat luas, jadi akan cukup atau bahkan sangat menantang dari segi biaya untuk menyediakan perlindungan yang ideal, entah itu platfrom darat ataupun laut, meskipun beberapa sistem dapat dipindah dengan mudah lewat udara tapi tentunya akan merepot jika harus memobilisasi sistem yang kompleks ke berbagai area jika sistem yang tersedia itu sedikit.