Rudal Balistik Hipersonik DF-27 Bisa Menjangkau 8.000Km, Guam Terancam!
|Sebagai senjata pamungkas, Cina sangat ketat dalam merahasiakan pengembangan rudal balistik hipersoniknya. Pasalnya, dengan modal rudal balistik hipersonik, Cina dipercaya dapat menyerang basis militer Amerika Serikat dan sekutunya di kawasan Pasifik tanpa bisa ditangkal oleh sistem pertahanan udara. Dan sebuah laporan yang dirilis Washington Post pada 25 Februari 2023, telah meningkatkan alarm kewaspadaan bagi Washington.
Baca juga: Untuk Pertama Kalinya, Kelompok Kapal Induk Liaoning Dekati Perairan Guam
Laporan dari Washington Post menyebut bahwa Beijing telah melakukan uji coba peluncuran Dongfeng (DF)-27 secara rahasia. DF-27 adalah jenis Intercontinental Ballistic Missile (ICBM) yang mampu melesat di level hipersonik.
Menurut laporan tersebut, DF-27 melesat selama 12 menit dengan jarak lebih dari 1.300 mil (2.100 kilometer) dan dianalisa dapat menembus sistem pertahanan anti rudal balistik milik AS. Terungkapnya uji coba tersebut, menyiratkan lompatan besar yang telah dibuat Beijing dalam program rudal hipersonik.
Bagi komunitas intelijen Barat, rudal hipersonik DF-27 masih sangat misterius, mengingat betapa sedikitnya yang diketahui atau dikonfirmasi tentang parameter kinerjanya. Keberadaan rudal hipersonik Cina yang didokumentasikan dan dilaporkan oleh Pentagon telah didokumentasikan dan dilaporkan terakhir berdasarkan laporan tahun 2021.
Beberapa tahun yang lalu, Pentagon menjelaskan bahwa rudal itu DF-27 masih dalam tahap pengembangan. Namun, sangat sedikit informasi yang diketahui tentang potensi sejauh mana DF-27 sebenarnya dapat dikategorikan sebagai rudal hipersonik dan jarak jangkaunya.
Sebuah artikel di South China Morning Post mengatakan senjata itu hipersonik Cina dan telah ada selama beberapa tahun. Dan sumber internal Cina menyebut rudal balistik DF-27 yang masih dalam tahap pengembangan dapat menjangkau sasaran di rentang jarak 5.000 – 8.000 km.
Dengan jarak jangkau sejauh 8.000 km, maka DF-27 tidak hanya membahayakan Taiwan tetapi juga mengancam basis militer AS di seluruh kawasan Pasifik, termasuk Guam yang berjarak 4.000-an km dari pesisir Cina. Militer Cina selama ini berusaha merahasiakan kemampuan dari rudal DF-27 yang dapat mencapai semua pangkalan utama AS di Asia Pasifik.
DF-27 dikatakan memiliki kemampuan “hypersonic glide” selain jangkauannya yang meningkat, menjadikan rudal ini sebagai mesin penghancur yang lebih kuat daripada pendahulunya dengan mampu bermanuver untuk menghindari pertahanan rudal AS dan sekutunya.
Meskipun rincian tentang rudal hipersonik terbaru masih langka, beberapa laporan sebelumnya telah mengidentifikasi DF-27 sebagai bagian dari kekuatan senjata nuklir strategis generasi ketiga Cina yang sama dengan DF-41.
Tahun lalu, sebuah laporan Pentagon membahas tentang ancaman yang ditimbulkan oleh rudal balistik hipersonik DF-17. Bunyinya, “DF-17 berhasil melewati beberapa tes dan dikerahkan secara operasional.” Sementara DF-17 terutama merupakan platform konvensional, mungkin dilengkapi dengan hulu ledak nuklir.
Seolah ingin memamerkan otot militernya kepada AS dan sekutunya, Pada awal Agustus 2023, peluncuran DF-17 telah membuat kewaspadaan ekstra tinggi pada sistem pertahanan udara Taiwan, pasalnya DF-17 yang diluncurkan dari Pington (125 km dari Taiwan), Provinisi Fujian, disebut sengaja diluncurkan ke arah Pulau Formosa. Dari citra radar, diketahui rudal ini berbasil melesat di atas daratan Taiwan tanpa berhasil di-intercept, dan akhirnya jatuh di laut.
Baca juga: Cina Luncurkan Rudal Balistik Hipersonik DF-17 Langsung ke Arah Taiwan
Namun, kemampuan hipersonik Cina tidak terbatas pada DF-17 dan DF-27. Petinggi militer AS telah mengakui hal ini dalam beberapa kesempatan. Pada 10 Maret 2023, kepala ilmuwan untuk sains dan teknologi di Defense Intelligence Agency memberi tahu legislator AS bahwa Cina saat ini telah melampaui Rusia dalam hal infrastruktur pendukung dan kuantitas dalam hal kemampuan rudal hipersonik. (Gilang Perdana)
tanpa bermaksud mendukung, perlu diingat, rusia dan cina bagai langit dan bumi, cina industrinya kuat di berbagai sektor yang teramat luas jangkauannya, dan juga bisa dibilang semua SDA ada di cina, selain itu SDM mereka juga sangat tinggi kualitasnya, dibandingkan dengan rusia yang perusahaannya ngga seberapa dibandingkan cina serta karena termasuk wilayah kutub yang notabene SDAnya ngga banyak ya jelas saja, jika dalam tahap tertentu, teknologi cina lebih kuat daripada rusia, termasuk soal rudal hipersonik ini, btw, rudal ICBM juga umumnya berada di kecepatan hipersonik >mach 20, jadi ya bukan teknologi baru rudal hipersonik ini, hanya pengaplikasiannya saja yang baru