Rudal AR-1/AR-2: Opsi Senjata Utama Untuk Drone Tempur Wing Loong I Indonesia

Bila tak ada aral melintang, Indonesia bakal menjadi negara pertama, setidaknya di Asia Tenggara yang memiliki drone tempur alias UCAV (Unmanned Combat Aerial Vehicle) dengan dipilihnya empat unit Wing Loong I untuk memperkuat Skadron Udara 51. Tentu kita tak berharap saat Wing Loong tiba namun tanpa bekal senjata. Seperti halnya pengadaan jet tempur, idealnya paket sistem senjata sudah dicanangkan sedari awal.

Baca juga: Indonesia Akuisisi Drone Tempur Wing Loong I Untuk Skadron Udara 51

Wing Loong yang disebut-sebut punya kemampuan setara MQ-9 Repear (Predator B) dapat mengusung beragam jenis senjata, terkhusus pada bom dan rudal udara ke permukaan. Dan yang disebut terakhir adalah poin deteren dari keberadaan UCAV. Nah, dari sekian banyak jenis senjata pada UCAV, drone tempur yang dioperasikan AS punya bekal standar rudal udara ke permukaan, AGM-144 Hellfire buatan Lockheed Martin. Jenis rudal ini begitu masyur saat digunakan oleh helikopter tempur AH-64 Apache saat melibas ranpur lapis baja Irak dalam babakan Perang Teluk. Tak hanya MBT (Main Battle Tank) yang mampu dirobek rudal ini, sasaran berupa perkubuan lawan juga efektif dihantang rudal yang juga telah dipesan untuk melengkapi AH-64E Longbow Apache TNI AD.

Di kenal sebagai negara yang ulung melakukan reverse engineering, Cina pun tak kalah langkah membuat rudal yang punya spesifikasi dan kemampuan serupa Hellfire. Dan kemudian dikenal nama HJ-10 (Hongjian-10) buatan China North Industries Group. Bila Hellfire artinya api neraka, maka Hongjian dalam bahasa Inggris artinya “Red Arrow.” Bila Hellfire berpemandu semi-active laser homing dan millimeter wave radar seeker, maka HJ-10 juga berpemandu semi active laser homing dengan tambahan imagine infra red, TV dan active radar homing. Entah disengaja atau tidak, bobot antara HJ-10 dan Hellfire pun relatif sama, di angka 50 kg per unit.

Rudal HJ-10

Baca juga: AGM-114R3 Hellfire – Rudal Penghantar “Api Neraka” dari AH-64E Apache Guardian TNI AD

Sampai saat ini belum ada keterangan resmi yang dirilis tentang performa HJ-10. Namun bila ditakar dari fungsinya, HJ-10 digadang sebagai rudal anti helikopter dan rudal anti tank. Saat pertama diperkenalkan pada 1990, HJ-10 dipersiapkan perdana sebagai kelengkapan senjata utama pada helikopter serbu CAIC Z-10.

Desain pun terus dimatangkan, dan secara khusus manufaktur membuat varian HJ-10 untuk UCAV, dan disebut sebagai AR-1. Sosok AR-1 pertama kali diketahui publik saat Zhuhai AirShow 2008, saat itu AR-1 dipasangkan pada UCAV CH-3. Sebagai senjata utama pada drone tempur AR-1 disasar untuk target mulai dari infanteri, tank sampai kapal patroli.

Rudal AR-1 (kanan) dan AR-2 (kiri)

Berbeda dengan HJ-10, AR-1 justru menggunakan pemandu inertial dan satelit. Kecepatan luncur rudal ini Mach 1.1 dan punya jarak tembak sampai 10 km. Hulu ledak yang dibawa mencapai 10 kg, sementara berat total AR-1 sampai 45 kg. Sebagai tank killer, AR-1 dapat menembus plat baja dengan ketebalan 39 inchi. Selain telah digunakan militer Cina, AR-1 juga telah digunakan CH-4B Irak untuk melakukan misi ground attack. Negara lain pengguna drone tempur Cina, seperti Arab Saudi dan dan Sudah juga telah mengadopsi AR-1.

AR-2: Pilihan Untuk Kontraterorisme
Seiring meluncurnya Wing Loong II pada Maret 2017, China Academy of Aerospace Aerodynamics juga memperkenalkan pengembangan AR-1, yang diberi label AR-2. Menurut China Daily, rudal ini bisa diintegrasikan dengan berbagai platform, tak sebatas drone. Pejabat militer Cina mengatakan AR-2 sangat ideal untuk operasi kontraterorisme.

Wing Loong I dengan AR-2.

“Ada banyak operasi kontraterorisme dan konflik dengan intensitas rendah yang menciptakan permintaan besar untuk sistem senjata berbiaya murah dan dapat diimplementasi dalam beragam platform,” ujar pihak China Academy of Aerospace Aerodynamics. Sementara penggunaan rudal sekelas AGM-144 Hellfire jelas merupakan pemborosan luar biasa untuk operasi berintensitas rendah. Bila dikomparasikan dengan produk buatan AS, maka AR-2 mirip dengan AGM-176 Griffin, yang juga dipasang untuk UCAV MQ-1 dan MQ-9.

AR-2 mempunyai sistem pemandu semi active laser homing. Rudal yang punya slogan “small precission guided missile” ini dapat melesat dengan kecepatan subsonc (735 km per jam), sementara jarak luncurnya sampai 8 km. Dibandingkan AR-1 yang punya bobot 45 kg, maka AR-2 bobotnya hanya 20 kg. Meski tak disebutkan spesifik untuk kebutuhan UCAV, kabarnya 10 negara telah memesan AR-2 untuk digunakan dalam berbagai platform.

Dengan hulu ledak 5 kg, AR-2 dirancang untuk mengurangi collateral damage yang kerap terjadi dalam misi serangan udara lewat drone. Dan bila kelak Wing Loong I dioperasikan TNI AU, maka besar harapan AR-1 atau AR-2 tidak ketinggalan untuk diakuisisi. (Gilang Perdana)

17 Comments