[Resensi] – Pak Harto, Saya dan Kontainer Medik Udara – Terinspirasi Operasi Entebbe
|Pandemi corona yang tengah melanda, secara tak langsung membuka ‘kenangan’ pada sosok Kontainer Medik Udara (KMU) milik TNI AU. Perangkat kesehatan mobile besutan Inggris ini dipersiapkan untuk mengisolasi pasien yang terkena virus corona. Persisnya KMU yang kini menjadi Kontainer Isolasi Medik Udara (KIMU) digadang guna mampu digelar di ground based, maupun dapat diangkut dengan pesawat C-130 Hercules. Namun, tahukah Anda, bahwa KMU punya sejarah yang panjang sejak tiba di Indonesia pada tahun 1986.
Seperti dituturkan oleh Marsma TNI (Purn) Dr. Raman Ramayana Saman dalam buku “Pak Harto, Saya, Dan Kontainer Medik Udara” yang ditulis oleh Imelda Bachtiar, disebutkan bahwa gagasan Kontainer Medik Udara merupakan salah satu wujud dari dunia kedokteran penerbangan, dimana tindakan medik darurat, seperti pembedahan mampu dilakukan secara mobile, tanpa harus menunggu pasien sampai di rumah sakit tujuan. Ini artinya lebih banyak nyawa yang dapat diselamatkan pada momen-momen menentukan.
Faktanya, kehadiran KMU di Indonesia tak lepas dari gagasan dan inisiatif Dr. Raman Ramayana Saman, yang kala itu masih berpangkat Kolonel. Lewat sebuah makalah yang diajukannya kepada Presiden Soeharto pada 23 Agustus 1981, kemudian KMU TNI dirancang bangun di Inggris pada tahun 1985. Dana pengadaan KMU sendiri berasal dari kredit ekspor yang diberikan Pemerintah Inggris pasca Perang Malvinas. Mulai dirancang dan dibangun oleh Britsih Aerospace di London pada tahun 1983, dan baru pada akhir 1986 Kontainer Medik Udara akhirnya tiba di Lanud Halim Perdanakusuma, yang langsung dikeluarkan dari pintu rampa kargo C-130 Hercules.
Dalam bukunya, Dr. Raman Ramayana Saman menceritakan, bahwa gagasan menghadirkan KMU terinsipirasi dari Operasi Entebbe, yaitu misi penyelamatan sandera kontra-teroris yang dilakukan oleh pasukan komando Israel, Israel Defences Forces (IDF) di Bandara Entebbe, Uganda pada 4 Juli 1976. Dimana seminggu sebelumnya, yaitu 27 Juni 1976, sebuah pesawat Air France dengan 248 penumpang, dibajak oleh dua anggota Popular Front for the Liberation of Palestine-External Operations (PPLP-EO) di bawah pimpinan Wadie Haddad.
Singkat cerita, misi pembebasan sandera sukses dilaksanakan, namun tak ayal jatuh korban dari tim anti teror, yaitu Sang Komandan Operasi, Letkol Yonatan “Yoni” Netanyahu. Saat pertempuran melawan teroris dilakukan, seluruh dokter yang terlatih baik sebagai pasukan tempur, bergabung dengan pasukan komando untuk melindungi pesawatnya. Ketika Letkol Yoni tertembak, maka tim dokter langsung menolongnya di tempat yang tak jauh dari pesawatnya.

Letkol Yoni tertembak di punggung, namun nyawanya tidak dapat diselamatkan, meskipun tim dokter telah berupaya keras melakukan bedah di dalam pesawat. Peluru yang mengenai tulang punggungnya berakibat fatal. Sejak saat itulah, militer dari berbagai negara, termasuk Indonesia, mulai membentuk Tim Medik Darurat Udara guna mendukung operasi sebuah komando lintas udara, mobil udara, anti teroris dan seperti saat ini yang dilakukan TNI AU dalam Operasi Militer Selain Perang.
Buku “Pak Harto, Saya, Dan Kontainer Medik Udara” tak hanya bercerita tentang Kontainer Medik Udara, lebih dari itu pengalaman menarik dan gagasan Dr. Raman Ramayana Saman selama berkarir dalam dunia medik udara layak disimak guna memperkaya wawasan. Seperti latar belakang pengadaan perangkat medik ini, uji coba operasi bedah udara di atas langit Jakarta, hingga operasi “top secret” guna mendukung lawatan Presiden Soeharto ke Filipina di tahun 1987, menjadi poin informasi penting yang sangat berharga.
Baca juga: [Resensi] – Sejarah Kavaleri Korps Marinir – Bentang Panjang Pengabdian Pasukan Pendarat
Demikian sekilas review buku “Pak Harto, Saya, Dan Kontainer Medik Udara,” bagi pembaca yang ingin bertanya lebih lanjut, seperti ingin memiliki buku ini, dapat menghubungi nomer ponsel (WA) – 0812 8484 4550 untuk informasi lebih lanjut. (Haryo Adjie)
Detail Buku
– Penulis: Imelda Bachtiar
– Penerbit: Kompas
– Jumlah Halaman: 268
– ISBN: 978-602-412-252-2
Puncak “konmed” cuma satu-satunya dan baru sekali dipake utk tindakan bedah didalam herky yg sedang mengudara ……🙄