ReVISOR: Bukti ToT, Inilah Radar Intai RBS-70 NG Produksi Ceko
|Republik Ceko, salah satu negara di Eropa Timur bisa dibilang cukup sukses menyerap ToT (Transfer of Technology) alutsista dari negara lain. Sebagai negara pengguna rudal hanud MANPADS (Man Portable Air Defence System) RBS-70 NG, Ceko kini mampu memproduksi sistem radar pengintai untuk rudal VSHORAD (Very Short Air Defence) lansiran dalam negeri. Bahkan, radar intai yang diberi label ReVISOR ini juga ditawarkan ke Indonesia sebagai negara pengguna RBS-70 MK2.
Baca juga: RBS-70 NG – Menjajal Simulator Rudal Hanud Supersonic Berpemandu Laser
Jika dirunut, sejatinya pihak manufaktur RBS-70 yakni Saab Bofors Dynamic dari Swedia juga telah mempunyai portfolio beragam tipe radar intai Giraffe yang masuk dalam Ground Based Air Defence System. Namun Saab rupanya tetap membuka pintu untuk kolaborasi dengan industri pertahanan lokal di Ceko. Dan jadilah ReVISOR sebagai radar intai non Swedia yang mampu terintegrasi ke unit peluncur RBS-70 NG dengan rudal Bolide.
Baca juga: Akibat Komodo Rusak, Radar Giraffe 1X Dipasang di Rantis PJD
Di RBS-70, rudal Bolide melesat mengikuti pancaran laser yang dipancarkan dari peluncurnya. Targetnya sendiri dapat dijejak oleh ReVISOR, radar ini memberi input data dan parameter terkait sasaran ke visual dashboard operator ECU (Electronic Control Unit). Saluran komunikasi dari radar ReVISOR ke unit peluncur rudal dapat lewat kabel atau radio. Nah, selanjutnya urusan penjejekan akhir (final) harus dilakukan sendiri secara manual oleh operator RBS-70.
Baca juga: Lifetime Extend, Jurus Saab Optimalkan Rudal RBS-70 MK2 Hingga 30 Tahun
ReVISOR diproduksi oleh Retia, sistem radar ini diusung dalam platform trailer dua roda. Karena dirancang dengan bobot yang ringan, ReVISOR dapat dengan mudah dipindahkan dengan truk 4×4 2,5 ton . Selain mampu meng-handle unit peluncur RBS-70, ReVISOR dapat ditambahkan dukungan perangkat modul komunikasi C2 (Command and Contriol) untuk menangani aktivitas pertempuran.
ReVISOR adalah jenis radar yang beroperasi di frekuensi X band, sebagai radar intai jarak dekat, ReVISOR dengan kemampuan 2D dapat mengendus sasaran sejauh 30 km, dan ketinggian deteksi sejauh 5 km. Sistem ReVISOR sudah dilengkapi perangkat GPS dan IFF (Identification Friend or Foe). ReVISOR bekerja dengan cara mengavaluasi dan secara otomatis mengirimkan koordinat sasaran dalam bentuk plot atau trek. Radar ini dirancang untuk mengendus sasaran dengan RCS (Radar Cross Section) rendah, seperti drone dan helikopter. Akurasi deteksi sasaran adalah 50 meter dan azimuth 0,25 derajat.
ReVISOR telah beberapa kali digunakan dalam latihan militer antar negara NATO, dan dapat membuktikan interoperabilitas dengan standar sistem senjata NATO lainnya. Sampai saat ini pengguna radar ini memang baru AD Ceko. ReVISOR telah digunakan sebagai bagian dari sistem RBS-70 NG. Arhanud AD Ceko saat ini mengoperasikan RBS-70 NG di 252nd Anti Aircraft Squadron. Dari empat baterai di skadron tersebut, dua diantaranya adalah baterai (kompi) RBS-70 NG, sementara dua baterai sisanya masih menggunakan rudal SHORAD Strela-10M.
Baca juga: Menyambangi Basis Fasilitas Produksi Gripen di Linköping
Sebagai informasi, selain mengadopsi RBS-70 NG, Ceko diketahui juga salah satu negara pengguna jet tempur Gripen buatan Saab. Ada 12 unit JAS 39C dan 2 unit JAS 39D Gripen yang kini memperkuat AU Ceko dengan sistem sewa dari Swedia. (Gilang Perdana)
Mudahan Saja radar Terbaru Saab dibeli, Sama rudal BAMSE. agar lebih baik.
Saya baca di Majalah Angkasa edisi koleksi ttg Gripen bahwa di situ SAAB & Swedia ngasih offset ke Hongaria & Ceko nyampe lebh dari 100%. Padahal negara2 ini cuma nyewa satu skuadron Gripen plus bayarnya ketengan (bertahap). Jd pas perawatan bisa dilakukan di dalam negeri oleh kontraktor lokal (nggak harus dikirim ke luar negeri meski statusnya nyewa).
Maksudnya offset sekian persen itu gimana ya? Lebih dari 100% itu apa terhadap nilai kontrak?
Dulu pas kita beli RBS-70 ada offset ato imbal balik nggak kayak yg didapat Ceko? Waktu beli F-16 pertama aja kita dapet offset 30% dari AS (yg terkenal pelit berbagi).
buat Indonesia pasti sulit utk dapat ToT kelas kakap, ini dampak karena model beli ngetemg dan terlalu banyak varian rudal di jenis yang sama
bagaimana kabar bamsee ?? bukankah sudah saatnya kita main di kelas yg lebih berat ??
Harusnya Indonesia sebagai salah satu pengguna rbs 70 terbanyak juga meminta TOT. Sekalipun mungkin tidak dapat dipakai unt semua SHORAD kita, paling tidak ilmu terapannya sudah didapat. Selanjutnya bisa di develop dalam negeri.
Bukan terbanyak, tapi punya
tapi meskipun begitu, SAAB sudah teken kontrak dengan Pindad untuk melakukan perpanjangan umur RBS-70 TNI, semuanya dilakukan di Pindad
sehingga kelak Pindad dapat mandiri melakukan perawatan RBS-70
tidak keluar negeri seperti Sukhoi 27/30 atau heli Mi-17 dan 35
https://garudamiliter.blogspot.co.id/2016/12/tata-motors-siap-diversifikasi-otomotif.html?m=1
ada bahan nih
Klou mash sentandar nato.mungkin saja bisa.tp klou dari Rusia g tau lagi.
Indonesia yg banyak menggunakan Rudal Hanud MANPADS, tapi Rudal yg dipakai bermacam jenis dan dr beberapa negara, jd kemungkina gak bisa diterapkan.
kalau pendapat saya bisa jadi bung. karena jenisnya beragam akan di peruncing kepada RBS saja. dengan kemampuan radar dan kawan2nya RBS akan menjadi tulang punggung MANPADS Indonesia. dan bisa jadi di intregasikan dengan produk serupa buatan yang mampu untuk menghantam sasaran jarak menengah atau pun jauh. jangan melulu2 S300 yang hanya berdiri sendiri yang katanya deterent
@sutekno
Kalo strela mungkin bisa dilikuidasi…tapi bagaimana dg mistral dan starstreak yang sdh terlanjur dibeli dalam jumlah cukup banyak…mahal pula?
Rudal Stratreak sudah bekerjasama dengan PT. LEN untuk pembuatan Software penunjang dan Integrasi Rudal
“Vice President Manajemen, Strategi dan Operasi PT LEN Bambang Iswanto mengatakan investasi pertama adalah kerjasama pihaknya bersama Thales, Perancis dalam membangun instalasi terintegrasi sistem pertahanan peluru kendali Star Streak”
Jadi rudal ini tidak ada masalah dalam Integrasi di masa depan karena dapat jaminan dari PT. LEN sendiri